Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Cara Negara Bebas COVID-19 Terima Bantuan Tanpa Mendatangkan Virus Corona
21 Januari 2022 8:19 WIB
·
waktu baca 4 menitPesawat-pesawat pertama yang mengangkut bantuan kemanusiaan berhasil tiba di Tonga, Kamis (20/01). Armada pesawat ini mengangkut barang-barang yang dibutuhkan bagi korban letusan gunung berapi yang memicu tsunami besar di sana, akhir pekan lalu.
Namun, upaya kemanusiaan untuk membawa bantuan ke Tonga menjadi rumit karena pemerintah setempat khawatir pengiriman bala bantuan itu dapat menyebarkan virus corona. Apalagi, Tonga adalah negara yang bebas Covid.
Selandia Baru mengatakan pesawat militer mendarat di bandara utama Tonga setelah landasan tersebut dibersihkan dari sisa-sisa abu. Australia juga mengonfirmasi pesawat pertamanya sudah mendarat di sana.
Kamis (20/01) kemarin, militer Selandia Baru mengonfirmasi pesawat Hercules C-130 mendarat di landasan bandara sekitar pukul 16.00 waktu setempat.
Pesawat ini mengangkut air bersih, barang kebutuhan di pengungsian, generator listrik, peralatan kebersihan untuk sehari-hari, dan peralatan komunikasi.
Beberapa jam kemudian menteri pertahanan Australia mencuit pesawat pertama yang dikirim kementeriannya telah tiba membawa "bantuan kemanusiaan dan barang-barang untuk bantuan bencana"
Negara bebas Covid
Negara kepulauan di Pasifik Selatan ini benar-benar bebas dari Covid, hanya satu kasus infeksi dilaporkan pada Oktober lalu. Pemerintah bertekad membuat negaranya tetap bebas dari Covid.
Pihak berwenang kemudian menekankan bantuan yang dikirimkan dari luar harus dengan cara 'tanpa ada kontak', untuk mencegah masuknya virus.
Apa yang dimaksud dengan bantuan tanpa kontak?
"Di Tonga, bantuan kedaruratan telah dikirim, tapi tidak ada personel yang ikut serta, dan protokol Covid secara ketat diikuti saat proses pengiriman barang bantuan," kata Aaron Davy dari Dewan Pembangunan Internasional di Selandia Baru.
"Bahkan ketika perbaikan kabel komunikasi yang putus di laut, pekerjaan itu dilakukan tanpa adanya kontak dengan penduduk lokal."
Lembaga-lembaga kemanusiaan juga memberikan bantuan dari jarak jauh - seperti berkoordinasi dengan para ahli. Pihak berwenang di sana dan kelompok masyarakat lantas menjalankan instruksi di lapangan.
"Kami punya staf dan mitra di negara itu, dan kami bisa merencanakan sesuatu dengan mereka, dan membantu mereka tanpa harus masuk ke Tonga," kata koordinator penduduk Unicef untuk Kepulauan Pasifik, Jonathan Veitch.
"Kami membantu memvaksinasi seluruh negara, jadi [pengiriman tanpa kontak] memungkinkan untuk dilakukan.
"Tetapi pada akhirnya, kami mungkin membutuhkan beberapa ahli untuk menangani masalah air, kebersihan, dan sanitasi yang memerlukan pembangunan di sana - dan kemudian kita perlu mengatur secara sistematis langkah-langkah karantina yang aman dengan pemerintah setempat."
Apakah langkah ini sudah pernah dilakukan sebelumnya?
Ya, sudah pernah ada sejumlah operasi 'tanpa kontak' di wilayah ini selama masa pandemi.
Selandia Baru mengirim vaksin ke negara-negara di Kepulauan Pasifik dengan menggunakan kapal angkatan laut, kemudian ke helikopter, atau perahu karet dari kejauhan, sebelum sampai ke penduduk yang berada di pulau.
Protokol keamanan yang ketat - seperti penggunaan APD - mencegah kemungkinan adanya transmisi.
Anggota kru juga menerima pelatihan khusus bagaimana cara menangani boks vaksin ketika ini serah terima kepada mereka.
Metode tanpa sentuhan juga pernah dilakukan untuk mendistribusikan pasokan bantuan ke Vanuatu, saat diterpa Badai Harold pada April 2020.
Relawan asing dilarang masuk ke negara itu, dan pesawat membawa bantuan kemanusiaan yang telah didisinfektan dan dikarantina selama tiga hari.
"Covid telah memaksa perubahan cara pengiriman bantuan, dan pendekatan yang lebih lokal ini efektif," kata Mr Davy.
"Kami tidak hanya mencegah penularan Covid [di Vanuati], tapi kami dapat mendukung mereka dengan mendapatkan sumber daya dan anggaran secara langsung kepada orang-orang yang ada di negara itu, yang mengetahui bagaimana cara terbaik untuk merespons."
Bagaimana Tonga bisa mencapai nol kasus Covid?
Tonga berhasil menutup perbatasan negaranya dari penerbangan internasional.
Semua penerbangan komersial ke Tonga dilarang, dan kegiatan untuk keluar dari negara itu juga secara ketat dibatasi.
Hanya warga Tonga dan penduduk tetap, dan pelancong yang diizinkan masuk oleh Kementerian Kesehatan. Orang yang masuk harus dikarantina selama 21 hari pada saat kedatangan.
Barang-barang yang masuk ke negara ini juga harus dikarantina.
Sekitar 60% dari 105.000 populasi penduduk Tonga sudah mendapatkan vaksin penuh.
Pemerintah setempat juga mengambil kebijakan pembatasan yang ketat sejak awal pandemi, termasuk jam malam, dan pembatasan jumlah orang untuk berkerumun.
Kenapa Tonga sangat khawatir dengan Covid?
Negara Tonga memiliki 170 pulau, yang perekonomiannya sangat bergantung dari wisatawan mancanegara.
Dengan penduduk lokal yang hidup di pulau-pulau terpencil, banyak yang memiliki keterbatasan terhadap fasilitas kesehatan, membuat mereka sangat rentan terhadap wabah.
Orang-orang juga khawatir kurangnya paparan virus pada penduduk Tonga, berarti hanya sedikit kekebalan yang ada di populasi.
Pengalaman sejarah juga mempengaruhi kekhawatiran mereka terhadap penyebaran penyakit.
Satu abad lalu, saat Flu Spanyol sampai ke Tonga melalui kedatangan kapal yang membawa para penumpang yang sakit, infeksi kemudian menyebar dengan cepat.
Diperkirakan lebih dari 8% dari populasi meninggal akibat infeksi tersebut.
Selama Abad ke-18, penyakit lain, seperti campak dan disentri juga pernah masuk ke negara kepulauan itu, membuat guncangan pada negara yang memiliki populasi kecil ini.