Konten Media Partner

Botol Air Minum Kesayangan Anda Bisa Jadi Sarang Bakteri, Apa Bahayanya?

6 April 2025 13:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Botol Air Minum Kesayangan Anda Bisa Jadi Sarang Bakteri, Apa Bahayanya?

Botol Air Minum Kesayangan Anda Bisa Jadi Sarang Bakteri, Apa Bahayanya?
zoom-in-whitePerbesar
Setiap tegukan dari botol air minum kesayangan Anda ternyata mengandung bakteri—yang seiring berjalannya waktu, jumlahnya bisa mencapai jutaan, kata peneliti. Apa bahayanya dan bagaimana kita mengatasinya?
Carl Behnke selalu bertanya-tanya seberapa bersih botol air minum miliknya. Ketika dia memasukkan beberapa lembar tisu dapur ke dalamnya dan menggosoknya, dia terkejut.
"Tisu-tisu itu berwarna putih – sampai saya menariknya keluar," kata Behnke, seorang ahli keamanan pangan di Universitas Purdue di Indiana, AS.
"Saya menyadari bahwa sensasi licin yang saya rasakan di bagian dalam botol bukanlah karena bahan botol itu, melainkan karena penumpukan bakteri."
Berangkat dari temuan itu, dia lalu merancang sebuah penelitian. Behnke dan rekan-rekannya menghentikan orang-orang yang lewat di koridor Universitas Purdue.
Mereka lantas menanyakan kesediaan orang-orang itu untuk meminjamkan botol air mereka untuk dilihat seberapa bersih botol-botol itu.
"Satu hal yang menonjol dari proyek ini adalah banyak yang tidak ingin mengetahui hasilnya," kenang Behnke.
"Pada dasarnya, mereka tahu bahwa kebiasaan membersihkan mereka buruk atau bahkan tidak membersihkan sama sekali."
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa botol-botol itu penuh dengan bakteri.
Pasar botol air minum isi ulang secara global bernilai sekitar US$10 miliar (sekitar Rp165 triliun) pada 2024.
Sebuah studi pada pekerja kesehatan Italia menunjukkan bahwa setengah dari mereka menggunakan botol isi ulang ini, sementara di kalangan mahasiswa angkanya sekitar 50-81%.
Meskipun botol-botol ini membantu orang tidak dehidrasi, minum dari botol air secara teratur dan membawanya ke mana pun kita pergi ternyata dapat juga menimbulkan risiko kesehatan.
Jadi, haruskah kita membuangnya, atau bisakah kita mengendalikan risiko kesehatan itu?

Apa sebenarnya yang ada di dalam botol minum isi ulang Anda?

Meskipun di negara-negara tertentu air keran dapur aman untuk diminum, air itu tidak bebas dari kehidupan mikroba.
Ketika Anda membiarkan air di dalam botol selama beberapa hari maka bakteri di dalamnya akan berkembang, kata Primrose Freestone, profesor asosiasi mikrobiologi klinis di University of Leicester, Inggris.
Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia berkembang biak pada suhu sekitar 37°C, kata Freestone. Namun, mereka juga dapat berkembang biak pada suhu kamar, sekitar 20°C.
"Semakin lama air dalam botol disimpan pada suhu kamar, semakin banyak bakteri yang akan tumbuh," katanya.
Sebuah studi di Singapura yang menggunakan air rebus, berasal dari keran—yang seharusnya sebagian besar bakterinya sudah mati—,menemukan bahwa populasi bakteri dapat tumbuh dengan cepat di dalam botol air saat digunakan sepanjang hari.
Rata-rata, mereka menemukan bahwa bakteri di dalam botol yang digunakan oleh orang dewasa meningkat dari sekitar 75.000 bakteri per mililiter di pertengahan pagi menjadi lebih dari 1-2 juta per mililiter selama 24 jam.
Salah satu cara untuk memperlambat pertumbuhan bakteri adalah dengan menyimpan botol Anda di lemari es, selama proses konsumsi, kata Freestone. Meskipun cara ini juga tidak menghentikan pertumbuhannya sama sekali.
Sebagian aktivitas bakteri botol air berasal dari air itu sendiri, tetapi sebagian besar kontaminasi sebenarnya dimasukkan oleh peminum.
Apakah Anda membawa botol Anda ke tempat kerja, gym, atau bahkan hanya menyimpannya di rumah, bagian luar botol Anda akan membawa banyak mikroba.
Dan mikroba ini mudah dipindahkan ke isi botol, bersama dengan bakteri dari mulut Anda setiap kali Anda menyesap, kata Freestone.
Ilustrasi air dalam botol yang terkontaminasi.
Pengguna botol air yang tidak mencuci tangan mereka secara teratur juga akan menemukan bahwa botol mereka dapat menampung bakteri seperti E. coli, kata Freestone.
"Bakteri yang terkait dengan kotoran, seperti E. coli, dapat berasal dari tangan kita dan berakhir di bibir kita jika kita tidak menjaga kebersihan toilet dengan baik," katanya.
Dan kita dapat menularkan, atau tertular, virus dengan berbagi botol air dengan orang lain. Penyakit seperti norovirus dapat dengan mudah ditularkan dengan cara ini.
Umumnya, seseorang memiliki antara 500–600 spesies bakteri yang berbeda, yang hidup di mulut mereka, kata Freestone.
"Apa yang menyebabkan penyakit bagi Anda tidak selalu demikian bagi orang lain. Anda dapat membawa infeksi dan tidak menyadarinya karena sistem kekebalan tubuh kita sangat baik dalam melindungi kita," tambahnya.
Cara lain yang mendorong pertumbuhan bakteri dalam botol adalah dengan memasukkan apa pun selain air segar ke dalamnya.
Minuman yang mengandung nutrisi pada Anda juga memberi makan mikroba. Jadi, minuman apa pun yang mengandung gula, misalnya, dapat merangsang pertumbuhan bakteri atau jamur yang ada di botol Anda, kata Freestone.
"Apa pun selain air adalah surga bagi bakteri dan jamur, terutama minuman bubuk protein," katanya.
Jika Anda pernah meninggalkan susu dalam gelas selama beberapa jam, Anda mungkin pernah memperhatikan susu itu meninggalkan lapisan tipis pada gelas ketika Anda membuangnya.
Bakteri sangat menyukai lapisan ini, kata Freestone.

