Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Dapatkah Hujan Buatan Perbaiki Kualitas Udara di Jakarta?
29 Agustus 2023 7:15 WIB
Dapatkah Hujan Buatan Perbaiki Kualitas Udara di Jakarta?
Pemerintah Indonesia sedang bersiap menciptakan hujan buatan dalam rangka mengatasi masalah polusi udara di Jakarta, sebelum Indonesia memasuki puncak musim kering pada September.
Hujan lebat di kawasan Jabodetabek pada Minggu malam (27/08) adalah hasil operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang dilakukan oleh sejumlah lembaga pemerintah.
Cara tersebut tampaknya berhasil menurunkan tingkat polusi di ibu kota untuk sementara waktu, menurut situs pemantau kualitas udara - meskipun masih di rentang yang tidak sehat.
Pemerintah juga tengah menyiapkan sejumlah cara lain untuk menurunkan tingkat polusi, salah satunya dengan menyemprotkan air dari atas gedung.
Kapan modifikasi cuaca dilakukan?
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan kepada BBC News Indonesia bahwa operasi modifikasi cuaca untuk mengatasi polusi udara telah dimulai sejak 24 Agustus.
“Jadi sejak tanggal 24-25 Agustus, BMKG memprediksi sekitar periode 26 hingga 27 Agustus terdapat potensi dinamika atmosfer. Adanya Gelombang Rossby yang cukup aktif di sekitar Jawa Barat ... Kondisi dinamika atmosfer itulah yang dimanfaatkan,” dia menjelaskan.
Gelombang Rossby adalah gelombang yang membawa massa udara hangat dari wilayah ekuator menuju wilayah kutub, meningkatkan intensitas penguapan di beberapa wilayah yang dilalui dan akibatnya meningkatkan curah hujan.
Akibat modifikasi cuaca, wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi mengalami hujan ringan hingga sangat lebat pada Minggu malam.
Tim teknologi modifikasi cuaca (TMC) dua kali melakukan penyemaian garam pada Minggu (27/08). Operasi pertama dilakukan pada pukul 09:00 WIB pada ketinggian 8.000 kaki di wilayah Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Bekasi. Sedangkan operasi kedua pada siang harinya di Kabupaten Bekasi, Jakarta Utara, Depok, dan Kota Bekasi.
“Dan untungnya kemarin ini angin bergerak dari arah selatan sehingga potensi hujan... yang memang secara topografi Bogor ini kan selalu ada awan-awan orografis ya. Ini yang menjadi bibit-bibit hujan itu bisa dioptimalkan.
“Angin yang terbawa dari arah selatan, dari Bogor ini bisa masuk meluas ke Jakarta. Alhamdulillah Jakarta malam sempat kebagian juga,” kata anggota tim TMC dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Harsoyo.
Apakah hujan bisa menghilangkan polusi udara?
Cuaca kering di musim kemarau selama ini dianggap menjadi salah satu faktor penyebab buruknya kualitas udara di ibu kota, dengan lapisan polusi bertahan di atmosfer.
Hujan dapat mendorong sebagian besar partikel polusi – termasuk PM2,5 – jatuh ke permukaan bumi. Proses ini disebut deposisi basah.
Data kualitas udara di situs pemantau IQAir menunjukkan PM2,5 di Jakarta pada Minggu (27/08) mencapai level terendah hari itu di pukul 20:00 sebelum berangsur-angsur naik kembali. Namun, penurunan itu masih di dalam rentang yang tidak sehat.
Rusmawan Suwarman, anggota kelompok keahlian sains atmosfer di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, mengatakan hujan buatan memang dapat membantu menurunkan polusi, tapi ini bukanlah solusi jangka panjang.
Solusi jangka panjangnya, dia menambahkan, adalah mengatasi polusi dari sumbernya.
“Ini usaha jangka pendek. Kalau misalkan sudah tidak bekerja lagi TMC dan dalam musim kering ya akan muncul lagi [polusinya]. Ini 'balap-balapan' sebenarnya,” ujarnya.
Apakah hujan buatan bisa terus dilakukan?
Tim modifikasi cuaca tidak menciptakan hujan dari udara kosong tapi memanfaatkan potensi hujan dari awan yang sudah ada.
Mereka menyemaikan bahan-bahan yang bersifat menyerap air atau higroskopik kepada awan sehingga meningkatkan proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan mempercepat terjadinya hujan.
“TMC ini kalau kita main bola ibarat striker. Sejago-jagonya striker kalau tidak pernah ada suplai bola maka dia tidak akan bisa mencetak gol. Kami ini stand by terus begitu ada suplai ya kita coba bikin gol kira-kira begitu. Suplainya itu potensi hujan,” kata Budi Harsoyo dari BRIN.
“Itu andai kita tidak semai, hujannya tetap mungkin akan tetap jadi hujan, tetapi intensitasnya tidak sebesar itu begitu dan areanya pun tidak seluas itu,” dia menambahkan.
Itu berarti, TMC tidak bisa dilakukan terus-menerus karena Indonesia akan menghadapi puncak musim kering pada September mendatang.
Kepala BMKG Dwikorita mengatakan potensi hujan itu diperkirakan hanya akan ada sampai tanggal 2 September, kecuali ada dinamika atmosfer yang memungkinkan.
“Setelah masuk September itu puncak kekeringan tertinggi di tahun ini. Jadi yang kejadian [kekeringan] kemarin, itu baru pendahuluan. Belum klimaksnya. Klimaksnya itu di bulan September,” ujarnya.
Tim TMC saat ini tengah bersiap siaga sampai tanggal 2 September untuk memanfaatkan potensi hujan. Budi Harsoyo mengatakan mereka akan berusaha supaya ada beberapa kali hujan sebelum dimulainya rangkaian kegiatan KTT ASEAN di Jakarta pada awal September 2023 mendatang.
Cara apa lagi untuk menurunkan polusi udara?
Karena keterbatasan TMC, pemerintah kini mencoba teknologi lain untuk menurunkan polusi udara yang tidak bergantung pada awan.
Salah satu caranya adalah teknologi mist generator atau generator kabut, yang menyemprotkan air dari atap gedung-gedung tinggi di Jakarta. Teknologi tersebut saat ini sedang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta.
Budi Harsoyo mengatakan BRIN menyarankan teknologi tersebut dengan mengambil referensi dari sejumlah kota besar di dunia seperti Bangkok, Seoul, New Delhi, dan Shanghai. Menurut dia, cara ini sudah terbukti bisa menurunkan kerapatan polutan di permukaan.
“Meskipun tidak menghilangkan tetapi bisa menurunkan kadar partikulat. Apakah itu PM 2,5 atau 10,” ujarnya.
Cara lainnya yang disarankan adalah menggunakan dry ice untuk mengganggu kestabilan lapisan di atmosfer yang menghalangi polutan terus naik ke atas. Cara ini pernah dicoba di Thailand, kata Budi.
Pemerintah tengah mengusahakan berbagai cara untuk memperbaiki kualitas udara ibu kota, yang telah mengakibatkan berbagai masalah kesehatan. Apalagi, sebentar lagi Jakarta akan kedatangan sejumlah pemimpin negara tetangga untuk acara KTT Asean.
Pemprov DKI Jakarta telah memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah bagi pegawainya demi mengurangi polusi udara di ibu kota. Warga juga diminta untuk menggunakan masker.
Sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menghentikan kegiatan empat perusahaan berbasis batu bara, dalam upaya mengendalikan sumber polusi dari industri.
Namun banyak warga menganggap pemerintah lamban menanggapi keluhan yang sudah disampaikan sejak bertahun-tahun yang lalu .