Konten Media Partner

Ibu Rumah Tangga Meninggal Dunia Setelah Ditelan Ular Piton di Sulsel, Bagaimana Kronologinya?

4 Juli 2024 14:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Ibu Rumah Tangga Meninggal Dunia Setelah Ditelan Ular Piton di Sulsel, Bagaimana Kronologinya?

Seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, meninggal dunia setelah ditelan ular piton, Selasa (02/07).
Kejadian ini adalah yang kedua di Sulawesi Selatan dalam sebulan terakhir.
Pada awal Juni lalu, seorang perempuan meninggal dunia setelah ditelan ular piton sepanjang lima meter saat dalam perjalanan pulang dari kebun ke perkampungan di Kabupaten Sidrap.
Jasad perempuan itu ditemukan setelah perut ular piton yang menelannya dibelah.
Pascaperistiwa ini kepolisian meminta warga agar selalu membawa pisau atau benda tajam untuk mengantisipasi serangan ular piton.
Aktivis lingkungan menilai ada korelasi kuat antara kerusakan lingkungan dengan konflik antara hewan liar dan manusia.
Adapun pecinta reptil menilai kejadian ini boleh jadi merupakan pertanda bahwa habitat mangsa ular berkurang akibat deforestasi dan urbanisasi.

Bagaimana kronologinya?

Siriati adalah seorang ibu rumah tangga asal Dusun Balatana, Desa Siteba, Kecamatan Walenrang Utara, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Perempuan berusia 35 tahun itu disebut hendak ke apotek untuk membeli obat pada Selasa (02/07), pukul 08.00 Wita, sebagaimana dipaparkan Kapolsek Suli, AKP Idul.
Namun, sambung AKP Idul, saudaranya yang menunggu di Jalan Poros Siteba tidak kunjung melihat Siriati hingga beberapa jam sehingga saudaranya menelpon suami Siriati Bernama Puddu.
"Suami korban langsung pergi mengikuti jalan setapak dan di tengah perjalanan mendapati sandal dan celana ibu [Siriati]. Kurang lebih 10 meter dari jalan setapak…[suami Siriati] menemukan ular piton masih hidup sehingga dia langsung membunuh ular piton itu dengan memotong di bagian kepalanya," papar AKP Idul kepada wartawan Darul Amri yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Setelah memotong kepala ular piton itu, kata AKP Idul, Puddu langsung mencari warga sekitar untuk mengeluarkan tubuh istrinya dari dalam perut ular piton itu. Beberapa warga pun membantu.
“Ada sekitar tiga orang mengeluarkan korban dari perut ular piton lalu dibawa ke rumah korban di atas gunung, di Desa Siteba, Dusun Balatana, Kecamatan Walenrang Utara,” tutur AKP Idul.

Apakah ada insiden lain yang melibatkan ular piton?

Menurut AKP Idul, ular piton dengan ukuran yang sama ditemukan di sekitar lokasi Siriati dimangsa.
"Menurut informasi dari masyarakat desa, sudah ada sekitar empat ular (piton) ditemukan di pinggiran sungai, di bawah tempat korban diterkam ular piton itu. Ukuran sama tapi mereka [warga desa] langsung bunuh, [ular] dimatikan," paparnya.
AKP Idul mengatakan bahwa warga sekitar menduga ular piton mengintai mangsa di jalan setapak karena babi hutan kini jarang ditemukan di dalam hutan.
"Mereka [ular-ular] lapar, karena binatang liar seperti babi hutan sudah tidak ada karena pernah kena wabah penyakit," kata Kapolsek Suli, AKP Idul.
AKP Idul mengimbau masyarakat di daerah pegunungan, khususnya yang bekerja di sekitar kebun, untuk selalu berhati-hati. ‘Saat keluar minimal dua orang dengan membawa benda tajam seperti pisau.”
Masih di Sulawesi Selatan, seorang perempuan meninggal dunia setelah ditelan ular piton sepanjang lima meter saat dalam perjalanan pulang dari kebun ke perkampungan di Kabupaten Sidrap, pada awal Juni lalu.
Jasad perempuan itu ditemukan setelah perut ular piton yang menelannya dibelah.

'Berkorelasi dengan pembukaan lahan'

Sementara itu, aktivis Lembaga Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel menilai ada korelasi kuat antara kerusakan lingkungan dengan konflik antara hewan liar dan manusia.
Direktur Walhi Sulsel, Al Amin, mengatakan tren pembukaan lahan untuk pertambangan serta perkebunan makin masif.
"Ini akan berkorelasi dan berkontribusi langsung dengan rusaknya habitat hewan-hewan liar Sulawesi di hutan pegunungan dataran tinggi Sulsel. Nah konsekuensinya ketika hewan-hewan ini sudah kehabisan makanan, mereka akan menyerang pemukiman warga bahkan menyerang manusianya langsung,” papar Al Amin.
Sementara itu, salah satu pecinta reptil Muhammad Rizalulhaq mengatakan pada umumnya ular piton takut terhadap manusia. Walau demikian, sambungnya, ular bisa menyerang jika habitatnya diganggu.
"Kalau dilihat dari beberapa kasus seperti ini…bisa jadi faktor defensif. Bisa jadi di kebunnya ini ada sarangnya ular atau tempat yang bisa tempat persembunyian. Jadi ular jenis piton seperti itu tidak sembarang tempat, dia cari tempat lembab dan agar bisa jadi tempat persembunyiannya," papar Rizalulhaq.
Selain faktor defensif, kata Rizalulhaq, boleh jadi habitat mangsa berkurang akibat deforestasi dan urbanisasi.