Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Ancaman Pembunuhan dan Perpecahan – Drama Perseteruan Politik Marcos-duterte
29 November 2024 11:25 WIB
Ancaman Pembunuhan dan Perpecahan – Drama Perseteruan Politik Marcos-duterte
Ketika seorang wakil presiden yang sedang menjabat mengatakan dia telah menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh presiden, dan bermimpi memenggal kepalanya, Anda mungkin berpikir bahwa negara itu sedang dalam masalah serius.
Namun, inilah Filipina, negara dengan politik dan drama yang berjalan beriringan.
"Saya sudah bicara dengan seseorang," kata Wakil Presiden Sara Duterte di laman Facebook akhir pekan lalu.
"Saya bilang, kalau saya terbunuh, bunuh saja BBM [Presiden Marcos], [Ibu Negara] Liza Araneta, dan [Ketua DPR] Martin Romualdez. Tidak main-main. Tidak main-main.”
“Saya bilang, jangan berhenti sampai Anda membunuh mereka, dan dia mengiyakan.”
Bulan lalu, Sara mengatakan kepada wartawan bahwa hubungannya dengan Presiden Marcos memburuk, dan ia bermimpi memenggal kepalanya.
Ia juga mengancam akan menggali jenazah ayah presiden itu dari Taman Makam Pahlawan di Manila dan membuang abunya ke laut.
Di balik semua drama ini, terdapat aliansi politik yang pernah kuat, namun lambat laun merenggang dan berseteru.
Perkawinan politik
Keputusan klan Marcos dan Duterte untuk bergabung dalam pemilihan presiden 2022 merupakan perkawinan politik yang menguntungkan.
Kedua kandidat merupakan keturunan presiden—ayah Sara Duterte, Rodrigo, saat itu menjabat sebagai presiden petahana—dan memiliki dukungan kuat di berbagai wilayah di Filipina.
Keduanya memiliki daya tarik populis. Akan tetapi, mencalonkan diri sebagai presiden sama saja dengan memecah belah pendukung mereka dan kalah dari kandidat ketiga.
Baca juga:
Jadi, Sara setuju bahwa Marcos akan maju sebagai presiden, sementara dirinya maju sebagai wakil presiden—kedua jabatan tersebut dipilih secara terpisah—tetapi mereka akan membentuk satu tim selama kampanye.
Asumsinya adalah bahwa Sara Duterte akan memiliki peluang lebih besar saat mengikuti pemilihan presiden berikutnya pada 2028.
Strategi ini terbukti sangat efektif. UniTeam—begitulah mereka mencitrakan diri—menang telak.
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp .
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Akan tetapi, jabatan wakil presiden sebagian besar bersifat seremonial, dan hanya memiliki sedikit kekuasaan.
Keluarga Duterte menginginkan wewenang dalam bidang pertahanan; namun Presiden Marcos justru menugaskan Sara Duterte di bidang pendidikan—sebuah tanda awal bahwa dia waspada dengan kemampuan Sara membangun basis kekuatannya.
Dia juga membuat perubahan kebijakan politik dari apa yang sudah ditempuh pendahulunya, Rodrigo Duterte—ayah Sara Duterte.
Marcos memerintahkan angkatan laut dan penjaga pantai Filipina untuk melawan China di wilayah sengketa Laut Cina Selatan.
Hal ini berbanding terbalik dengan kebijakan Rodrigo Duterte saat menjabat presiden yang menolak untuk menantang dominasi China di wilayah sengketa tersebut, bahkan menyatakan bahwa ia menyukai pemimpin China Xi Jinping.
Marcos juga meredam perang melawan narkoba yang dilancarkan Rodrigo Duterte ketika menjabat presiden. Kala itu, ribuan tersangka pengedar narkoba ditembak mati.
Marcos juga mengisyaratkan kemungkinan untuk bergabung kembali dengan Mahkamah Pidana Internasional (ICC), yang telah mengeluarkan dakwaan atas kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap Rodrigo Duterte.
Beberapa waktu lalu, mantan presiden Duterte dipanggil Senat Filipina untuk diinterogasi tentang pembunuhan di luar hukum yang terjadi selama masa jabatannya.
