Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Aktivis Rusia yang Mengkritik Putin dan Invasi Ukraina Bersuara lewat Surat-suratnya dari Penjara - 'Saya Tidak Bisa Tinggal Diam'
16 November 2022 12:10 WIB
Aktivis Rusia yang Mengkritik Putin dan Invasi Ukraina Bersuara lewat Surat-suratnya dari Penjara - 'Saya Tidak Bisa Tinggal Diam'
Ketika Vladimir Kara-Murza mengumumkan bahwa dia akan kembali ke Moskow pada awal tahun ini, istrinya, Evgenia, mengetahui risiko yang akan menimpa suaminya. Namun dia juga tidak berusaha menghentikannya.
Rusia telah menginvasi Ukraina dan menjadikan sebagai sebuah kejahatan dengan menyebutnya sebagai perang.
Ribuan pengunjuk rasa telah ditangkap. Vladimir adalah penentang Presiden Vladimir Putin yang secara blak-blakan mengkritik kekejaman yang dilakukan oleh militer Putin.
Namun tetap saja, aktivis oposisi ini berkeras bertahan di Rusia.
Saat ini, Vladimir telah ditahan dan didakwa atas pengkhianatan. Istrinya, Evgenia, tidak diizinkan berkomunikasi dengannya sejak April.
Dalam serangkaian suratnya kepada saya dari Pusat Penahanan Nomor 5, Vladimir, yang telah dua kali menjadi korban keracunan misterius, mengatakan bahwa dia tidak menyesal karena “harga yang dibayar atas diam tidak bisa diterima”.
Menentang Presiden Putin adalah tindakan berbahaya bahkan sebelum invasi. Namun sejak invasi, penindasan terhadap perbedaan pendapat semakin intens.
Hampir semua kritikus terkemuka telah ditangkap atau terpaksa meninggalkan negara itu. Meski demikian, perlakuan terhadap Vladimir sangat keras.
Semua tuduhan terhadap Vladimir muncul karena dia menentang perang dan menentang Presiden Putin. Pengacaranya memperkirakan dia bisa menghabiskan 24 tahun di balik jeruji besi.
“Kita semua paham risiko dari aktivitas oposisi di Rusia. Tapi saya tidak bisa tinggal diam menghadapi apa yang terjadi, karena diam adalah wujud keterlibatan,” jelas Vladimir dalam sepucuk surat dari selnya.
Dia merasa juga tidak bisa tinggal di luar negeri.
“Saya merasa saya tidak berhak melanjutkan aktivitas politik saya, mengajak orang lain untuk bersikap, kalau saya duduk dengan aman di tempat lain.”
Baca juga:
'Saya bisa membunuhnya!'
Evgenia pertama kali mendengar soal penangkapan suaminya dari telepon pengacaranya.
Pengacaranya melacak ponsel Vladimir seperti yang selalu dia lakukan ketika klien dan temannya berada di Moskow.
Pada 11 April, ponsel itu berhenti di kantor polisi Moskow.
Vladimir akhirnya diizinkan menelepon istrinya yang tinggal di AS bersama anak-anak mereka demi keselamatan. Namun dia hanya sempat mengatakan: “Jangan khawatir!”
Evgenia tersenyum pada betapa keabsurdan kata-kata itu.
Pasangan ini adalah generasi perestroika –gerakan reformasi pada akhir 1980-an— yang tumbuh selama kebangkitan demokrasi Rusia setelah Uni Soviet runtuh.
Vladimir kemudian kuliah sejarah di Cambrige, dan di waktu yang sama memulai karir dalam politik Rusia sebagai penasihat reformis muda Boris Nemtsov.
Ini adalah perpisahan terlama pasangan ini sejak mereka menikah pada Hari Valentine tahun 2004.
Bagi Vladimir, tidak bisa menemui keluarganya adalah hal yang paling sulit.
“Saya memikirkan mereka setiap menit, setiap hari, dan tidak dapat membayangkan apa yang mereka alami,” katanya.
“Saya mencintai dan membenci suami saya karena integritasnya yang luar biasa,” kata Evgenia kepada saya dalam ketika berkunjung ke London baru-baru ini.
“Dia harus berada di sana bersama orang-orang yang turun ke jalan dan ditangkap,” tutur Evgenia, merujuk pada banyaknya orang Rusia yang ditahan karena menentang perang.
“Dia ingin menunjukkan bahwa Anda tidak perlu takut menghadapi kejahatan itu dan saya menghormati sekaligus mengaguminya untuk itu. Tapi saya juga bisa membunuhnya!”
