Cangkok Organ Babi ke Manusia, Solusi atas Kurangnya Stok Organ Global

Konten Media Partner
20 Maret 2022 19:37 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cangkok Organ Babi ke Manusia, Solusi atas Kurangnya Stok Organ Global
zoom-in-whitePerbesar
Perkembangan transplantasi organ telah bergerak jauh dibanding sebelumnya. Organ jantung pertama yang diambil dari babi, lalu direkayasa secara genetik, telah ditransplantasi ke tubuh manusia dan penerimanya bisa bertahan hidup selama dua bulan.
Seberapa mungkin kita menggunakan organ babi untuk mengatasi kekurangan stok organ global?
Keheningan muncul di ruang operasi, seiring meningkatnya ketegangan yang terasa begitu nyata.
Ahli bedah baru saja menghubungkan ginjal babi dengan tubuh manusia. Alat penjepit telah dilepaskan, dan darah di tubuh pasien itu kemudian mengalir ke organ babi.
"Saking heningnya, Anda bisa mendengar pin jatuh," kata ahli bedah transplantasi Dr Jayme Locke.
Keberhasilan transplantasi itu akan diketahui dalam beberapa saat kemudian, dan setiap orang di ruangan itu menanti jawaban atas pertanyaan yang sama: "Merah muda atau hitam?"
Apabila tubuh menyerang organ asing itu, setiap sel di jaringan babi tersebut akan robek dan organ itu akan membeku dari dalam ke luar. Ini akan menimbulkan bercak, lalu membiru, dan menghitam dalam beberapa menit.
Apabila "penolakan hiperakut" itu tidak terjadi, organ akan memerah karena mendapat aliran darah dan oksigen.
"(Organ) itu berubah menjadi indah dan merah muda. Rasa lega, gembira, dan harapan memenuhi ruangan. Kami bahkan melakukan tos," kata Dr Locke dari Universitas Alabama di Kota Birmingham, AS.
Operasi ini adalah satu dari serangkaian terobosan medis yang membuat xenotransplansi kembali dilirik.
Tim medis Universitas Alabama, Birmingham.
Menggunakan organ hewan dalam tubuh manusia adalah ide lama, berkisar dari implan testis simpanse hingga ginjal dan jantung pengganti yang diambil dari kerabat primata kita.
Implan dari primata sering berakhir dengan kematian setelahnya. Sebab, sistem kekebalan tubuh kita memperlakukan organ transpalansi dari hewan itu layaknya infeksi dan serangan.
Fokus hari ini ada pada babi, karena organ mereka berukuran pas dan kita memiliki pengalaman berabad-abad membudidayakannya.
Namun tantangan yang muncul terkait potensi penolakan hiperakut - yaitu bagaimana menjaga organ tetap merah muda, bukan hitam — tetap sama. Anda tidak bisa sekadar mampir ke peternakan, memilih babi, lalu mentransplansikan organnya.
Butuh kemajuan besar dalam rekayasa genetika untuk mengubah DNA babi, sehingga organ mereka lebih kompatibel dengan sistem kekebalan kita.
Transplantasi ginjal dan jantung baru-baru ini diambil dari "babi 10 gen" yang dirancang khusus.
Babi ini memiliki satu genetik yang diubah untuk mencegah organ yang disumbangkan merespons pertumbuhan hormon manusia di luar kendali.
Perubahan kunci lainnya dengan menghilangkan molekul manis yang disebut alpha-Gal, yang menempel pada permukaan sel babi yang akan bertindak layaknya lampu neon yang berkedip sebagai penanda jaringan asing.
Sayap dari sistem kekebalan manusia, yang disebut sistem komplemen, rutin berpatroli di tubuh mencari alpha-Gal. Itulah sebabnya organ dapat ditolak dan dibunuh beberapa saat setelah ditransplantasi.
Dua "lampu neon" lainnya dihilangkan secara genetik dan enam tanda genetik manusia ditambahkan, sehingga dia menjadi seperti jaring kamuflase di atas sel babi, yang membantu menyembunyikannya dari serangan sistem kekebalan.
Babi 10-gen yang dihasilkan kemudian dikembangkan dalam kondisi steril sehingga bisa digunakan untuk transplantasi.

