Konten Media Partner

Inilah 5 Kota Paling Layak Huni di Dunia pada 2023, Apa yang Bikin Orang Betah?

8 Agustus 2023 12:50 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panorama kota Wina di Austria. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Panorama kota Wina di Austria. Foto: Shutterstock
Kami berbicara dengan penduduk di lima kota di dunia untuk memahami mengapa kota-kota ini mendapat predikat paling layak dihuni.
Seiring memulihnya situasi global setelah dihantam pandemi, kualitas hidup masyarakat pun mulai meningkat di banyak kota di dunia.
Bahkan, tingkat kelayakan huni kota-kota di dunia secara keseluruhan mencapai angka tertinggi dalam 15 tahun terakhir menurut Indeks Kelangsungan Hidup Global tahunan Economist Intelligence Unit.
Indeks itu mengukut tingkat kelayakan hidup 173 kota di dunia berdasarkan berbagai faktor termasuk stabilitas, layanan kesehatan, budaya dan lingkungan, pendidikan, serta infrastruktur.
Peningkatan kualitas hidup itu paling banyak dipengaruhi oleh meningkatnya layanan kesehatan dan pendidikan di Asia, Timur Tengah, dan Afrika, bahkan ketika stabilitas menurun akibat gejolak yang muncul di kalangan warga di tengah meningkatnya kekhawatiran soal kenaikan biaya hidup di seluruh dunia serta konflik di kota-kota seperti Kyiv.
Berakhirnya pembatasan aktivitas yang berlaku selama pandemi juga telah meningkatkan skor budaya dan lingkungan karena berbagai acara dan atraksi kembali digelar.
Meskipun indeks tersebut dapat menggambarkan faktor-faktor yang membuat suatu tempat layak huni, namun para penduduknya lah yang paling bisa menggambarkan soal bagaimana rasanya tinggal di kota-kota ini.
Kami mewawancari para penduduk di beberapa kota yang masuk ke dalam peringkat 10 teratas kota paling layak huni demi mengetahui alasan mereka memilih tinggal di kota-kota ini.

Wina, Austria

Bukan hal baru bagi ibu kota Austria ini untuk dinobatkan sebagai peringkat pertama dalam indeks kelayakan hidup. Wina hanya pernah kehilangan atribut itu pada 2021 ketika pandemi membuat museum dan restoran-restoran ditutup.
Kota ini mendapat skor sempurna dalam stabilitas, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur, yang dinilai melebihi ekspektasi oleh para penduduknya.
"Anda pada dasarnya dapat menikmati hidup sepenuhnya di satu tempat," jelas Manuela Filippou, seorang manajer dua restoran berbintang Michelin Konstantin Filippou dan bar anggur yang dia jalankan bersama suaminya.
Dengan sejarahnya yang terpelihara, sistem transportasi umum yang andal, biaya penitipan anak yang terjangkau, dan akses mudah ke kafe, teater, bahkan kilang anggur di dalam kota, Wina terasa seperti tempat staycation abadi bagi Manuela.
"Kadang-kadang, ketika kami terlalu banyak bekerja dan tidak ke mana-mana dalam waktu lama, kami bahkan tidak menyadarinya karena apa yang kami butuhkan bisa dipenuhi di dalam kota ini," tambah Filippou.
Bagi penduduk lainnya, Richard Voss, manajer penjualan & pemasaran di hotel Das Tigra, daya huni kota ini bertambah oleh kekayaan sejarah budaya dan aktivitas yang tersedia.
"Wina memiliki berbagai bangunan bersejarah yang mengesankan, termasuk Istana Schönbrunn, Hofburg, dan Balai Kota Wina," katanya.
"Kota ini juga terkenal dengan tradisi musiknya, dengan komposer terkenal seperti Mozart, Beethoven, dan Strauss pernah tinggal dan bekerja di sini."
Penduduknya bisa menjelajahi tradisi itu melalui banyaknya museum, teater hingga gedung opera di kota ini.
Dia juga merekomendasikan untuk mempelajari sejarah kuliner Wina, mencicipi hidangan tradisional seperti wiener schnitzel dan sachertorte, dan mengunjungi berbagai pasar, seperti Naschmarkt, untuk menikmati makanan segar dan makanan khas setempat.

