Konten Media Partner

Asal Usul Maskot Olimpiade Paris 2024 dan Sejarah 200 Tahun Dibaliknya

26 Juli 2024 17:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Asal Usul Maskot Olimpiade Paris 2024 dan Sejarah 200 Tahun Dibaliknya

Maskot Olimpiade Paris 2024 berada di tengah penonton selama pertandingan rugby antara Tim Australia dan Tim Samoa di Stade de France, Prancis.
zoom-in-whitePerbesar
Maskot Olimpiade Paris 2024 berada di tengah penonton selama pertandingan rugby antara Tim Australia dan Tim Samoa di Stade de France, Prancis.
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Panitia Olimpiade Paris 2024 berupaya agar perhelatan olahraga empat tahunan ini berbeda dari yang sudah-sudah.
Pertama, akan ada kesetaraan dari segi jumlah atlet laki-laki dan perempuan yang berkompetisi dalam perebutan medali.
Upacara pembukaan pun diharapkan bisa dilakukan di tepian Sungai Seine – di bawah bayang-bayang Menara Eiffel – alih-alih di stadion. Tentunya untuk yang satu ini dibutuhkan persetujuan aparat setempat.
Begitu pula dengan maskot: otoritas Prancis dengan sengaja tidak mengikuti tradisi dalam memilih simbol global Olimpiade yang ke-33 ini.
Simbol Olimpiade biasanya mewakili hewan atau individu yang mewakili negara tuan rumah. Namun, Prancis memilih sebuah topi yang memiliki nilai sejarah dan mudah dikenali di seluruh penjuru dunia.
Panitia berharap maskot lucu bernuansa simbolis ini bisa memicu revolusi di bidang olahraga.
Topi Frigia – atau dikenal juga sebagai topi kebebasan – menjadi lambang perjuangan kemerdekaan pada Mei 1789 hingga November 1799 atau yang kita kenal sebagai Revolusi Prancis.
Topi merah berbentuk kerucut ini terlipat ke depan di bagian puncak. Ilustrasi tudung Frigia sebagai maskot Olimpiade dilengkapi tangan yang mengibarkan bendera Prancis yang berwarna merah, putih, dan biru – dikenal sebagai Tricolor.
Topi Frigia masih digunakan warga Prancis sampai sekarang sebagai simbol
Panitia mengatakan desain ini dipilih karena mereka percaya olahraga bisa mengubah hidup orang banyak. Olimpiade kali ini pun diharapkan bisa memicu “revolusi di bidang olahraga”.
Agar inklusif terhadap Paralimpiade, panitia juga merancang satu maskot Frigia lainnya dengan kaki prostetik berbentuk lengkung yang biasa dipakai atlet lari.
“Kami lebih memilih gagasan alih-alih binatang,” tutur Tony Estanguet, ketua komite Olimpiade Paris 2024 yang juga mantan atlet peraih tiga medali.
“Tudung Frigia dipilih karena ini maknanya sangat kuat bagi Republik Prancis. Bagi masyarakat Prancis, topi ini adalah lambang kebebasan yang amat dikenal.”
Asal muasal topi Frigia ini bisa ditilik sejak zaman dahulu kala.

Simbol kuno

Nama topi bersejarah ini diambil dari Frigia (Bahasa Inggris: Phrygia), sebuah distrik kuno di bagian barat tengah Anatolia. Wilayah itu mendapatkan namanya berdasarkan satu suku yang oleh orang Yunani disebut suku Frigia.
Kelompok masyarakat ini mendominasi Asia Minor (sekarang dikenal sebagai bagian dari Turki) pada masa di antara runtuhnya Kerajaan Hittite pada abad ke-12 SM dan kebangkitan bangsa Lidia pada abad ke-7 SM) menurut Encyclopedia Britannica.
Sejarawan dari Universitas Burgos di Spanyol, Sergio Sánchez Collantes, mengatakan di topi serupa juga bisa ditemukan di sejumlah daerah pada masa Kerajaaan Romawi.
Frigia adalah sebuah distrik kuno di bagian barat tengah Anatolia.
Namun, namanya bukanlah topi Frigia melainkan topi pileus yang dipakai “petani miskin” dan budak yang dibebaskan pemilik mereka.
Dalam upacara khusus, hakim sipil alias magistrat secara seremonial akan menyentuh seorang budak dengan tongkat dan dia pun dinyatakan bebas.
Budak yang sudah dibebaskan kemudian mencukur rambut mereka dan menutupnya dengan topi kerucut ini sebagai penanda status sosial yang baru.
Contoh sejarah lainnya adalah tatkala para konspirator pembunuhan pemimpin Roma, Julius Caesar, memamerkan belati mereka yang berlumurkan darah di jalanan. Salah satu topi budak yang dibebaskan diletakkan di ujung tombak dalam parade ini.
Orang-orang ini dikenal sebagai Liberatores – para pembebas.
Topi ini merupakan simbol Revolusi Prancis, tetapi pada masa Kekaisaran Romawi, topi serupa dipakai para budak yang telah dibebaskan.

