Konten Media Partner

Haredim, Kelompok Yahudi Ultra-ortodoks yang Menentang Perintah Wajib Militer di Israel - Siapa Mereka dan Mengapa Mereka Menentangnya?

5 Juli 2024 16:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Haredim, Kelompok Yahudi Ultra-ortodoks yang Menentang Perintah Wajib Militer di Israel - Siapa Mereka dan Mengapa Mereka Menentangnya?

Haredim termasuk dalam salah satu dari 'empat suku Israel modern', bersama dengan kaum nasionalis sekuler, religius, dan orang Arab Israel.
zoom-in-whitePerbesar
Haredim termasuk dalam salah satu dari 'empat suku Israel modern', bersama dengan kaum nasionalis sekuler, religius, dan orang Arab Israel.
Putusan Mahkamah Agung Israel yang menyatakan pemerintah harus mewajibkan warga Yahudi ultra-Ortodoks ikuti wajib militer menuai aksi protes di Yerusalem. Salah satunya pendemo adalah Joseph, pelajar di pelajar di wilayah Mea Shearim, yang memprotes kebijakan itu karena dianggap mengancam kehidupan religius mereka.
Mahkamah Agung juga mengatakan pemerintah tak bisa lagi mendanai sekolah agama (yeshivas) yang siswanya tak ikut wajib militer.
"Selama 2.000 tahun kami telah dianiaya, dan kami bertahan hidup karena kami mempelajari Taurat (lima kitab pertama dari kitab suci Yahudi)," ucap Joseph.
"Sekarang Mahkamah Agung ingin mencabutnya dari kami, dan itu akan menyebabkan kehancuran bagi kami. Menjadi tentara bakal membuat orang Yahudi yang religius menjadi tak religius lagi," ujarnya kemudian.
Pemuda Yahudi lain khawatir wajib militer akan merusak identitas Ortodoks mereka, karena dianggap tidak memberikan manfaat apa pun untuk pertahanan Israel.

Siapakah Haredim, penganut Yahudi ultra-Ortodoks Israel?

Yahudi Ultra-Ortodoks, yang juga dikenal sebagai Haredim, tinggal di komunitas tertutup. Tanpa televisi, internet, atau media sosial.
Para pria mendedikasikan sebagian besar waktu mereka untuk belajar agama, sementara perempuan mengurus rumah tangga dan menafkahi keluarga.
Mereka merupakan sekitar 13% dari populasi Israel dan memegang pengaruh politik yang signifikan.
Sebagai imbalan atas dukungan terhadap pemerintah yang dipimpin berturut-turut oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kaum ultra-Ortodoks memperoleh pengecualian dari wajib militer khusus bagi mereka yang mengabdikan diri belajar Taurat dan pendanaan untuk lembaga mereka.
Pria Haredim biasanya mendedikasikan hidup mereka untuk mempelajari Taurat.
Peraturan ini telah lama memicu ketegangan dengan orang-orang Yahudi sekuler di Israel, yang bertugas di militer dan menanggung beban pajak utama.
Bulan lalu, di tengah konflik Gaza dan ketegangan dengan Hizbullah, Mahkamah Agung Israel mengakhiri pengecualian ini, yang mendorong ribuan Haredim menggelar aksi protes.
Sejumlah pakar mengatakan keputusan tersebut juga mengancam stabilitas pemerintah, sebab partai-partai koalisi seperti Shas dan United Torah Judaism mengancam bakal menarik dukungan mereka.