Bagaimana bakteri ini dapat memengaruhi kita?

Kita semua dikelilingi oleh bakteri baik di tanah, udara, dan tubuh. Tetapi perlu diingat, sebagian besar bakteri tidak berbahaya atau bahkan bermanfaat.
Air yang terkontaminasi bakteri seperti E. coli dapat menyebabkan diare dan muntah, tetapi tidak selalu begitu.
E. coli adalah kelompok besar bakteri yang ditemukan secara alami di lingkungan, tetapi juga merupakan penghuni alami yang umum di usus manusia.
Hanya ketika bakteri menjadi patogen—dengan kata lain, mereka mengambil sifat tertentu yang membuat mereka berbahaya—yang dapat membuat orang sakit.
Sebagian besar mikroba tidak berbahaya bagi manusia, tetapi orang yang sistem kekebalan tubuh yang terganggu dapat lebih rentan terhadap infeksi, kata Freestone.
Dalam beberapa kasus, sakit perut karena infeksi juga dapat menyebabkan perubahan jangka panjang pada usus.
"Usus kita berubah sepanjang waktu, tetapi ada lebih dari 1.000 spesies yang ada di usus sehingga sulit untuk bergeser dalam hal komposisi," kata Freestone.
"Ada terlalu banyak variabel, tetapi keracunan makanan dari bakteri dalam botol air tidak akan pernah menyebabkan perubahan positif."
Di negara-negara tertentu, mengisi ulang botol minum dengan air dari keran di dapur rumah biasa dilakukan.
Orang yang baru saja mengonsumsi antibiotik—dapat memengaruhi mikrobioma di usus mereka—juga dapat mengalami perubahan yang membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi lain.
Sebuah sampel dari botol air yang diambil di kantor surat kabar di Inggris juga mengungkapkan bahwa botol-botol ini dapat menjadi tempat berkembang biaknya strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
Para peneliti menemukan spesies bakteri yang disebut Klebsiella grimontii—yang mampu membentuk biofilm pada permukaan yang sebelumnya steril—dalam sampel yang diambil dari botol air.
Meskipun dapat ditemukan sebagai bagian dari mikroflora normal saluran pencernaan, itu juga dapat menyebabkan diare parah pada orang yang baru saja mengonsumsi antibiotik.
Jika jamur tumbuh di botol Anda, ini dapat memicu gejala pada siapa pun yang memiliki alergi.
Namun, perlu dicatat, tidak ada contoh penyakit parah yang dapat ditelusuri kembali ke botol air isi ulang dalam literatur ilmiah.
Ini bukan berarti kasus tersebut tidak terjadi karena mengidentifikasi sumber infeksi titik tunggal sangat sulit.

Bagaimana kita harus membersihkan botol isi ulang?

