Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Doctor Strange In The MoM: Film Marvel Terbaik yang Pernah Dibuat?
17 Mei 2022 15:12 WIB
·
waktu baca 4 menitSayang betul film kedua Doctor Strange tidak diberi judul Doctor Stranger, meski demikian pemberian judul Doctor Strange in the Multiverse of Madness adalah jalan keluar yang bagus.
Dengan begitu, film ini seolah berjanji akan memberi kegembiraan seperti menonton Pulp Fiction sekaligus menghadirkan kekonyolan ala film tengah malam.
Dan setelah selesai ditonton, film ini mewujudkan janji tersebut.
Ketika dirilis lebih dari lima tahun lalu, film pertama punya efek psikedelik yang spektakuler dan alur cerita yang mengikuti formula ala studio — seorang pria kulit putih nan arogan memperoleh kemampuan ajaib dan mengalahkan musuh jahat yang mudah dilupakan. Sekuelnya berbeda, meski awalnya terasa cukup familiar.
Film dimulai ketika Stephen Strange (Benedict Cumberbatch), dokter bedah saraf tersohor di New York yang belakangan menjadi master penyihir, menghadiri pernikahan perempuan yang ditaksirnya di masa lalu, Christine Palmer (Rachel McAdams).
Namun, Strange tiba-tiba punya urusan lain yang harus segera ditangani: monster gurita bermata satu sedang mengejar perempuan bernama America Chavez (Xochitl Gomez) di Manhattan.
Sesaat kemudian, America memberitahu Strange dan rekannya sesama penyihir, Wong (Benedict Wong), bahwa dia berasal dari jagat lain.
Bahkan, dia punya kekuatan untuk melompat di antara jagat berbeda—yang membuat monster itu mengejarnya karena majikan sang monster ingin merebut kekuatan America demi menguasai semua jagat.
Satu-satunya cara untuk menggagalkan tokoh jahat ini adalah menemukan buku mantra paling super. Karena itu, Strange merekrut penyihir lainnya, yaitu Wanda Maximoff (Elizabeth Olsen) dari the Avengers. Petulangan mereka pun dimulai.
Ada banyak aksi buatan CGI yang bisa dinikmati penonton, tapi sesaat film ini tidak penting disaksikan masyarakat awam kecuali bagi para penggemar film-film Marvel. Bahkan mungkin film ini lebih cocok dijadikan serial untuk ditayangkan Disney+.
Akan tetapi, perlahan tapi pasti, film ini menjadi lebih aneh, konyol, lebih emosional, dan lebih imajinatif dengan kelakar menggelikan dan kejutan besar. Dengan kata lain, film ini semakin nyata disutradarai Sam Raimi.
Apresiasi juga pantas diberikan kepada penulis naskah, Michael Waldron, yang menjahit alur cerita sangat rumit tapi dapat dicerna.
Dia memang layak memberikan porsi peran yang lebih besar kepada McAdams dan Wong ketimbang film Doctor Strange pertama. Dia juga memasukkan unsur-unsur kejutan lebih besar yang mampu dijaga kerahasiaannya oleh studio.
Doctor Strange in the Multiverse of Madness benar-benar terasa karya Raimi. Saat dia membuat trilogi Spider-Man yang dibintangi Tobey Maguire, kekagumannya pada Stan Lee dan Steve Ditko begitu terlihat.
Saat menyutradarai trilogi The Evil Dead dan Drag Me to Hell, dia tidak menahan-nahan kejutan horor-komedi ala kartun.
Film tersebut menjadi petualangan surreal yang menampilkan zombie-zombie berhati baik, minotaur berbulu hijau, jubah yang terbuat dari para arwah terkutuk, dan duel yang dilakoni menggunakan nada-nada.
Raimi belum menghasilkan karya baru sejak Oz the Great and Powerful sejak 2013, sehingga mungkin dia menaruh semua ide gila selama 10 tahun terakhir ke dalam satu film.
Film kedua Doctor Strange ini memang memenuhi kriteria sebuah film blockbuster Marvel yang berbagai elemennya diketahui oleh para penonton film-film Marvel sebelumnya.
Akan tetapi, film ini juga seperti film independen yang aneh dan menyenangkan namun sedemikian populer hingga dikultuskan. Tidaklah mungkin bagi Raimi membuat hal semacam itu tanpa sokongan dana serta pijakan cerita dari Marvel.
Sejumlah orang mungkin menganggap film ini tidak masuk akal, dan mereka ada benarnya. Kendati begitu, Doctor Strange in the Multiverse of Madness sangat menyenangkan.
Daya tarik film ini tidak sepenuhnya bergantung pada antusiasme sang sutradara untuk film-film genre thrill.
Di balik patung raksasa dan alien berbentuk cumi-cumi, Anda bisa menemukan Doctor Strange dan Wanda melihat realita berbeda di mana mereka lebih bahagia dan kemudian bertanya-tanya apakah mereka akan mengenak kebahagiaan semacam itu di realita yang mereka jalani.
Adegan-adegan tenang diperankan sangat tepat oleh Cumberbatch dan Olsen sehingga Anda akan peduli pada pemeran-pemeran lain di tengah semua efek digital yang ditampilkan. Raimi dan timnya telah menjahit cerita yang menyihir penonton.
★★★★★
---
Versi bahasa Inggris dari artikel ini, Doctor Strange in the Multiverse of Madness review, bisa disimak di laman BBC Culture.