Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Kelompok Bersenjata Serang Gereja dan Sinagog di Dagestan Rusia, Sejumlah Orang Tewas - Apa Saja yang Diketahui Sejauh Ini?
3 Juli 2024 14:20 WIB
Kelompok Bersenjata Serang Gereja dan Sinagog di Dagestan Rusia, Sejumlah Orang Tewas - Apa Saja yang Diketahui Sejauh Ini?
Serangan bersenjata terhadap petugas polisi, sejumlah gereja dan sinagog di Dagestan, Republik Kaukasus Utara, Rusia, menyebabkan sejumlah orang tewas.
Orang-orang bersenjata menargetkan serangan di Kota Derbent dan Makhachkala ketika ada peringatan hari Pentakosta oleh Gereja Ortodoks, Minggu (24/06) waktu setempat.
Korban tewas termasuk setidaknya 15 petugas polisi, seorang pendeta dan seorang penjaga keamanan.
Enam orang pelaku penyerangan dilaporkan tewas dan polisi tengah memburu pelaku lainnya.
Siapa pelaku penyerangan sejauh ini belum teridentifikasi, namun sebelumnya Dagestan pernah menjadi lokasi sejumlah serangan oleh kelompok-kelompok milisi Islam.
Dua gereja dan dua sinagog menjadi sasaran serangan pada Minggu (23/06) yang mengakibatkan seorang pendeta Gereja Ortodoks terbunuh di Makhachkala, kota terbesar di Dagestan.
Pemimpin republik Dagestan, Sergei Melikov, menyebut sebanyak 15 anggota kepolisian tewas dalam serangan tersebut.
Rekaman video yang diunggah di media sosial memperlihatkan orang-orang yang mengenakan pakaian hitam menembaki mobil polisi, sebelum konvoi kendaraan layanan darurat tiba di lokasi kejadian.
Di Derbent – wilayah yang dihuni komunitas Yahudi kuno – orang-orang bersenjata menyerang sebuah sinagog dan sebuah gereja, yang kemudian dibakar.
Sementara di Desa Sergokal, sebuah kendaraan polisi diserang.
Polisi telah menahan Magomed Omarov, kepala Distrik Sergokalinsky yang terletak di dekat Makhachkala.
Ini dilakukan menyusul laporan bahwa dua anaknya termasuk di antara mereka yang melakukan serangan pada hari Minggu.
Dagestan, salah satu wilayah termiskin di Rusia, adalah republik yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Antara 2007 dan 2017, sebuah organisasi bernama Imarah Kaukasus, dan kemudian Imarah Islam Kaukasus, melancarkan serangan di Dagestan.
Mereka juga melakukan serangan di sejumlah republik tetangga Rusia, yaitu Chechnya, Ingushetia, dan Kabardino-Balkaria.
Menyusul serangan di gedung Balai Kota Crocus dekat Moskow pada Maret silam, pihak berwenang menuduh Ukraina dan negara-negara Barat, meskipun kelompok yang menyebut sebagai Negara Islam atau ISIS mengklaim serangan tersebut.
Ketika itu Presiden Vladimir Putin menegaskan bahwa “Rusia tidak bisa menjadi sasaran serangan teroris oleh kelompok fundamentalis Islam” karena Rusia “menunjukkan contoh unik dari keharmonisan antaragama dan persatuan antaragama dan antaretnis”.
Namun tiga bulan lalu dinas keamanan dalam negeri Rusia, FSB, melaporkan bahwa mereka telah menggagalkan rencana ISIS untuk menyerang sebuah sinagog di Moskow.
Sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, masyarakat Rusia meyakini bahwa musuh utama mereka adalah Ukraina dan “negara-negara Barat”.
Ini adalah pesan yang sepertinya enggan diubah oleh pihak berwenang Rusia, guna menghindari keraguan publik terhadap narasi resmi tersebut.