Konten Media Partner

Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Kemarahan Warganet Tertuju pada Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster

30 Maret 2023 19:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Kemarahan Warganet Tertuju pada Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster

Warga berjalan di dekat papan promosi Piala Dunia U-20 Indonesia 2023 di kawasan GBK Arena, Jakarta, Kamis (30/3/2023).
zoom-in-whitePerbesar
Warga berjalan di dekat papan promosi Piala Dunia U-20 Indonesia 2023 di kawasan GBK Arena, Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Keputusan FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 sama seperti mengakhiri mimpi panjang para pemain muda yang telah dinantikan selama 46 tahun, kata pengamat sepakbola Kusnaeni.
Karena itulah, menurutnya, bisa dimaklumi jika mereka mengekspresikan kemarahan dan kekesalahan kepada kelompok yang menolak kedatangan Timnas Israel.
Di media sosial, berdasarkan analisis Drone Emprit, kemarahan terhadap orang-orang yang kontra dengan atas kehadiran tim Israel sehingga berakibat gagalnya Piala Dunia U-20 "sangat tinggi" dan tertuju pada dua tokoh: Ganjar Pranowo beserta I Wayan Koster.
Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, menuturkan perbincangan soal kedatangan timnas U-20 Israel pada rentang 21-28 Maret di media sosial terbelah menjadi dua kubu.
Kubu pertama sebesar 21% menyatakan mendukung kehadiran Israel karena menganggap olahraga tidak bisa dicampuradukkan dengan kepentingan politik.
Kubu kedua sebanyak 60% terang-terangan menolak Israel dengan dalih Israel merupakan penjahat perang dan menyetujui keberadaan mereka sama saja mengkhianati konstitusi.
Ismail Fahmi berkata, suara penolakan itu membesar sejak Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan sikapnya pada 26 Maret.
Pernyataan Ganjar yang menolak kehadiran timnas Israel kemudian "diamplifikasi" oleh akun pendukung atau buzzer @GanjaranApp serta sembilan akun lain yang merupakan oposisi pemerintah dan satu akun pendukung Prabowo @bengkeldodo.
Sedangkan mereka yang mendukung kehadiran tim Israel mayoritas akun-akun pendukung pemerintah.
Perbincangan soal kedatangan timnas U-20 Israel pada rentang 21-28 Maret di media sosial terbelah menjadi dua kubu.
Analisis lain dari sisi emosional yang ditangkap oleh Drone Emprit menunjukkan mayoritas warganet marah pada kelompok dan pihak-pihak yang menolak tim Israel di ajang Piala Dunia U-20.
Apalagi imbasnya Indonesia dicabut statusnya sebagai tuan rumah oleh FIFA.
"Kalau merujuk sejak 29 Maret sampai saat ini mungkin porsi kemarahannya beda lagi karena Indonesia batal. Jadi kemarahan pada mereka [kelompok] yang kontra Israel bisa jadi lebih tinggi," ucap Ismail Fahmi kepada BBC News Indonesia, Kamis (30/03).
"Netizen yang marah itu terlihat sangat peduli pada olahraga. Mereka adalah anak-anak muda."
Mereka lantas meluapkan kemarahan tersebut pada sosok Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster.
Di akun Instagram politisi PDI Perjuangan ini, ratusan ribu komentar kebanyakan berisi kekecewaan. Seperti yang disampaikan artis @cathysharon, "Bapak bikin saya sedih."
Kemudian komika @fatihandhika, "Blunder pak, jahat banget sih."
Lalu akun @iyusup644 yang mencuit, "Bapak Ganjar telah mengubur mimpi anak-anak sepakbola Indonesia maka kita harus membalas dengan mengubur mimpi pak Ganjar menjadi presiden."
Sindiran lain juga datang dari salah satu pemain timnas U-20, Hokky Caraka, "Makasih banyak pak, oh iya pak kami tahu pak nasib bapak sudah terjamin, masa depan bapak juga sudah bagus sedangkan kami pak? Kami baru mau merintis karir."
Akun Instagram Gubernur Bali, I Wayan Koster pun tak lepas dari serbuan komentar kegeraman dan makian.
Misalnya akun @dodyhangga yang berkata, "Kau patahkan doa ibu untuk impian anaknya bermain di Piala Dunia."
Lantas akun @robby_wilaksana mencuit, "Anda sama sekali tidak mencerminkan masyarakat Bali yang penuh toleransi, keberagaman. Blunder politik, niatnya dapat simpati malah jadi hujatan tiada henti."
Dan akun @kuebalok_prajurit yang mengatakan, "Nanti ada event Wolrd Beach 2023, nanti Pak Gubernur tolak juga ya, soalnya ada pemain dari Israelnya. Biar adil pak jangan sepakbola aja."
Analisis emosional yang ditangkap Drone Emprit para periode 21-28 Maret 2023 menunjukkan warganet senang dengan pernyataan Presiden Jokowi dan sebagian lagi marah kepada pihak yang menolak kehadiran tim Israel.

Apa sanksi yang mungkin dijatuhkan FIFA?