Kebingungan Sejarah

Topi kerucut ini mengalami kebangkitan pada masa modern berawal dari perjuangan Belanda untuk merdeka dari Spanyol pada abad ke-17, menurut sejarawan J David Harder dalam bukunya Liberty Caps and Liberty Trees.
Belanda mengadaptasi topi kuno ini untuk pejuang revolusi Amerika antara 1765-1783. Topi-topi Frigia juga menjadi topik pembahasan dan dikenakan menjelang Perang Sipil AS pada 1861-1865 di mana banyak budak dibebaskan.
Sampai sekarang, topi tersebut muncul di bendera resmi angkatan darat AS serta lambang Senat AS.
Lambang Senat Amerika Serikat

Hikayat topi Frigia hijrah ke Prancis

Lantas bagaimana ceritanya topi Frigia bisa sampai ke Prancis?
Menurut Kementerian Luar Negeri Prancis, para pelaut dan petani Mediterania mengenakan topi yang amat mirip dengan topi Frigia pada abad pertengahan.
Namun, menjelang akhir abad ke-18, para pemimpin Revolusi Prancis memasukkan topi ini ke dalam lambang mereka. Penutup kepala ini pun menjadi lebih dari sekadar spanduk yang mewakili kebebasan.
“Makna dari topi-topi tersebut berevolusi seiring berjalannya waktu,” tutor Sánchez Collantes.

Baca juga:

“Pada satu titik dalam revolusi, topi Frigia melambangkan semangat republikanisme [anti-Monari]," imbuh sejarawan Spanyol itu.
Topi Frigia semakin mantap menjadi simbol perjuangan kala penyerbuan Bastille pada 14 Juli 1789, yang menandai berakhirnya pemerintahan Raja Louis XVI di Prancis.
Pada masa kini, topi Frigia menjadi referensi umum dalam seni, koin, dan perangko sebagai metafora kebebasan. Topi-topi ini dipajang di lencana yang dipasang di balai kota dan lembaga-lembaga resmi di penjuru Prancis.
Karya Eugène Delacroix, “Liberty leading the people” (Kebebasan menjadi penggerak masyarakat)(1830), simbol Revolusi Prancis 1789 dan topi Frigia

Kembali menyeberangi Samudra Atlantik

Kebrutalan yang terjadi selama Revolusi Prancis membuat topi Frigia kehilangan pamornya pada masa pembentukan Amerika Serikat – tepatnya ketika republik yang baru lahir itu mendeklarasikan kemerdekaannya dari Kerajaan Inggris pada 4 Juli 1776.
Sejarawan Universitas Colorado, Andrew Detch, mengatakan kepada majalah Smithsonian Museum, bahwa topi Frigia “menjadi simbol radikalisme, yang mana merupakan momok mayoritas pemimpin politik Amerika pada abad ke-18”.
Pejuang revolusi Amerika awalnya mengenakan topi Frigia, tetapi mereka berhenti menggunakannya setelah kebrutalan Revolusi Prancis
Si topi merah kembali “menyeberangi” Samudra Atlantik pada awal abad ke-19 dan dikenakan pejuang kemerdekaan di Amerika Latin.
“[Topi Frigia] adalah simbol transnasional yang tersebar di seluruh republik Amerika. Sampai sekarang, topi ini masih bertahan dalam ikonografi dan lambang resmi banyak negara, seperti Kuba dan Argentina,” ujar Sánchez Collantes.
Penutup kepala itu sekarang juga menonjol dalam bendera nasional atau lambang negara-negara seperti Bolivia, Kolombia, El Salvador, Haiti, dan Nikaragua.
Topi Frigia muncul lambang negara-negara seperti Kolombia.

Apa saja maskot-maskot Olimpiade yang paling terkenal?

Frigia dalam berbagai bentuk dan ukuran kini bisa dijumpai di penjuru Prancis
Maskot perdana Olimpiade berupa jaguar berwarna merah yang pada perhelatan di Meksiko pada tahun 1968. Komite Olimpiade Internasional (IOC) mencatat sebagian dari 27 maskot sepanjang sejarah Olimpiade berupa hewan yang mewakili negara setempat.
Maskot Olimpiade Atlanta 1996: Izzy.
Panitia Olimpiade Atlanta 1996 mencoba mencoba sesuatu yang berbeda: Izzy, maskot Olimpiade pertama yang dibuat berbasiskan komputer dan menjadi alegori kebangkitan teknologi kala itu.
Namun, barangkali maskot yang paling membekas di ingatan publik adalah Misha, beruang yang menjadi maskot Olimpiade Moskow 1980 dan sukses secara komersial.
Mosaik Misha pada upacara pembukaan Olimpiade 1980.
Ratusan orang membentuk mosaik Misha saat “berpamitan” kepada para atlet pada upacara penutupan Olimpiade 1980.
Apakah maskot Frigia Prancis bisa menjadi ikonis juga?
Mungkin saja.
Dengan memilih maskot yang mengingatkan orang akan moto Prancis "liberté, égalité, fraternité" (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan), si topi merah ini bisa menjadi salah satu maskot paling dicintai dalam sejarah Olimpiade.