Vladimir mulanya ditahan karena tidak mematuhi polisi. Namun begitu dia ditahan, mulai muncul tuduhan-tuduhan yang serius.
Aktivis tersebut mulanya dituduh “menyebarkan informasi palsu” mengenai militer Rusia dan “kepemimpinan yang lebih tinggi”.
Kelompok HAM OVD-Info mencatat terdapat lebih dari 100 tuntutan menggunakan apa yang disebut sebagai undang-undang “berita palsu” sejak perang dimulai. UU itu dipakai antara lain terhadap anggota DPRD, Alexei Gorinov, yang dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara pada Juli. Kemudian aktivis Ilya Yashin yang akan segera diadili setelah menyinggung pembunuhan warga sipil di Bucha.
Kasus Vladimir didasarkan pada pidatonya di Arizona, AS, di mana dia mengatakan Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina dengan menggunakan bom curah di kawasan pemukiman, juga “mengebom rumah sakit bersalin dan sekolah”.
Apa yang disampaikan Vladimir itu didokumentasikan secara independen, namun menurut lembar dakwaan yang saya lihat, penyelidik Rusia menganggap pernyataan Vladimir salah karena Kementerian Pertahanan “tidak mengizinkan penggunaan senjata yang dilarang…dalam perang” dan berkeras bahwa penduduk sipil Ukraina “bukan sasaran”.
Sementara itu, fakta-fakta di lapangan diabaikan.
Tuduhan lainnya berasal dari sebuah acara untuk tahanan politik, di mana Vladimir menyinggung apa yang oleh penyelidik disebut sebagai “kebijakan yang seharusnya represif” Rusia.
Kemudian pada bulan lalu, dia didakwa mengkhianati negara.
Vladimir menanggapi dakwaan itu melalui surat terbarunya.
“Kremlin ingin menggambarkan lawan-lawan Putin sebagai pengkhianat…pengkhianat sebenarnya adalah mereka yang menghancurkan kesejahteraan, reputasi, dan masa depan negara kami demi kekuasaan pribadi mereka, [pengkhianat] bukan mereka yang menentangnya.”
Persekusi politik
Tuduhan makar didasarkan pada tiga pidato Vladimir di luar negeri, salah satunya ketika Vladimir mengatakan lawan-lawan politik Putin di Rusia dipersekusi.
Penyelidik mengatakan bahwa Vladimir berbicara atas nama Yayasan Rusia Bebas yang berbasis di AS, yayasan yang dilarang di Rusia, di mana “konsultasi” maupun “bantuan” apa pun kepada organisasi asing yang dianggap mengancam keamanan dapat digolongkan sebagai pengkhianatan.
Tidak ada rahasia-rahasia yang harus diungkapkan.
“Pengkhianatan negara lewat pidato publik? Itu tidak masuk akal. Sederhananya ini adalah pelanggaran kebebasan berbicara. Untuk berpendapat. Bukan untuk kejahatan nyata,” kata pengacara Vladimir, Vadim Prokhorov, melalui telepon dari Moskow.
Dia mengatakan Vladimir tidak memiliki hubungan dengan yayasan tersebut pada saat itu.
“Ini adalah kasus politik. Mereka mencoba menstigma oposisi Rusia yang bersikap benar-benar wajar, oposisi Rusia yang beradab.”
Vladimir sendiri menunjukkan bahwa orang terakhir yang dituduh berkhianat untuk oposisi politik adalah penulis pemenang Hadiah Nobel, Alexander Solzhenitsyn, pada 1974.
“Yang bisa saya katakan adalah bawa saya merasa terhormat berada di posisi yang sama dengannya.”
Sementara itu, Evgenia merasa sulit untuk tenang.
Ini bukan kali pertama dia khawatir dengan suaminya. Vladimir pernah dua kali hampir mati di Moskow, dan penyebab keracunannya tidak pernah diidentifikasi.
Ketika dia pertama kali pingsan pada 2015 hingga mengalami koma, Evgenia diberi tahu bahwa suaminya memiliki peluang 5% untuk bertahan hidup. Tapi takdir berkata lain.
Evgenia merawat suaminya hingga sehat kembali, membantunya bergerak lagi, bahkan untuk memegang sendok.
Dia kemudian bersikeras tetap bekerja menggunakan laptopnya di sofa, meski merasa sakit setiap setengah jam.
“Saat dia bisa berjalan, dia mengemasi tasnya pergi ke Rusia. Perjuangan itu lebih besar dari ketakutannya.”