Pengamat sepakbola, Kusnaeni, sudah menyangka pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 ketika Ketua Umum PSSI, Erick Thohir terbang ke Doha pada Rabu siang.
Pasalnya Indonesia tidak bisa memenuhi standar protokol yang ditetapkan federasi untuk tetap mengibarkan bendera dan mengumandangkan lagu kebangsaan Israel saat turnamen dimulai.
Persoalan lain, kata dia, FIFA masih mencatat sejumlah kekurangan dari sisi infrastruktur, stadion, dan lapangan latihan.
Dua hal tersebut, menurutnya, sangat krusial sehingga pernyataan Presiden Joko Widodo yang menjamin keikutsertaan timnas Israel, tak bisa menggoyahkan sikap federasi.
"FIFA mensyaratkan jaminan keamanan ketika bertanding, dikibarkan bendera Israel, diperdengarkan lagu kebangsaan Israel, itu yang agak sulit."
Dengan sederet permasalahan yang ada, Kusnaeni menyebut Indonesia dijatuhi sanksi "sangat mungkin terjadi".
Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali memberikan motivasi kepada pesepak bola Timnas U20 usai FIFA resmi mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.
Hukuman yang ada di depan mata adalah pembatasan timnas U-20 dalam berpartisipasi di ajang internasional. Konkretnya, ada kemungkinan timnas U-20 tidak bisa ikut kualifikasi kejuaraan dunia berikutnya.
Sanksi terberat Indonesia tidak bisa mengikuti atau berpartisipasi di turnamen internasional seperti Olimpiade, kualifikasi Piala Dunia, Piala Asia.
"Atau secara politis Indonesia akan dicoret dari keikutsertaan dalam bidding event-event lain.
"Tapi itu tergantung eksaminasi atau penilaian FIFA."

Apa dampaknya bagi para pemain?

Kusnaeni menjelaskan Piala Dunia U-20 merupakan mimpi panjang yang kerap dinantikan oleh para pemain muda. Karena terakhir kali Indonesia ikut Piala Dunia U-20 pada tahun 1977 atau 46 tahun silam.
Untuk pertandingan ini, timnas sudah mempersiapkan diri sejak dua tahun lalu, ditangani oleh pelatih dengan bayaran super mahal, hingga mendatangkan pemain luar.
Keinginan mereka, kata Kusnaeni, hanya ingin membela Indonesia di ajang tertinggi.
"Jadi meskipun main melalui jalur gratis, pembatalan ini menjadi akhir mimpi panjang yang sekarang entah berapa lama lagi harus mereka impikan," ujarnya.
"Ketika tinggal selangkah lagi menuju ke event yang sama, tiba-tiba mimpinya diruntuhkan dan kita berpotensi dihukum."
Itu mengapa, ia menilai suara kekecewaan dari para pemain dan masyarakat bisa dimaklumi. Sebab peluang untuk menang sangat "realistis".
Tapi lebih dari itu, lewat Piala Dunia U-20 ini sebetulnya bisa menjadi "trigger" untuk mendorong percepatan dalam hal kelayakan infrastruktur stadion, tata kelola pelaksanaan pertandingan.
"Namun momentum itu hilang dengan batalnya Piala Dunia."
Adapun mengenai suara-suara di media sosial yang mensyukuri dibatalkannya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 usai terjadinya tragedi Kanjuruhan, dinilai tidak relevan.
Sebab penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah terjadi pada Oktober 2019.
"Saya bisa memahami karena publik melihat langkah-langkah yang dilakukan menyikapi Kanjuruhan tidak maksimal."
"Akan tetapi Piala Dunia ini tidak terkait langsung dengan Kanjuruhan," jelas Kusnaeni.

Seperti apa respons para tokoh?

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, mengatakan ia sudah berjuang maksimal saat bertemu dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino agar penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tetap berlangsung di Indonesia.
Di pertemuan tersebut, ia mengatakan telah memberikan "titipan" Presiden Joko Widodo, pesan pecinta sepakbola, dan para pemain, juga suporter.
Namun, menilai situasi saat ini FIFA memutuskan tidak bisa melanjutkan penyelenggaraan.
"Kita harus tegar. Saya minta semua pecinta sepakbola tetap berkepala tegak atas keputusan berat FIFA ini," ucap Erick Thohir dalam rilis resmi LOC.
"Ini saatnya kita harus membuktikan kepada FIFA untuk bekerja lebih keras untuk melakukan transformasi sepak bola, menuju sepak bola bersih dan berprestasi," sambungnya.
Sementara itu asisten pelatih Timnas Indonesia, Nova Arianto, mengutarakan kekecewaannya di Instagram miliknya.
Kata dia, persiapan untuk laga ini sudah dilakukan sejak tahun 2020 dan berakhir "menjadi sia-sia".
"Kita jauh dari istri dan keluarga untuk menyiapkan ini semua tapi apa yang kita dapat hanya sebuah kekecewaan dan itu didapat dua bulan sebelum Piala Dunia U-20 mulai," imbuhnya.
Petugas merapikan merchandise Piala Dunia Sepak Bola FIFA U-20 di Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Adapun Presiden Jokowi enggan berkomentar terkait pembatalan pelaksanaan Piala Dunia U-20. Saat menghadiri panen raya di Desa Baji Pamai, Kecamatan Maros Baru, dia hanya diam dengan memberi isyarat tangan untuk tidak memberi komentar.
Batalnya Indonesia sebagai tuan rumah, membuat Hokky Caraka dkk kemungkinan digantikan negara lain.
FIFA disebut bakal menunjuk salah satu tim semifinalis Piala Asia U-20 yakni Jepang sebagai pengganti Indonesia untuk melengkapi empat kuota negara Asia.
Soal tuan rumah pengganti, akan segera digelar pertemuan di Paraguay antara Presiden FIFA Gianni Ifantino dengan Presiden Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA), Chiqui Tapia.
Media Argentina, TyC Sports, melaporkan pertemuan berlangsung pada Kamis (30/03).