Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Kisah Bani Shaybah, Keluarga Pemegang Kunci Ka’bah selama 15 Abad Terakhir
3 Juli 2024 14:35 WIB
Kisah Bani Shaybah, Keluarga Pemegang Kunci Ka’bah selama 15 Abad Terakhir
Kerajaan Arab Saudi telah mengumumkan Abdul Wahab bin Zain Al Abidin Al Shaibi sebagai pemegang kunci Ka’bah – tempat yang paling disucikan dalam agama Islam – di Makkah, setelah pemegang kunci sebelumnya meninggal dunia.
Abdul Wahab, anggota tertua keluarga Al-Shaibi, ditunjuk menggantikan Saleh Al-Shaibi, penjaga senior Ka'bah yang meninggal dunia pada Jumat (21/06).
Menyerahkan kunci Ka’bah dan Maqam Ibrahim – tempat Nabi Ibrahim berpijak saat membangun Ka’bah – kepada anggota tertua keluarga Al-Shaibi merupakan tradisi yang diturunkan selama berabad-abad.
Terhitung selama lebih dari 15 abad terakhir sejak era Nabi Muhammad, Bani Shaybah telah dipercaya untuk melindungi Ka’bah dan memegang kuncinya.
Upacara penyerahan kunci Ka’bah dan Maqam Ibrahim telah digelar di Makkah pada Senin (24/06) lalu.
Setelah mengambil alih kunci Ka'bah, Abdul-Wahhab berkata: "Semoga Allah melancarkan saya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab kedua tempat yang diberkahi ini."
Penjaga Ka'bah adalah satu-satunya orang yang mempunyai kunci Ka'bah, dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan Ka’bah - termasuk mengganti Kiswada (kain penutup), mencuci, dan memberi wewangian.
Menurut sejarah Islam, kunci Ka’bah awalnya dipegang oleh Nabi Ismail yang membangun kembali Ka'bah bersama ayahnya, Nabi Ibrahim.
Setelah itu, sejumlah suku menjadi juru kunci Ka’bah, hingga akhirnya kunci Ka’bah dipegang oleh Bani Syaibah.
Tanggung jawab atas kunci Ka’bah
Abdul Wahab adalah pemegang kunci Ka’bah ke-77 sejak penaklukan Makkah pada tahun 630. Namun, dia adalah pemegang kunci ke-109 jika dihitung sejak zaman Qusayy bin Kilab – leluhur suku Quraisy sekaligus kakek keempat Nabi Muhammad yang hidup pada era pra-Islam.
Menurut sejarah Islam, ketika Nabi Muhammad memasuki Ka’bah setelah menaklukkan Makkah, dia disebut menghancurkan semua berhala yang ada di dalamnya. Nabi Muhammad lalu memanggil Utsman bin Thalhah, anggota keluarga Bani Shaybah yang saat itu menjadi juru kunci Ka’bah.
Nabi Muhammad kemudian memberinya kunci Ka’bah dan berkata kepada Utsman bin Thalhah bahwa kunci itu akan selalu bersama Utsman beserta keturunannya dan tidak ada seorang pun yang dapat merebutnya, kecuali seorang tiran.
Utsman bin Thalhah lalu mewariskan kunci Ka’bah kepada Syaibah bin Utsman bin Thalhah.
Kunci dan gembok Ka’bah
Kunci dan gembok Ka’bah terbuat dari nikel dan dilapisi emas 18 karat. Ayat Al-Qur'an tertulis pada gembok tersebut.
Adapun kunci Ka’bah disimpan dalam tas bersulam yang bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an.
Kunci Kabah abad ke-12 sempat dilelang pada tahun 2008 di London.
Seorang pembeli anonim membeli kunci yang terbuat dari besi dengan panjang 38 cm itu senilai US$18,1 juta (setara Rp297 miliar).
Kunci tersebut bertuliskan 'Ini khusus dibuat untuk Baitullah'. Baitullah adalah nama lain untuk Ka’bah.
Kunci yang dilelang di London adalah satu-satunya kunci Ka’bah yang dimiliki secara pribadi.
Selain itu, 48 kunci yang digunakan untuk Ka’bah pada masa kekuasaan Kekaisaran Ottoman masih tersimpan di sebuah museum di Turki.
Sementara Arab Saudi memiliki dua salinan kunci tersebut yang terbuat dari emas murni.
Pada masa kini, tanggung jawab penjaga kunci Ka’bah adalah membuka dan menutup gemboknya.
Namun, untuk tamu negara yang datang ke Arab Saudi, gembok ini dibuka oleh kantor kerajaan, Kementerian Dalam Negeri, dan pasukan darurat bersama dengan juru kunci Ka’bah.
Selain itu, menurut kalender Islam, setiap tahun pada tanggal 15 Muharram, pembawa kunci akan membuka pintu Ka’bah agar tempat paling suci bagi umat Islam itu bisa dimandikan.
Pintu Ka’bah
Hanya ada satu pintu untuk memasuki Ka’bah – disebut Bab Kakbah – yang terletak di dinding timur laut Ka’bah.
Di sudutnya ditempatkan hajar aswad – batu berwarna hitam yang dimuliakan umat Islam yang menjadi titik awal tawaf – aktivitas mengelilingi Ka’bah selama haji atau umrah.
Sebelum 1942, siapa yang menyiapkan pintu Ka’bah dan bagaimana caranya, tidak banyak disebutkan dalam sejarah.
Namun, pada 1942, Ibrahim Badr membuat pintu Ka’bah dari perak. Kemudian pada tahun 1979, Ahmad bin Ibrahim Badr, putra Ibrahim Badr, membuat pintu Ka’bah dari emas dengan berat sekitar 300 kg.
Pada masa pemerintahan Abdul Qadir, mantan pembawa kunci Ka’bah, kunci Ka'bah diganti atas perintah Raja Saudi Abdullah.
Pangeran Khalid Al-Faisal saat itu menyerahkan kunci baru tersebut kepada Abdul Qadir atas nama raja.
Ketika Sheikh Abdul Qadir meninggal setelah sakit lama, sepupunya yang bernama Saleh Bin Zain Al Abedin Al Shaibi menjadi penjaga kunci tersebut.
Baik kunci maupun gembok Ka’bah telah diganti berkali-kali dalam sejarah oleh penguasa yang berbeda sesuai kebutuhan.