Melbourne, Australia

Melbourne dan Sydney kembali menempati peringkat ketiga dan keempat, setelah sempat turun selama pandemi, ketika pelayanan kesehatan mereka tertekan dan pemerintah setempat memberlakukan karantina wilayah yang lama.
Melbourne mendapat skor tertinggi untuk budaya dan lingkungan, yang sangat disukai oleh warganya.
"Kota ini memiliki variasi kuliner, seni budaya, acara dan atraksi yang luar biasa, serta menjadi tuan rumah bagi semua olahraga dan ajang internasional seperti Grand Prix Formula 1 Australia dan turnamen Australia Terbuka," kata Jane Morrell, seorang advokat disabilitas, serta pendiri sekaligus CEO Carer Solutions.
Menurutnya, kota ini juga mudah dinavigasi, dengan jalur-jalur trem yang mudah dipahami baik di kawasan pusat bisnis maupun pinggiran kota.
Bagi warga Melbourne, hanya butuh perjananan singkat untuk menikmati pantai dan perkebunan anggur yang terkenal di dunia.
Blogger Kimmie Conner, yang berasal dari California, mengatakan butuh sedikit pendekatan untuk benar-benar menikmati Melbourne jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya.
"Kota seperti Sydney langsung terlihat indah, dengan pemandangan yang menakjubkan, pantai, dan gedung-gedung ikonik. Tetapi Melbourne bukanlah kota yang penuh dengan tempat-tempat ikonik, melainkan kota penuh budaya, dan butuh waktu lebih untuk menemukan itu," kata Conner, yang kini memilih tinggal di Melbourne.
"Untuk menikmati denyut nadi Melbourne, Anda harus menemukan kedai kopi kecil di jalanan penuh warna dan mencicipi kopi terenak dalam hidup Anda. Anda harus mencoba hidangan-hidangan khas di restoran di kota ini, dan menemukan koktail bar yang seringkali tersembunyi."
Conner juga menganggap orang-orang di Melbourne lebih ramah dibandingkan di Sydney. Sedangkan bagi Morrel, sikap positif itu menjadi faktor yang meningkatkan indeks kelayakan kota ini untuk ditinggali.
"Warga Melbourne sangat ramah dan mudah didekati," kata Morrell.
"Tidak ada satu aspek pun yang tidak dipenuhi oleh kota ini."

Vancouver, Kanada

Tiga kota di Kanada (termasuk Calgary dan Toronto) menembus 10 besar tahun ini, tetapi Vancouver menempati peringkat tertinggi (kelima) di antara ketiganya.
Vancouver mendapat skor unggul pada aspek budaya dan lingkungannya, yang menjadi alasan utama mengapa warga mencintai kota ini.
"Hutan, pantai, dan gunung dapat diakses dengan mudah dari Vancouver," kata seorang pemilik usaha mikro, Tony Ho.
"Sistem transit kota ini memungkinkan Anda untuk pergi dari Teluk Inggris yang indah ke puncaktertinggi kota ini di Gunung Grouse pada hari yang sama menggunakan bus, sepeda, kereta api, dan perahu."
Dia juga menyukai kuliner yang beragam di kota ini, yang menggambarkan penduduknya yang multikultural. Anda bisa menemukan injera Ethiopia hingga momo Tibet.
"Keragaman makanan dan orang-orang yang memengaruhinya selalu berkembang."
Sebagai orang tua yang memiliki seorang anak kecil, Ho juga menikmati banyaknya taman dan pantai yang bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 20 menit dari pusat kota.
"Saya ingin anak saya bisa dengan mudah mengakses taman dan pantai selama hidupnya," kata Ho.
Pemilik bisnis dari negara-negara lain juga tertarik ke Vancouver karena kebijakan imigrasi yang mendukung.
"Sebagai pengusaha dan imigran dari Kroasia, saya mencari kota yang mendukung pertumbuhan bisnis, tetapi juga hidup dan terbuka," kata Joe Tolzmann, CEO platform seluler RocketPlan.
"Untuk memulai bisnis, orang-orang di Vancouver mendukungnya dengan sangat baik. Ada seseorang atau layanan yang bisa Anda jangkau dalam setiap langkah membangun wirausaha Anda. Komunitas bisnis di sini sangat mendukung dan inklusif."
Selain bisnis, pemandangan di kota ini selalu dipuji.
"Saat saya butuh istirahat, ada lautan di satu sisi dan pegunungan di sisi lainnya," tambah Tolzmann.