Bagi Evgenia, itu berarti tidur dengan ponselnya selama tujuh tahun.
“Saya takut akan mendapat telepon itu dari dia, atau dari orang lain karena dia tidak lagi bisa bicara.”
Sudah lama dia menyerah membujuk suaminya untuk tidak pergi ke Moskow. Satu-satunya bentuk protes yang dia lakukan adalah menolak membantu mengemasi tas suaminya.
Namun sebelum kunjungan terakhir Vladimir, setelah perang dimulai, Evgenia sempat menemani suaminya ke Prancis.
“Saya ingin perjalanan itu menjadi indah,” kenangnya, menahan air mata saat mengingat jalanan di Paris.
“Jauh di lubuk hati, saya tahu apa yang akan terjadi.”
Persimpangan Boris Nemtsov
Sejak penangkapan Vladimir, Evgenia telah turut mengadvokasi dengan cara membicarakan perang di Ukraina dan penindasan politik di Rusia, serta kasus yang menimpa suaminya.
Pada Senin, dia akan meresmikan Boris Nemtsov Place di London, yang merupakan hasil dari kampanye panjang Vladimir untuk menghormati mentor dan temannya.
Boris Nemtsov merupakan politisi oposisi terkemuka yang ditembak di dekat Kremlin pada 2015 dalam sebuah pembunuhan bayaran, namun dalang pembunuhannya tidak pernah tertangkap.
Boris Nemtsov Place merupakan nama baru dari sebuah jalan atau persimpangan di London yang lokasinya dekat dengan delegasi perdagangan Rusia di kawasan Highgate.
“Tujuannya adalah setiap mobil yang datang ke gerbang besar itu akan melihat plakat Boris Mentsov,” jelas Evgenia.
Suaminya berharap Rusia yang berbeda akan bangga dengan nama itu suatu hari nanti.
Selama beberapa tahun, Nemtsov kerap bekerja dengan Vladimir untuk melobi pemerintah Barat agar memberi sanksi kepada pejabat senior Rusia atas pelanggaran HAM.
Keberhasilan mereka membuat geram elite-elite politik yang gemar bepergian ke luar negeri dan menyimpan uangnya di sana.
Suatu waktu, di Moskow, Vladimir mengatakan kepada saya bahwa dia lah yang menyimpulkan sanksi “Magnitsky”. Itu la mengapa dia dan Nemtsov menjadi sasaran.
Tetap berdiri untuk suaminya sangat berat bagi Evgenia, namun itu pula yang membuatnya terus maju.
“Saya melakukan apa yang bisa saya lakukan sehingga dia bisa pulang dan bertemu anak-anak, dan perang yang mengerikan ini berhenti, dan rezim pembunuh ini dapat diadili.”
Vladimir juga tidak tinggal diam.
Surat-suratnya dari penjara yang panjang dan ditulis tangan menegaskan keyakinannya bahwa Rusia tidak ditakdirkan untuk otokrasi dan tidak semua rakyatnya merupakan pengikut Putin yang dicuci otak.
Dia menunjukkan banyak surat yang dia terima dari orang-orang yang mendukungnya, yang juga secara terbuka mengkritik invasi Ukraina dan Kremlin, juga kepada mereka yang masih menentangnya secara terbuka, terlepas dari risiko yang ada.
Dia mendesak Barat untuk tidak mengisolasi bagian dari masyarakat Rusia yang “menginginkan masa depan yang berbeda untuk negara kami”.
Dia juga memperingatkan bahwa perang Ukraina tidak akan berhenti selama Putin tetap berkuasa.
“Bagi Putin, kompromi adalah tanda kelemahan dan undangan untuk agresi lebih lanjut,” kata dia.
“Jika dia menyepakati jalan keluar yang menyelamatkan mukanya dari perang, maka dalam satu atau dua tahun kita akan menghadapi perang lainnya lagi.”
Selama di penjara, Vladimir bercerita bahwa dia menghabiskan waktunya dengan berolahraga, berdoa, membaca buku, dan menulis surat-surat.
Sebagai seorang sejarawan, dia sangat berminat pada era pembangkangan Soviet. Dia lebih banyak membaca soal itu ketika menunggu persidangan.
“Jargon favorit mereka saat itu adalah ‘Demi keberhasilan dari tujuan kami yang tidak ada harapan!’” tulis Vladimir.
“Tapi seperti yang kita tahu, ternyata perjuangan mereka tidak seputus asa itu.”