Jalani 'Lockdown' Ketat, Warga Kota Xi'an China Memohon Makanan dan Bantuan

Konten Media Partner
31 Desember 2021 17:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jutaan tes Covid diberlakukan di Provinsi Shaanxi—tempat Kota Xi'an berada.
zoom-in-whitePerbesar
Jutaan tes Covid diberlakukan di Provinsi Shaanxi—tempat Kota Xi'an berada.
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah warga Kota Xi'an, China, mengaku tidak punya cukup makanan walau pejabat setempat berkeras pasokan kebutuhan hidup sudah memadai di tengah karantina ketat alias lockdown.
Sejak pekan lalu, lebih dari 13 juta jiwa di kota tersebut diperintahkan tetap berada di rumah selagi aparat berupaya menghentikan penularan Covid-19.
Oleh karena itu, warga tidak diperbolehkan keluar rumah untuk membeli makanan, kecuali dengan alasan tertentu. Para pegawai negeri pun dikerahkan untuk mendistribusikan bantuan.
Namun, banyak di antara warga bersuara di media sosial. Mereka mengaku sudah kehabisan barang-barang pokok.
Penerapan karantina wilayah di Kota Xi'an, yang sudah memasuki hari kesembilan, terbilang ketat. Halte-halte bus di kota tersebut ditutup, penerbangan ke luar kota ditiadakan, dan jutaan tes Covid diberlakukan di Provinsi Shaanxi—tempat Kota Xi'an berada.
Awalnya pemerintah kota membolehkan satu orang per satu rumah keluar setiap dua hari sekali untuk membeli kebutuhan pokok.
Akan tetapi, lockdown diperketat pada Senin (27/12), sehingga semua warga tidak diperkenankan ke luar rumah kecuali untuk menjalani tes Covid.
Sejak saat itu, banyak penduduk berkeluh kesah serta meminta bantuan makanan di platform Weibo. Mereka mengklaim belum menerima paket bantuan gratis dari pemerintah.
"Saya dengar distrik lain menerima bantuan secara bertahap, tapi saya tidak menerima apapun. Kompleks kami melarang warga ke luar rumah. Saya memesan sembako secara daring empat hari lalu, tapi tidak ada tanda-tanda paket itu datang. Saya tidak mendapat sayur apapun selama berhari-hari," sebut seorang pengguna media sosial Weibo.
Warganet lainnya berkata: "Pembagian sembako tidak rata. Distrik tempat saya berada belum dapat apa-apa. Kami diminta berkelompok dan memesan bersama. Harganya juga sangat mahal."
Sebuah video yang dibuat pekan ini dan telah beredar di dunia maya memperlihatkan penduduk di salah satu wilayah permukiman Kota Xi'an berdebat dengan polisi soal kekurangan makanan.
Surat kabar Global Times milik pemerintah melaporkan bahwa di beberapa tempat makanan sudah diantarkan ke gerbang kompleks , namun jumlah relawan pengantar paket sembako ke depan pintu rumah warga kurang banyak.
Supir pengantar paket sembako juga kurang banyak karena mereka pun menjalani karantina wilayah.
Pada Rabu (29/12), pemerintah kota mengaku bahwa "kurangnya staf, kesulitan logistik serta distribusi" menimbulkan masalah pengantaran sembako ke warga.
Namun, pada Kamis (30/12), menteri perdagangan China menegaskan kepada wartawan bahwa penduduk Xi'an punya akses sembako "memadai", sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP.
Stasiun-stasiun televisi milik pemerintah juga menayangkan liputan para petugas dengan APD memilah sembako, seperti telur, daging, dan sayuran ke dalam plastik untuk kemudian diantarkan dari pintu ke pintu.
"Kami dapat paket sembako gratis dari pemerintah. Sebenarnya cukup banyak. Cukup dimakan selama tiga hari atau empat hari untuk sebuah keluarga," sebut seorang penerima paket sembako di Weibo.
Xi'an telah mencatat 960 kasus Covid sejak 9 Desember.
Wabah terkini menyebabkan banyak orang yang meragukan kemampuan China dalam mempertahankan pendekatan nol kasus Covid menjelang Olimpiade Musim Dingin 2022 pada Februari.
China telah menyebut Covid sebagai "ancaman terbesar" dalam menyelenggarakan pesta olahraga tersebut.
Sebagai negara yang mencatat kemunculan Covid untuk pertama kalinya, China telah mengonfirmasi lebih dari 131.000 kasus dan 5.699 kematian, menurut angka terakhir dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).