Osaka, Jepang

Peringkat ke-10 dalam indeks kota layak huni, sekaligus satu-satunya kota di Asia yang menembus 10 besar adalah Osaka.
Osaka mencetak skor sempurna untuk stabilitas, pelayanan kesehatan, dan pendidikan.
Pada saat peningkatan biaya hidup terus menekan banyak rumah tangga di seluruh dunia, biaya hidup terjangkau di Osaka memberikan nilai tambah yang besar bagi penduduknya.
"Biaya sewa di Osaka tidak mahal dibandingkan dengan kota metropolis lain di Jepang dan di dunia," kata Shirley Zhang, penduduk Osaka yang berasal dari Vancouver.
"Biaya ewa saya kira-kira C$700 (Rp7,9 juta) setiap bulan termasuk air, internet, dan biaya pemeliharaan. Meskipun apartemennya kecil, gedungnya baru dan bersih. Jika Anda menyewa tempat seperti ini di Vancouver, harganya bisa lebih dari C$1200 (Rp13,6 juta)."
Penduduk setempat juga menyoroti harga makanan di restoran yang lebih murah.
"Berbeda dengan tempat asal saya di Inggris, di mana makan di luar bisa menguras dompet, Osaka menyediakan makanan restoran berkualitas dengan harga terjangkau," kata James Hills.
"Anda bisa makan makanan enak dari restoran setiap hari."
Kota ini juga terasa lebih aman dibandingkan kota-kota besar lainnya.
"Saya merasa sangat aman berjalan pulang sendirian bahkan saat tengah malam," kata Zhang.
Dia mengaku tidak pernah khawatir tas atau dompetnya akan dicuri, bahkan saat tidak diawasi.
Warga setempat juga menikmati jaringan transportasi umumnya yang andal.
"Osaka dan area sekitarnya memiliki jaringan kereta api yang luas," kata Jonathan Lucas, spesialis pemasaran di Biro Pariwisata Osaka.
"Rasanya cepat dan mudah untuk pergi ke luar kota dalam sehari dan menjelajah tempat-tempat bagus lainnya seperti Kyoto, Nara, dan Kobe."

Auckland, Selandia Baru

Auckland menduduki peringkat yang sama dengan Osaka dalam penobatan kota layak huni.
Kota ini naik lebih dari 25 peringkat dibandingkan tahun lalu, ketika karantina wilayah dan pembatasan aktivitas belum sepenuhnya dicabut hingga September 2022.
Di samping skor pendidikannya yang sempurna, kota ini juga mendapat nilai tertinggi pada aspek budaya dan lingkungan dibandingkan kota-kota lain yang masuk 10 besar.
Kedua aspek itu pula yang digaungkan oleh para penduduknya ketika membicarakan pengalaman mereka tinggal di kota ini.
"Pantai yang indah dan terpencil hanya berjarak 20 menit berkendara bagi orang-orang yang tinggal di Auckland, bahkan mungkin lebih dekat dari itu," kata seorang warga, Megan Lawrence yang merupakan penulis blog di My Moments and Memories.
"Kami memiliki wisata air yang menakjubkan di dekat rumah kami, dan ada banyak cara untuk menikmatinya. Kota ini juga dikelilingi oleh hutan asli yang indah, sehingga mudah untuk jalan-jalan seolah tidak berada di kota sama sekali."
Sebagai kota terbesar di Selandia Baru, penduduknya juga bisa menikmati ajang-ajang kelas dunia, termasuk Piala Dunia Wanita FIFA 2023.
"Kami dapat menikmati berbagai konser, pertunjukan, dan ajang olahraga terbaik di sini," kata penduduk Greg Marett dari perusahaan perjalanan berpemandu AAT Kings.
"Minggu depan, saya akan menyaksikan Egypt In The Time of the Pharaohs di Museum Auckland ."
Dia juga menyinggung keindahan pelabuhan kota yang menakjubkan, dengan yacht dan perahu layar yang ditambatkan hingga dijuluki sebagai "The City of Sails".
Marett merekomendasikan orang-orang yang pertama kali berkunjung untuk datang ke Auckland Maritime Museum, di mana mereka bisa mempelajari sejarah maritim kota dan riwayat Selandia Baru berlaga di Piala Amerika.
Sebagai negara yang relatif muda dan multikultural, Selandia Baru memiliki ragam hidangan dari seluruh dunia, sehingga restoran-restoran dan supermarketnya menawarkan banyak pilihan, kata Lawrence.
Tetapi yang benar-benar membuat kota ini layak huni adalah keramahan orang-orangnya.
"Kebanyakan orang Kiwi [julukan warga New Zealand] baik hati, mau membantu dan selalu menyapa dengan ceria saat Anda berpapasan di jalan," katanya.
"Saya suka kehangatan senyuman dan sapaan orang-orang di sini."
--
Anda dapat membaca artikel versi bahasa Inggris berjudul The world's most liveable cities for 2023 di BBC Travel.