Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Kisah Amanda Nguyen, Korban Kekerasan Seksual yang Meraih Mimpi Jadi Astronaut
23 April 2025 12:50 WIB
Kisah Amanda Nguyen, Korban Kekerasan Seksual yang Meraih Mimpi Jadi Astronaut

Semasa kecil, Amanda Nguyen, gadis Amerika keturunan Vietnam, sering berdiri menatap langit dan menghitung bintang sebelum masuk rumah.
Ada ritual pedih yang sering dilakukan Amanda dan ibunya: sepulang dari toko buku atau perpustakaan, sang ibu akan masuk terlebih dahulu untuk mengecek suasana hati ayahnya yang temperamental.
Bisa jadi, cara Nguyen mencari ketenangan di antara bintang-bintang inilah yang kemudian memicu ketertarikannya pada ilmu astronomi.
Berkat kecintaannya itu, pada Senin (14/04) silam, Nguyen mencatatkan sejarah sebagai perempuan Vietnam pertama yang melakukan perjalanan ke luar angkasa, dalam misi antariksa bersama kru perempuan pertama sejak Valentina Tereshkova dari Soviet terbang sendirian pada 1963.
Namun demikian—tanpa mengecilkan arti penting tonggak sejarah ini—penerbangan luar angkasa itu bukanlah pencapaian besar pertama bagi perempuan berusia 33 tahun tersebut.
Pada 2016, Presiden AS saat itu, Barack Obama, menandatangani undang-undang yang diperjuangkan Nguyen untuk melindungi hak-hak korban kekerasan seksual.
Pada 2019, ia dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian, dan pada tahun 2022, majalah Time menobatkannya sebagai salah satu Perempuan Tahun Ini.
Selain itu, pada 2014 ia mendirikan Rise, sebuah organisasi non-pemerintah yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan laki-laki korban pelecehan dan pemerkosaan, dan pada Maret tahun ini, ia menerbitkan otobiografinya.
'Saya bisa bertransformasi'
Bisa dibilang hidup Nguyen terbagi menjadi dua fase: sebelum dan sesudah tahun 2013.
Hanya tiga bulan sebelum kelulusannya dari program Astrofisika di Universitas Harvard—dan beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-22—ia menjadi korban pemerkosaan di sebuah pesta kampus.
Peristiwa itu menghancurkan impiannya sebagai astronaut NASA atau sebagai mata-mata CIA.
Setelah pemeriksaan medis, perawat menjelaskan opsi yang tersedia baginya: jika ia berencana untuk mengajukan tuntutan, sampel DNA dapat dikumpulkan untuk analisis forensik, baik dengan namanya maupun secara anonim.
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Tenggat waktu untuk melaporkan kasus pemerkosaan di Amerika Serikat tidak seragam, tetapi di Massachusetts—negara bagian tempat Nguyen tinggal—pelaporan masih dimungkinkan hingga 15 tahun setelah insiden terjadi.
Nguyen memilih opsi anonim.
Mengingat dedikasinya selama bertahun-tahun pada pendidikannya, dan kesadarannya bahwa NASA serta CIA melakukan pemeriksaan latar belakang calon karyawan mereka demi alasan keamanan—termasuk menelusuri keterlibatan dalam kasus pengadilan aktif—ia memutuskan untuk tidak mencantumkan namanya pada sampel DNA dan menunda sementara proses hukum apa pun.
Ia pun menyadari, karena sudah diperingatkan sebelumnya, bahwa membawa kasus pemerkosaan ke ranah hukum bisa memakan waktu dua hingga tiga tahun dengan persentase hukuman yang sangat kecil, sekitar 1%.
Beberapa hari kemudian, masih merasakan dampak trauma malam itu, ia menerima kabar yang absurd dan sangat menyedihkan: ia harus membayar hampir US$5.000 (setara Rp84 juta) untuk biaya tes DNA, yang juga akan dimusnahkan setelah enam bulan.
"Sistem ini merugikan saya, terasa tidak adil, dan bahkan terasa seperti pengkhianatan yang lebih besar daripada pemerkosaan itu sendiri," ujar Nguyen kepada surat kabar Inggris The Guardian beberapa tahun lalu.
