Cerita Mantan Tentara Soviet yang Kini Menyelamatkan Diri dari Invasi Rusia

Konten Media Partner
12 Maret 2022 13:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seperti kebanyakan warga Ukraina lainnya, Volodymyr Dehtyarov tidak tahu sampai kapan dia harus mengungsi.
zoom-in-whitePerbesar
Seperti kebanyakan warga Ukraina lainnya, Volodymyr Dehtyarov tidak tahu sampai kapan dia harus mengungsi.
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Invasi Rusia ke Ukraina telah menghancurkan kehidupan jutaan orang. Banyak di antara mereka lahir di bawah pengaruh komunisme ketika Ukraina masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Kini, mereka mulai meninggalkan negaranya. Wartawan BBC Fergal Keane bertemu dengan dua orang lansia di sebuah stasiun kereta api di Lviv, Ukraina barat, saat mereka mencoba menyelamatkan diri.
Ketika Volodymyr Dehtyarov menjadi tentara di Afghanistan, hanya ada dia dan rekan-rekannya sesama serdadu Soviet. Saat melawan mujahidin di Kandahar, mereka harus saling menjaga satu sama lain. Tidak ada orang yang lebih penting di antara yang lain. Mereka diberi perintah dan mereka bertempur.
Pada masa itu, Volodymyr adalah seorang tentara Uni Soviet. Dia sama sekali tidak tahu misi menyelamatkan rezim pro-Moskow di Kabul bakal gagal.
"Kami diberi perintah dan kami melakukan tugas kami," katanya kepada saya.
Mantan prajurit itu berdiri dalam antrean panjang di stasiun kereta api Lviv, menunggu dievakuasi ke Polandia bersama putri, menantu, dan empat cucunya. Putranya dan seorang cucu yang mengidap autisme harus tinggal di Mykolaiv, Ukraina selatan.
Volodymyr Dehtyarov saat menjadi tentara dan berperang di Afghanistan.
Dalam foto-foto hitam-putihnya saat bertempur dalam perang lain, dia berdiri dengan percaya diri seraya membawa senjata di lengannya.
Foto-foto tersebut, bersama medali kedinasan di Afghanistan, adalah pengingat semasa dirinya masih gagah serta persahabatan yang ditempa dalam pertempuran.
Namun, Tentara Merah sudah lama tiada. Perang baru ini justru telah memisahkan persahabatannya dengan para veteran Rusia yang pernah berjuang bersama.
"Kami tidak lagi berbicara satu sama lain," katanya.
Volodymyr pensiun dari militer dengan pangkat letnan kolonel. Dia menyadari pemerintahnya menyampaikan propaganda ke Rusia bahwa Ukraina adalah negara yang dijalankan oleh Nazi dan fasis.
Ketika saya bertanya apa pendapatnya tentang label seperti itu, dia tertawa. Itu adalah tawa yang panjang dan pahit. Dia pun melambaikan tangannya ke arah seorang wartawan perempuan, anak-anak, dan orang tua di sekelilingnya.
"Benar-benar deh pertanyaannya. Di sini? Nazi? Fasis? Orang-orang ini? Apa yang kalian bicarakan? Ini bukan fasis atau Nazi? Lihat mereka. Ini orang Ukraina. Sederhana saja."
Veteran itu naik kereta api ke Polandia bersama keluarganya dan berharap bisa pergi lebih jauh ke barat, lebih jauh ke Uni Eropa. Seperti orang lain di sini, dia tidak tahu berapa lama pengungsiannya akan berlangsung.
Valentyna Malyshkina tidak tahu tujuan pastinya dan hanya berharap bantuan dari relawan.
Valentyna Malyshkina, 82 tahun, menuju ke arah yang sama dengan Volodymyr. Bedanya, dia sendirian. Dia berasal dari Kryvyi Rih di Ukraina tengah. Valentyna memiliki selembar kertas di tangannya, yang bertuliskan nomor telepon putrinya.
Dia mengaku tidak memiliki ponsel dan berharap bisa meminjam satu dari seorang sukarelawan ketika dia sampai di Polandia.
Ke mana tepatnya dia pergi? Dia juga tidak tahu. Apakah ada yang akan bertemu dengannya? Sekali lagi, dia tidak tahu apakah ada orang yang menunggunya di Polandia. Tapi sejauh ini para relawan itu baik hati. Mereka memberinya makanan.
Ketika tekanan darahnya naik dan dia merasa ingin pingsan, para relawan memberinya tablet untuk meredakan gejala pusing. Ada juga yang mengambilkan kursi untuknya.
Setiap kali antrean bergerak, seseorang membantunya untuk berdiri dan maju.
"Saya tidak tahu apa-apa. Saya akan pergi dan hanya itu," katanya. "Saya berharap ada orang baik. Itu saja. Saya yakin saya tidak akan ditinggalkan."
Saya berpikir sejenak. Dia begitu berani, mengandalkan rasa percayanya pada kebaikan orang asing.
Namun, semua yang saya lihat di stasiun Lviv, dan semua yang saya dengar tentang bagaimana para lansia diterima di Polandia, menunjukkan bahwa Valentyna benar.
Akan ada sambutan dan kenyamanan bagi perempuan tua itu saat dia pindah ke tempat yang tidak dikenal sepanjang hidupnya.