Konten Media Partner

Anak Muda Indonesia Paling Pesimistis terhadap Kondisi Politik dan Ekonomi di Antara Negara-Negara ASEAN

20 Januari 2025 8:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Anak Muda Indonesia Paling Pesimistis terhadap Kondisi Politik dan Ekonomi di Antara Negara-Negara ASEAN

Anak Muda Indonesia Paling Pesimistis terhadap Kondisi Politik dan Ekonomi di Antara Negara-Negara ASEAN
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak muda di Indonesia paling pesimistis terhadap situasi politik dan ekonomi di negaranya dibanding anak muda dari lima negara ASEAN lainnya, menurut survei terbaru ISEAS-Yusof Ishak Institute.
Survei ini dilakukan terhadap 3.081 mahasiswa berusia 18-24 tahun di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina untuk mengetahui bagaimana persepsi kaum muda terhadap situasi di negara mereka.
ISEAS mengatakan menereka menargetkan mahasiswa karena aktivisme anak muda di kampus-kampus telah berkembang dan berperan penting dalam perubahan rezim.
Menurut survei tersebut, sebanyak 53,9% responden merasa situasi politik di Indonesia buruk. Ini merupakan tingkat ketidakpuasan yang paling tinggi di antara enam negara yang disurvei.
"Kekhawatiran akan melemahnya demokrasi dan munculnya dinasti politik bisa menjelaskan mengapa kaum muda Indonesia kecewa terhadap para elite politik, terutama terhadap mantan Presiden Joko Widodo," tulis laporan tersebut.
Sebanyak 33,1% anak muda Indonesia juga merasa sangat pesimistis dengan visi perkembangan ekonomi pemerintah. Angka ketidakpuasan ini juga paling tinggi dibandingkan negara-negara lainnnya, walaupun enam dari 10 anak muda Indonesia mengaku masih cukup optimistis dalam hal ini.
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Pengamat ekonomi dan politik menilai hasil survei itu tidak mengejutkan dan selaras dengan situasi yang dihadapi anak-anak muda di Indonesia saat ini: sulit mencari pekerjaan, rentan di-PHK, dan harus bertahan di tengah tekanan ekonomi.

Apa yang paling dikhawatirkan anak muda Indonesia?

Sebanyak 97% anak muda Indonesia yang disurvei mengaku khawatir dengan masalah pengangguran dan resesi ekonomi.
Selain itu, mereka juga punya kekhawatiran yang tinggi terhadap meluasnya ketimpangan ekonomi dan disparitas penghasilan.
Ekonom dari CORE Indonesia, Hendri Saparini mengatakan kekhawatiran itu beralasan dan dapat dipahami.
"Persepsi ini muncul karena apa yang mereka hadapi memang seperti itu. Kalau dilihat data, PHK pada tahun lalu masif, dan banyak anak muda kesulitan mencari pekerjaan," kata Hendri.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2024 mengungkapkan bahwa hampir 10 juta penduduk Indonesia generasi Z berusia 15-24 tahun menganggur atau tanpa kegiatan.
Sebanyak 369.500 orang berusia 15-29 tahun juga putus asa mencari pekerjaan (hopeless of job).
Pemecatan hubungan kerja (PHK) juga masif terjadi. Tahun lalu, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat ada 80.000 orang yang terkena PHK.
Hendri mengatakan deindustrialisasi prematur menjadi salah satu penyebabnya.
"Kalau kita melihat geliat ekonomi di daerah-daerah semakin terkonsentrasi. Ada pertumbuhan ekonomi, tapi jauh dari mereka [anak muda] dan tidak semua anak muda di Indonesia itu berpendidikan tinggi," kata Hendri.
Tekanan ekonomi juga terlihat dari data lainnya yang menunjukkan penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024.
Sebaliknya kelas menengah yang rentan atau calon kelas menengah justru bertambah dari 128,85 juta orang pada 2019 menjadi 137,5 juta pada 2024. Sebanyak 25,22 juta orang Indonesia juga masih hidup dalam kemiskinan.
Di luar isu pengangguran dan ekonomi, survei juga menunjukkan bahwa lebih dari 90% anak muda Indonesia prihatin terhadap isu korupsi dan penegakan hukum.

'Alarm bagi pemerintah'

Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Aisah Putri Budiarti, mengatakan pemerintah tak boleh mengabaikan pesimisme yang muncul dari kalangan muda.
"Meskipun dari segi metodologi angkanya sangat kecil dan tidak bisa merefleksikan populasi secara nyata, paling tidak ini bisa menjadi gambaran bahwa keprihatinan terhadap situasi politik dan ekonomi yang semakin menguat," kata Aisah.
Menurutnya, ini menandakan bahwa pemerintah harus memberi perhatian lebih terhadap kepentingan anak muda.
"Anak muda biasanya penuh optimisme karena mereka baru memasuki usia produktif. Ini menjadi peringatan tentunya, kalau cita-cita pemerintah mau Indonesia Emas, yang memegang kan mereka. Ketika mereka pesimistis, itu punya risiko berbahaya," ujar Aisah.
Di sisi lain, Aisah mengatakan pesimisme ini juga menunjukkan bahwa anak-anak muda lebih mawas dan kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Terutama di tengah situasi politik Indonesia saat ini yang minim kontrol (checks and balances).
"Harapannya mereka bisa lebih kritis dan bisa menjadi penyeimbang supaya pemerintah bisa terpacu untuk mengevaluasi kinerjanya," kata Aisah.

Anak muda di Singapura dan Vietnam lebih optimistis

Anak muda Singapura paling optimistis terhadap kondisi politik dan ekonomi di negara mereka
Di antara negara-negara ASEAN yang disurvei, anak muda di Singapura dan Vietnam menjadi yang paling optimistis terhadap kondisi politik di negara mereka.
Menurut studi itu, 72,4% responden di Singapura damenilai bahwa situasi politik mereka sangat baik dan baik. Di Vietnam, sebanyak 68,2% anak mudanya merasa demikian.
Itu lebih dari empat kali lipat lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Indonesia.
Sembilan dari 10 anak muda Singapura, Vietnam, dan Malaysia juga punya pandangan optimistis terhadap arah perkembangan ekonomi di negara mereka.
Secara kesuluruhan, survei ini menunjukkan bahwa negara-negara yang tidak mengalami perubahan sistem politik dengan pertumbuhan ekonomi yang mapan mendorong optimisme yang lebih besar di kalangan anak mudanya.
Sebaliknya, negara yang mengalami gejolak politik dan ekonomi seperti Indonesia membuat anak-anak mudanya lebih skeptis.
"Temuan ini menyoroti perlunya pemerintah di Asia Tenggara untuk memperhatikan aspirasi dan kekhawatiran penduduk muda mereka untuk membangun kepercayaan, optimisme, dan stabilitas sosio-ekonomi regional," tulis laporan tersebut.