Jantung dan ginjal

Sepasang ginjal babi ditransplantasi ke tubuh Jim Parsons yang telah mengalami 'kematian otak' pada September 2021.
Parsons ingin menjadi donor organ ketika meninggal, dan ketika ginjalnya disumbangkan, ginjal babi ditransplantasi atas izin keluarganya.
Dr Locke menggambarkan momen "luar biasa" saat salah satu ginjal mulai memproduksi urin dan dia merasa xenotransplantasi dapat "benar-benar mengubah hidup manusia, bahkan menyelamatkan hidup mereka".
Dia berharap uji klinis terkait hal ini bisa dimulai pada akhir tahun ini.
Keluarga Jim Parsons mengizinkan transplantasi ginjal babi ke dalam tubuhnya.
Operasi itu merupakan eksperimen tiga hari, tetapi sementara itu, ahli bedah di Universitas Maryland melangkah lebih jauh.
Pasien mereka, David Bennett, 57, mengalami gagal jantung parah. Dia dinyatakan tidak cocok untuk transplantasi jantung manusia dan bertahan hidup dengan mesin Ecmo yang menopang kinerja jantung dan paru-parunya.
Bennett mengatakan transplantasi jantung babi itu sebagai "peluang di tengah kegelapan".
Seekor babi gen-10 dibawa ke rumah sakit pada 7 Januari 2022. Kemudian jantungnya ditransplantasi ke tubuh Bennett.
Operasi itu rumit, sebab jantung Bennett telah membengkak akibat penyakit yang dia derita. Oleh sebab itu, sangat menantang untuk bisa menghubungkan pembuluh darah ke jantung babi yang lebih kecil.
Lagi-lagi ada momen menegangkan ketika menyaksikan apakah jantung itu akan ditolak dengan cepat oleh tubuh Bennet, tetapi ternyata jantung babi itu berdetak dan tetap merah muda.
Direktur xenotransplantasi jantung di rumah sakit itu, dr Muhammad Mohiuddin, mengatakan dia tidak menyangka bisa menyaksikan ini seumur hidupnya.
Satu bulan pasca-operasi, Mohiuddin mengatakan tidak ada tanda-tanda jantung babi itu ditolak oleh tubuh, tetapi kondisi Bennett masih lemah.
"Ini seperti memasang mesin Ferrari baru di mobil keluaran tahun 1960-an. Mesinnya bekerja dengan baik, tapi bagian tubuh lainnya harus menyesuaikan," kata dia.
Transplantasi jantung babi ke manusia pertama berlangsung di Baltimore.
Bennett meninggal dua bulan setelah transplantasi. Penyebabnya masih belum diketahui pasti, termasuk apakah akibat implikasi dari xenotransplantasi.
Bennett sangat lemah sebelum operasi dan mungkin saja jantung yang baru tidak cukup menopang kondisinya.
Tidak ada tanda-tanda penolakan organ yang dilaporkan, tetapi apabila analisis rinci dari jantung itu menunjukkan tanda-tanda bahwa dia diserang sistem kekebalan tubuh, babi gen 10 mungkin perlu dimodifikasi lebih lanjut agar lebih cocok untuk tubuh manusia.
Atau, itu bisa menjadi anatomi, dan jantung babi mungkin tidak sesuai dengan perannya di tubuh manusia.
Jantung manusia harus bekerja lebih keras melawan gravitasi dibandingkan jantung babi, sebab manusia berjalan dengan dua kaki.
Chris Denning, yang merupakan profesor biologi sel induk di Universitas Nottingham, mengatakan keberhasilan mengatasi penolakan hiperakut berarti transplantasi jantung bisa dianggap "sukses".
Menurut dia, apabila masalahnya adalah kondisi pasien yang lemah, maka xenotransplantasi "bisa berhasil di masa depan". Namun apabila persoalannya ada pada anatomi, maka ini bisa "berpotensi menjadi penghalang".
Rumah sakit berencana untuk terus melakukan uji klinis terkait hal ini.
Ahli bedah transplantasi terkemuka di Inggris, Profesor John Wallwork, mengatakan jantung babi tidak harus sebaik jantung manusia untuk bisa menyelamatkan banyak nyawa. Banyak orang meninggal dunia ketika menunggu transplantasi.
Prof Wallwork, yang melakukan transplantasi jantung, paru, dan liver pertama di dunia merupakan pelopor awal xenotransplantasi.
Menurut dia, lebih baik memberi peluang hidup 70% pada 1.000 orang dengan jantung babi, dibanding memberi peluang hidup 85% kepada 100 orang dengan jantung manusia.
"Jadi kalau pun tidak sebagus transplantasi organ manusia, kita masih melakukan hal yang lebih baik dibanding tidak melakukan opsi yang bisa menyelamatkan 1.000 pasien," kata dia.
Xenotransplantasi selalu terasa seperti hal besar yang akan datang dalam dunia transplantasi. Tidak diragukan lagi bahwa serangkaian operasi penting telah dilakukan, tetapi perlu lebih banyak penelitian yang bisa menunjukkan apakah ini bisa terus berkembang.
Dr Locke mengatakan, "tujuan kami adalah agar satu babi 10-gen bisa menyelamatkan pasien dengan gagal ginjal, gagal liver, gagal jantung, hingga pasien dengan penyakit paru-paru stadium akhir.
"Itu akan menjadi pencapaian yang luar biasa dan saya yakin bahwa kita akan mencapai titik itu selagi saya masih hidup."