Setelah penyelidikan yang dilakukan Behnke dengan tisu dapur mengungkapkan betapa kotornya botol airnya, penelitian yang dia dan rekan-rekannya lakukan kemudian melihat kebiasaan botol air orang secara lebih rinci.
Behnke menemukan bahwa lebih dari setengah—dari 90 peserta yang disurvei selama penelitian—mengatakan mereka berbagi botol dengan orang lain, dan 15% mengatakan tidak pernah membersihkan botol mereka.
Tidak mengherankan, apakah orang membilas atau mencuci botol air mereka memengaruhi tingkat kontaminasi.
Namun, Behnke menemukan bahwa seberapa sering mereka membersihkan botol, atau bagaimana mereka membersihkannya, tidak terlalu memengaruhi seberapa terkontaminasi wadah tersebut.
Orang yang mencuci botol mereka dengan alat seperti sikat atau menggunakan mesin pencuci piring cenderung memiliki jumlah bakteri terendah di dalamnya.
Behnke dan rekan-rekannya juga menyarankan menggunakan mesin pencuci piring dengan siklus sanitasi bisa menjadi pendekatan yang paling efektif.
Namun, kesimpulan penelitian menyatakan bahwa temuan ini mungkin juga telah bias oleh fakta bahwa para peneliti mengandalkan peserta yang melaporkan sendiri perilaku pembersihan mereka. Selain itu, para responden juga mungkin telah mengubah jawaban mereka agar tampak lebih diterima secara sosial.
Penelitian ini juga menemukan bahwa botol yang berisi teh, kopi, atau jus lebih terkontaminasi daripada botol yang hanya berisi air.
Membersihkan botol air kita secara teratur dan benar adalah satu-satunya cara agar Anda tidak mengonsumsi bakteri berbahaya bersama air Anda.
Bahkan jika air di dalamnya steril, kata Freestone, air liur Anda akan berakhir di botol, bersama dengan jejak-jejak nutrisi yang disukai oleh bakteri.
Mencuci botol secara teratur bisa menghindari pertumbuhan bakteri.
Membilas botol dengan air dingin tidak cukup, kata Freestone, karena ini tidak akan menghilangkan biofilm—lapisan licin bakteri yang bisa terbentuk di permukaan dalam botol, yang menyediakan lingkungan sempurna bagi bakteri untuk berkembang biak.
Freestone merekomendasikan untuk membersihkan botol yang dapat digunakan ulang dengan air panas (di atas 60°C), karena suhu ini dapat membunuh sebagian besar patogen.
Serta menggunakan sabun pencuci piring, membiarkan botol selama 10 menit sebelum membilasnya dengan air panas.
Kemudian, biarkan botol mengering secara alami adalah cara terbaik untuk menghindari penumpukan bakteri dalam botol, karena mikroorganisme lebih menyukai lingkungan yang lembap.
Anda sebaiknya membersihkan botol Anda dengan cara ini setelah setiap penggunaan—atau setidaknya beberapa kali dalam seminggu, kata Freestone. Dan jangan pernah menunggu sampai botol mulai berbau, ia memperingatkan.
"Jika botol Anda mulai berbau, itu tanda Anda sudah mencapai titik di mana sebaiknya membuangnya," katanya.
Begitu Anda memiliki botol yang bersih, Freestone menambahkan, ingatlah untuk mencuci tangan Anda sebelum menyentuhnya.
Kini, Behnke telah menjadi pengguna botol air yang lebih teratur. Dia mencuci dan mengeringkan botolnya setiap minggu menggunakan semprotan pemutih dan sikat botol, yang digunakannya untuk membersihkan ujung atau nozzle dan permukaan kecil lainnya.

Apakah ada jenis botol air yang harus kita hindari?

Meskipun beberapa penelitian menemukan bakteri pada botol plastik lebih tinggi dibandingkan stainless steel, strategi pembersihan cenderung memiliki pengaruh yang jauh lebih besar.
Botol yang paling higienis adalah botol yang paling mudah dibersihkan, kata Freestone. Ia juga menekankan bahwa penting untuk membersihkan setiap bagian botol air, termasuk bagian luar, tutup, dan sedotan jika ada.
Namun, mungkin ada alasan lain untuk memilih logam daripada plastik.
"Plastik biasanya memiliki aditif kimia yang memberikan kelebihan: kelenturan, daya tahan, ketahanan terhadap panas, dan ringan," kata Amit Abraham, asisten profesor ilmu kesehatan populasi klinis di Weill Cornell Medicine di Qatar.
"Aditif ini terikat secara fisik pada plastik, yang berarti mereka bisa merembes ke dalam air," kata Abraham.
Bahan botol juga memengaruhi pertumbuhan bakteri.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aditif-aditif ini, seperti BPA, dapat mengganggu fungsi hormon kita, dan dapat terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, diabetes, dan penyakit kronis lainnya.
Aditif-aditif ini juga tampaknya merembes ke dalam air, kata Abraham, tanpa memperhatikan apakah botol tersebut terbuat dari plastik sekali pakai atau yang dapat digunakan ulang.
Selain itu, bahan plastik yang dapat terurai bisa meningkatkan konsentrasi mikroplastik dalam air kemasan. Botol yang terbuat dari kaca atau stainless steel mungkin menjadi alternatif yang lebih aman.
Apapun botol air yang Anda pilih, tampaknya kebiasaan menjaga kebersihan yang baik adalah kunci untuk memastikan bahwa air yang Anda minum tidak penuh dengan bakteri berbahaya.
---
Versi bahasa Inggris dari artikel ini, yang berjudul Are you cleaning your water bottle enough?, dapat Anda baca di BBC Future.