Hubungan antara kedua kubu semakin memburuk ketika sekutu Marcos di majelis rendah meluncurkan penyelidikan terhadap penggunaan dana rahasia oleh Sara Duterte yang dialokasikan kepadanya saat ia memperoleh jabatan tersebut.
Pada Juli silam, Wakil Presiden Sara Dutertee mengundurkan diri sebagai menteri pendidikan, dan pernyataan yang dia lontarkan semakin menunjukkan perseteruan antaranya dirinya dan sang presiden.
Wakil Presiden 'alfa'
Sara Duterte tidak asing dengan kontroversi.
Sekitar 13 tahun lalu, saat menjabat sebagai wali kota Davao City, ia terekam kamera berulang kali memukul seorang pejabat pengadilan.
Sara berasal dari latar belakang politik yang sama dengan ayahnya yang vokal, keduanya dikenal sebagai kerap melontarkan kata-kata kasar.
Rodrigo pernah menyebut Paus sebagai "anak pelacur" dan membanggakan diri telah membunuh orang.
Rodrigo menggambarkan putrinya memiliki karakter "alfa" dalam keluarga yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya.
Sementara Sara menyebut ayahnya memiliki sifat yang membuatnya sulit menjalin hubungan dekat. Namun seperti ayahnya, Sara suka mengendarai sepeda motor besar.
Namun, ancaman Sara terhadap mantan sekutunya, Presiden Ferdinand “Bongbong” Marcos, mungkin terbukti sebagai sebuah kecerobohan verbal yang kelewat batas.
Marcos menanggapi dengan menyebut komentar Sara Duterte "ceroboh" dan "mengganggu".
Biro Investigasi Nasional Filipina—yang setara dengan FBI Amerika—telah memanggil wakil presiden tersebut untuk menjelaskan ancamannya.
Baca juga:
Sara telah menarik kembali pernyataan itu, menyangkal bahwa pernyataan itu nyata.
"Ini adalah rencana tanpa dasar," jelasnya, menuduh Marcos sebagai pembohong yang membawa negara itu ke neraka.
Barangkali tak dapat dielakkan bahwa dua keluarga yang begitu kuat akan menjadi saingan dalam pusaran politik Filipina—yang masih dominasi dengan sosok, politik dinasti dan politik di daerah.
Loyalitas politik bersifat cair, dengan senator dan anggota kongres kerap kali mengubah kesetiaan partai mereka.
Akan tetapi, kekuasaan sudah pasti terpusat di sekitar presiden, dengan kewenangannya untuk menyalurkan dana pemerintah.
Mantan presiden Filipina kerap diselidiki atas tuduhan korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan setelah mereka meninggalkan jabatan.
Presiden Marcos ingin memulihkan reputasi keluarganya—setelah ayahnya diusir secara memalukan oleh pemberontakan rakyat pada 1986—dan akan berusaha keras memengaruhi pilihan siapa nanti yang akan menjadi penggantinya pada 2028.
Sementara itu, keluarga Duterte memiliki ambisi dinasti mereka sendiri.
Untuk saat ini Sara Duterte masih menjabat sebagai wakil presiden.
Sara dapat dicopot melalui pemakzulan oleh Senat, tetapi itu akan menjadi langkah yang berisiko bagi Presiden Marcos.
Dia mendapat dukungan rakyat yang kuat di wilayah selatan, jutaan pekerja migran Filipina di luar negeri.
Selain itu, dia disokong oleh Senat—sehingga pemakzulan mungkin sulit terjadi.
Pemilu paruh waktu akan diadakan pada Mei tahun depan, saat seluruh majelis rendah dan setengah dari 24 kursi senator akan diperebutkan.
Pemilu ini akan dilihat sebagai ajang uji kekuatan bagi masing-masing kubu yang bersaing.
Perpecahan Duterte dengan presiden merupakan kesempatan baginya untuk mencalonkan diri dan menampilkan dirinya sebagai alternatif bagi pemerintah yang telah kehilangan popularitasnya karena kinerja ekonomi yang lesu.
Pemilu paruh waktu ini juga bisa memberi Sara Duterte landasan yang lebih baik untuk pencalonannya dalam pemilu presiden 2028, ketimbang tetap terbelenggu oleh pemerintahan Marcos.
Namun setelah pernyataan bernada ancaman beberapa pekan terakhir, warga Filipina pasti bertanya-tanya: apa yang akan dikatakannya selanjutnya?