Perbedaan dengan kelompok Yahudi lainnya

Haredim termasuk dalam salah satu dari "empat suku Israel modern", sebagaimana didefinisikan oleh mantan Presiden Reuven Rivlin, bersama dengan kaum sekuler, nasionalis relifius, dan orang Arab Israel.
Pakaian khas mereka meliputi jas hitam untuk pria, sering kali dengan rambut ikal di bagian samping yang memanjang, janggut besar, dan topi bertepi lebar.
Para perempuan biasanya mengenakan rok panjang, stoking tebal, dan hijab atau wig, sehingga mereka mudah dikenali.
Pria Yahudi Ultra-Ortodoks biasanya mengenakan setelan jas hitam, seringkali dengan rambut ikal samping yang panjang, jenggot besar, dan topi bertepi lebar yang merupakan bagian dari pakaian khas mereka.
Serial televisi seperti "Unorthodox" dan "Shtisel" dari Netflix terinspirasi pada gaya hidup mereka.
Haredim adalah bagian dari dunia Yahudi Ortodoks, yang dicirikan lewat kepatuhan ketat pada hukum Yahudi.
Berbeda dengan Yahudi Ortodoks modern, yang menyeimbangkan ketaatan agama dengan profesi sekuler, Haredim sepenuhnya berfokus pada belajar Taurat dan praktik tradisional.
Yahudi Ortodoks mematuhi "tiga elemen utama: menjalankan Sabat (hari istirahat Yahudi), makan kosher (makanan yang diizinkan oleh agama), dan mempraktikkan apa yang dikenal sebagai 'kemurnian perkawinan' (tidur di ranjang terpisah dan tidak melakukan hubungan seksual sampai tujuh hari setelah menstruasi serta setelah ritual mandi berendam)," jelas Naomi Seidman, seorang profesor di Center for Diaspora and Transnational Studies di University of Toronto kepada BBC Mundo.
Seorang Yahudi Ortodoks modern, sambungnya, "akan mengejar karier lain seperti di bidang hukum atau kepolisian, selama mereka mematuhi elemen-elemen hukum Yahudi ini."
Dalam sejarah panjang Yudaisme, ultra-Ortodoks muncul relatif baru pada abad ke-19 karena industrialisasi, yang mendorong lahirnya jenis Yahudi baru yang lebih terintegrasi ke masyarakat.
Pergeseran ini menyebabkan perpecahan di antara orang-orang Yahudi Ortodoks, dengan beberapa orang menganjurkan penafsiran Yudaisme yang lebih ketat, isolasionis, dan anti-sekuler di bawah para rabi yang berbeda.

Komunitas dan gaya hidup

Haredim biasanya tinggal di tempat yang para tetangganya bisa berbagi pandangan mereka dan berusaha meminimalkan kontak dengan dunia luar demi melindungi nilai-nilai dan kebiasaan mereka.
Meskipun sebagian besar komunitas ultra-Ortodoks berada di Amerika Serikat dan Inggris, populasi terbanyak ada di Israel, karena didukung oleh angka kelahiran yang tinggi.
Tel Aviv, menampung sebagain besar populasi ini.
"Mereka umumnya memiliki keluarga besar dan biasanya kurang makmur dibandingkan orang Yahudi Ortodoks sekuler atau modern -yang terkaya dari populasi Yahudi dan cenderung memiliki keluarga lebih kecil," jelas Naomi Seidman.
Hanya sebagian kecil penganut Yahudi Ultra-Ortodoks yang secara aktif memprotes dan menolak Israel, dan terkadang mengibarkan bendera Palestina.
Setiap komunitas memiliki sinagoge, yeshiva (sekolah agama), dan organisasi komunitasnya sendiri.
Di dunia Haredim, rasa hormat dan status berkolerasi dengan pengetahuan Taurat seseorang.
Mereka juga menjadikan para rabi sebagai tokoh penting yang kerap diajak berkonsultasi untuk keputusan besar dalam hidup, seperti pernikahan serta pilihan pendidikan.
Sementara sebagian besar pria dewasa fokus pada belajar agama, istri mereka sering kali memikul tanggung jawab finansial.
Kesempatan kerja terbatas, yang akhirnya berkontribusi pada ketergantungan ekonomi dari subsidi negara.
Daerah seperti Mea Shearim di Yerusalem dan Bnei Brak di dekat Tel Aviv merupakan rumah bagi sebagian besar penganut Yahudi Ultra-Ortodoks.
Meskipun sifat mereka tertutup, generasi baru Haredim yang lebih modern sedang tumbuh.
Menurut Seidman, "mereka mempertahankan gaya hidup dan pakaian layaknya Haredim, tapi alih-alih membatasi diri pada peran tradisional seperti perdagangan berlian, mereka mengejar karier sebagai pendidik atau pengacara dan memanfaatkan internet, kendati dipandang kritis oleh golongan konservatif."
Beberapa Haredim yang lebih modern ini terkadang memilih untuk bergabung dengan tentara, di mana hanya ada satu batalion Netzah Yehuda, yang dibentuk untuk tentara ultra-Ortodoks.
Batalion itu memenuhi keinginan mereka akan pemisahan gender, makanan halal, dan waktu untuk berdoa serta ritual harian.

