Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Bagaimana Islam Memengaruhi Seniman India dalam Melukis Kelahiran Yesus?
26 Desember 2024 14:10 WIB
Bagaimana Islam Memengaruhi Seniman India dalam Melukis Kelahiran Yesus?
Kelahiran Yesus Kristus sudah menjadi subjek lukisan dari berbagai seniman asal Barat. Para pelukis ini tidak jarang menerapkan gagasan keelokan dan kreativitas yang berlaku di sana dalam karya-karya mereka.
Interpretasi tentang peristiwa penting dalam Alkitab ini termasuk yang paling banyak tersedia di antara representasi seni Kristen.
Buah karya seniman-seniman Barat ini turut membentuk bagaimana dunia memandang kelahiran Yesus Kristus.
Secara halus, lukisan-lukisan ini pun menjauhkan pengaruh di luar Barat.
Namun selama berabad-abad, para seniman di India telah berupaya mengekspresikan visi mereka tentang peristiwa ini.
Dengan gaya mereka sendiri, mereka melukis kelahiran Yesus dan tema-tema Kristen lainnya.
Sebagian pelukis India melakukan ini secara sadar, tetapi ada pula yang tidak dengan sadar.
Terlepas dari itu semua, goresan kanvas seniman-seniman ini memberikan kehidupan dan makna baru bagi peristiwa kelahiran Kristus, dan Kekristenan itu sendiri.
Berikut adalah beberapa lukisan dari sejarah seni India yang menyajikan kelahiran Yesus dari perspektif lokal yang unik.
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Perpaduan elemen Islam dan Kristen
Kaisar Mughal Muhammad Jalaluddin Akbar dipandang sebagai aktor utama yang memperkenalkan agama Kristen di India utara.
Hal ini dilakukan bangsawan itu dengan mengundang misionaris Yesuit ke istananya.
Para misionaris membawa serta kitab suci dan karya seni Eropa bertema Kristen yang memengaruhi pelukis istana.
Akbar dan penerusnya pun menugaskan banyak lukisan dinding dengan tema-tema Kristen.
Sejumlah pelukis istana mulai mencampurkan lukisan-lukisan ini dengan elemen-elemen seni Islam.
Sejarawan Asia Selatan, Neha Vermani, menyoroti lukisan karya seniman istana Mughal yang menampilkan Kaisar Jahangir dalam adegan kelahiran.
Secara tradisional, adegan itu menampilkan Maria, Yusuf, dan bayi Yesus.
Baca juga:
"Penguasa Mughal memandang diri mereka sebagai penguasa yang 'adil', mampu menjaga harmoni dan keseimbangan di kerajaan mereka; mereka adalah 'penguasa universal'," papar Vermani.
"Mereka memandang diri mereka sendiri sebagai pemimpin yang menjembatani berbagai agama untuk hidup berdampingan."
"Mereka ingin dikenang seperti ini."
Lukisan abad ke-18 di bawah ini menampilkan elemen-elemen gaya khas seni Mughal.
Selain figur-figur yang sangat bergaya, karya ini juga memiliki warna-warna cerah, naturalisme, dan ornamen.
Perpaduan seni rakyat dan modernisme
Jamini Roy lahir di wilayah yang sekarang menjadi negara bagian Benggala Barat, India, pada tahun 1887.
Seniman India ini dihormati karena piawai dalam menciptakan bahasa visual yang unik.
Dia menggabungkan elemen-elemen seni rakyat Bengali dan lukisan Kalighat.
Kalighat merupakan bentuk seni khas yang berasal dari sekitar kuil terkenal di kota Kolkata.
Kritikus seni WG Archer pernah mengamati bahwa Yesus Kristus mewakili sosok Santhal (Santhal adalah kelompok suku India) bagi Jamini Roy.
"Kehidupan Kristus yang sederhana serta pengorbanannya menarik perhatian Roy," ujar CEO dan direktur pelaksana perusahaan seni DAG, Ashish Anand.
"Lukisan-lukisan Roy yang bertema Kristen tidak kalah pentingnya dengan karya dia tentang mitologi Hindu."
"Semuanya diberi sentuhan gaya rakyat modernisme yang menjadikannya sangat khas."
Perpaduan Timur dan Barat
Angelo de Fonseca lahir di wilayah barat negara bagian Goa pada 1902.
Seniman ini menciptakan ikonografi Kristen unik yang memadukan pengaruh Timur dan Barat dengan kepekaan Goa yang dia miliki.
Dalam lukisan de Fonseca, Maria tidak digambarkan sebagai perempuan muda rupawan yang mengenakan mantel biru.
Alih-alih, Maria dalam bayangan de Fonseca sangat mirip dengan seorang perempuan India dengan kulit coklat, berpakaian sari dan mengenakan mangalsutra (perhiasan tradisional India yang dikenakan perempuan Hindu yang sudah menikah).
Adegan-adegan Alkitab terungkap dalam latar lokal dan menampilkan motif dan elemen yang dekat dengan audiens India.
Melalui karya-karyanya, de Fonseca berupaya melawan narasi Barat sebagai tempat asal keindahan dan kreativitas artistik.
"Fonseca ingin menempatkan Kekristenan—yang sebagian besar dipandang sebagai tradisi keagamaan Barat—di sub-benua India," kata Rinald D'Souza, direktur Pusat Penelitian Sejarah Xavier, Goa, kepada BBC.
"Dari kegelisahan inilah cat airnya melukiskan Kekristenan kembali."