Baca juga:
Dalam sekejap, sosok mahasiswa Harvard yang cerdas dan penuh semangat dengan masa depan cerah itu seolah lenyap.
"Itu adalah perubahan kimiawi mendasar," katanya.
"Saya kehilangan kehidupan saya. Saya merasa seperti sisa-sisa kerangka seorang mahasiswa muda yang riang dan bahagia. Saya seperti daun kering yang takkan pernah hijau dan muda lagi."
"Namun, saya bisa bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih," tambahnya, dan inilah bagaimana ia menggunakan kegelisahan mendalamnya sebagai pendorong utama dalam perjuangannya.
Tak sengaja menjadi aktivis
Tanpa ia sadari, Nguyen bertransformasi menjadi seorang aktivis yang memperjuangkan hak-hak para penyintas kekerasan seksual.
Bersama korban pelecehan seksual lainnya, pengacara, dan jaringan orang-orang yang memiliki komitmen yang sama, ia mendirikan organisasi nirlaba bernama Rise, yang berarti "bangkit" dalam bahasa Indonesia.
Mereka bersama-sama merancang Undang-Undang Hak Korban Kekerasan Seksual, yang mencakup hak untuk melindungi bukti DNA dari pemusnahan hingga batas waktu pelaporan berakhir, serta hak untuk tidak membayar biaya pengujian DNA tersebut.
"Saya adalah seorang aktivis yang tidak sengaja, dalam arti ini bukanlah cita-cita saya: impian saya adalah menjadi astronaut," ungkap Nguyen kepada media AS Service95 pada Maret silam.
"Tapi saya menunda impian saya demi memperjuangkan hak saya, karena tak ada orang lain yang akan melakukannya."
Setelah undang-undang tersebut lolos di AS, Nguyen dibanjiri jutaan pesan dari para penyintas di berbagai belahan dunia yang mendambakan hak serupa di negara mereka.
Alhasil, perjuangannya meluas secara global: aktivismenya membawanya hingga ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menghasilkan sebuah resolusi PBB soal penanganan bukti dalam kasus kekerasan seksual di seluruh negara anggota pada 2022.
Mengubah yang buruk menjadi baik
Kisah pilu, trauma, dan perjuangan Nguyen demi keadilan ia tuangkan dalam otobiografinya yang berjudul Saving Five.
Buku ini juga menceritakan pertemuan kedua orang tuanya di Amerika Serikat, tempat mereka mengungsi dari Vietnam usai jatuhnya Saigon.
Keduanya meninggalkan negara itu dengan perahu kecil, hanya membawa beberapa barang pribadi, dan berlayar dengan navigasi bintang di malam hari.
Cerita-cerita yang ia dengar saat kecil inilah yang juga memicu minat Nguyen pada astronomi.
Akan tetapi, Nguyen juga memahami cara mentransformasi pengalaman kekerasan di rumahnya—akibat ulah sang ayah—menjadi energi yang membangun.
Ia memfokuskan diri pada studinya. Ketekunan ini memungkinkannya—selain sebagai cara untuk mengalihkan pikiran dari situasi di rumah—untuk menghabiskan lebih banyak waktu di lingkungan kampus Harvard, tempat ayahnya dilarang berada berdasarkan keputusan pengadilan.
"Pengalaman bertahan hidup di masa kanak-kanak adalah modal saya untuk bertahan dalam sistem peradilan pidana yang cacat," ungkap Nguyen.
Meskipun demikian, masa-masa sulit itu kini tampak sudah terlewati.
Pertengahan April silam Nguyen melakukan penerbangan luar angkasa bersama penyanyi pop Katy Perry, presenter televisi Gayle King, pembuat film Kerianne Flynn, insinyur kedirgantaraan Aisha Bowe, dan jurnalis Lauren Sánchez, tunangan Jeff Bezos.
Usai kembali dari penerbangan itu, dia menyampaikan pesan emosional berikut: "Saya hanya ingin setiap penyintas dan setiap orang yang pernah menunda impian mereka tahu bahwa impian mereka itu nyata... Dan meskipun impian mereka terdengar gila seperti pergi ke luar angkasa, impian itu penting," ujarnya kepada NBC Los Angeles.
"Dan kalian juga bisa mewujudkannya. Jika saya bisa, kalian juga pasti bisa."