Peran dalam masyarakat Israel

Sejak 1948, saat Israel didirikan, populasi ultra-Ortodoks telah berkembang pesat dari 40.000 menjadi lebih dari satu juta, sehingga memperkuat pengaruh dan kepercayaan politik mereka, kata Seidman.
Namun kebencian telah tumbuh di antara orang Israel lainnya yang menganggap Haredim diuntungkan oleh pengecualian sementara dengan menanggung lebih sedikit beban pajak dan wajib militer.
Di tengah konflik Gaza dan ketegangan dengan Hizbullah, Mahkamah Agung Israel mencabut pengecualian wajib militer bagi Yahudi Ultra-Ortodoks, dan memicu protes.
Secara historis, sebagian besar Haredim menahan diri untuk terlibat dalam politik.
Secara teologis, banyak yang memegang sikap anti-Zionis, percaya bahwa negara Isral hanya boleh didirikan setelah kedatangan Mesias.
Akan tetapi hanya sebagian kecil yang secara aktif memprotes dan menolak Israel, yang kadang terlihat saat mengibarkan bendara Palestina.
Dalam praktiknya, mayoritas Haredim mengadopsi pendekatan pragmatis, terlibat dalam politik demi melindungi kepentingan mereka.

Koalisi

Dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar koalisi berpihak pada kelompok kanan, ujar Seidman, termasuk partai-partai seperti Zionisme Religius dalam pemerintahan Netanyahu, yang memengaruhi kebijakan dan strategi militer di Gaza.
Keputusan Mahkamah Agung untuk mengakhiri pengecualian wajib militer bagi Haredim telah memicu ketegangan.
Sebuah survei oleh Institut Demokrasi Israel menunjukkan bahwa 70% orang Yahudi Israel mendukung perubahan ini.
Hingga sekarang, lebih dari 60.000 pria Haredim, yang terdaftar sebagai pelajar yeshiva, dikecualikan dari dinas militer.
Bentrokan meletus di Yerusalem antara polisi Israel dan penganut Yahudi ultra-Ortodoks setelah Mahkamah Agung memutuskan bahwa pria Haredim dapat direkrut menjadi tentara.
Sebagai konsekuensi dari putusan Mahkamah Agung, tentara telah diinstruksikan untuk merekrut 3.000 pria dari komunitas tersebut, yang merupakan tambahan dari 1.500 orang saat ini.
Perekrutan lebih lanjut direncanakan di masa mendatang.
"Anak saya sudah menjadi tentara cadangan selama 200 hari. Berapa tahun lagi Anda ingin dia bertugas? Bagaimana dia tidak malu?" ucap Mor Shamgar, ibu seorang prajurit yang bertugas sebagai komandan tank di Israel selatan kepada penasihat keamanan nasional Israel dalam sebuah pertemuan.
Kejadian itu viral dan memicu kemarahan di media sosial.
Berlawanan dengan pandangan umum, Seidman mengatakan bahwa komunitas Haredim semakin peka terhadap opini publik.
Mereka telah memperluas inisiatif layanan publik, seperti memberikan bantuan di pinggir jalan dan menyediakan layanan ambulans di seluruh negeri, dengan harapan "kontribusi tersebut akan dilihat sebagai alternatif untuk wajib militer," imbuhnya.