Konten Media Partner

Kisah di Balik Raibnya Toilet Emas Istana Blenheim Senilai Rp102 Miliar

26 Maret 2025 13:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Kisah di Balik Raibnya Toilet Emas Istana Blenheim Senilai Rp102 Miliar

Eleanor Paice terbangun dengan kaget pada 14 September 2019 dini hari. Telinganya mendengar suara kaca pecah.
Paice tinggal di kamar pegawai yang terletak di atas Istana Blenheim, Woodstock, Inggris.
Perempuan yang bekerja sebagai manajer pelayanan tamu itu mengaku terbiasa dengan suara-suara aneh.
Akan tetapi, dia tahu ada sesuatu yang tidak beres begitu alarm kebakaran mulai berdering.
Paice lekas-lekas lari ke halaman besar untuk menyelamatkan diri.
Alih-alih menyaksikan kobaran api seperti yang dia kira, perempuan itu justru menjadi saksi mata sebuah aksi perampokan.
Lima pria telah mendobrak masuk ke istana. Mereka memboyong toilet yang terbuat dari emas padat seharga £4,8 juta (sekitar Rp102 miliar) dan kabur dengan Volkswagen Golf curian.
Toilet itu dinamakan America dan baru dipajang selama dua hari di rumah megah abad ke-18 itu.
Fasilitas kamar mandi itu dipasang sebagai bagian dari pameran seniman konseptual Italia, Maurizio Cattelan.
Lebih dari lima tahun kemudian, tiga pria diganjar hukuman terkait perampokan tersebut.
Tahun lalu, James Sheen, pria berusia 40 tahun asal Oxford, mengaku bersalah atas pembobolan dan pengalihan barang curian.
Sementara Michael Jones, 39 tahun, juga asal Oxford, dinyatakan bersalah atas pembobolan di Pengadilan Oxford Crown pada Selasa (18/03).
Fred Doe, 36 tahun, dari Windsor, dinyatakan bersalah atas konspirasi pengalihan properti kriminal.
Adapun Bora Guccuk, 41 tahun, asal London barat, dibebaskan dari tuduhan yang sama.
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Tindak kejahatan unik ini membuat para pecinta seni penasaran, sementara pers menyambutnya karena dianggap menarik.
Banyak lelucon dan permainan kata-kata bertema toilet muncul dari insiden itu.
BBC baru-baru ini memperoleh akses eksklusif ke staf di Istana Blenheim untuk memahami aksi perampokan serta kegagalan keamanan—dari perspektif mereka yang berada di balik layar.

'Kami diserang'

Malam sebelumnya, kepala eksekutif Blenheim, Dominic Hare, menghadiri pesta peluncuran pameran mewah yang diadakan di istana, yang dipandu oleh seniman Cattelan sendiri.
Ini adalah pertama kalinya America dipamerkan di luar New York dan kehadiran karya seni itu membuat heboh.
Dia ingat menyelinap keluar dari kerumunan supaya bisa mencoba toilet emas yang sepenuhnya berfungsi itu.
Akan tetapi, dia mengurungkan niatnya karena antrean yang begitu panjang.
"Saya membatin: 'Tidak apa-apa, tidak ada gunanya mengantre. Toilet bisa dikunjungi besok," ujarnya.
Tetapi dalam hitungan jam, Eleanor Paice, rekan kerja Hare, justru menyaksikan momen-momen terakhir saat karya seni seberat 98 kilogram itu dijejalkan ke dalam bagasi.
Dalam ingatan Paice, semuanya berlangsung cepat dan membingungkan,
"Saya hanya ingat semuanya terjadi begitu singkat. Mereka bergerak menuju mobil dan masuk ke dalamnya....lalu kendaraan itu langsung melaju kencang," ujarnya.
Secara total, aksi nekat itu hanya berlangsung lima menit—mulai dari masuknya para pencuri ke halaman lalu keluar dari sana.

Baca juga:

Polisi tiba tak lama kemudian. Barulah setelah staf mengecek seluruh istana, mereka menyadari apa yang telah dicuri.
"Saat itulah perut saya terasa mual," tutur Paice.
"Di kepala saya: ini masalah besar."
Tidak lama kemudian, kepala eksekutif Hare dibangunkan teleponnya yang berdering.
"Dom, kita telah diserang," ujar Paice.
Butuh beberapa waktu bagi Hare untuk menyadari bahwa dia tidak sedang bermimpi. Dia pun bergegas ke istana.
Di satu sisi, Hare merasa lega karena stafnya tidak ada yang terluka. Di sisi lain, dia ngeri melihat TKP yang hancur dan banjir.
"Toilet emas tampak indah, sempurna, megah, dan tak ternoda. Ini adalah kebalikannya," ujar Hare.
"Ini sungguh brutal. Semuanya hancur. Padahal ini adalah istana. Tidak sepatutnya istana dihancurkan seperti ini."
Satu hari kemudian, istana kembali dibuka. Para staf menangani kontroversi dengan sentuhan teatrikal.
Staf memasang kembali garis polisi di bilik yang hancur dan terletak hanya beberapa meter dari tempat kelahiran Sir Winston Churchill.
Mereka memamerkan TKP sebagai bagian dari pertunjukan Cattelan yang sekarang tanpa toilet.
Meski dia juga merasa malu, amarah Hare mendorongnya agar TKP bisa dilihat semua orang.
Dia juga menyadari kejadian ini bisa menjadi daya tarik bagi publik—dan prediksinya benar.
Dalam beberapa hari berikutnya, Paice mengatakan istana itu "penuh sesak" karena banyak orang yang ingin melihat kehancuran itu meski cuma sekilas.

'Kegagalan keamanan'

Walaupun mereka mampu melihat sisi humor dari aksi perampokan toilet tersebut, para staf istana tetap sangat terguncang karenanya.
Paice yang selama ini menganggap Blenheim begitu aman mengaku tidak bisa cepat-cepat melupakan peristiwa itu.
"Selalu ada kecemasan. Kalau perampokan bisa terjadi, maka apa pun bisa terjadi," ujarnya.
Sementara Hare merasa emosional dan bersyukur tidak ada yang terluka. Dia menyebut para pencuri itu "orang-orang paling berbahaya yang pernah mengunjungi Istana Blenheim".
"Toilet itu selamat dari Kota New York. Dan jika selamat dari Kota New York, seharusnya selamat dari Istana Blenheim," kata Christopher Marinello, seorang pengacara pemulihan seni yang diboyong perusahaan asuransi untuk melihat kasus itu.
Menurutnya, keamanan Blenheim "gagal total".
Berdasarkan wawancara dengan para staf istana, terlihat jelas bahwa toilet emas 18 karat itu tidak dianggap sebagai risiko keamanan.
Sebulan sebelum pembobolan, Edward Spencer-Churchill, pendiri Blenheim Art Foundation, mengatakan kepada Sunday Times bahwa fasilitas itu "bukan hal yang mudah untuk dicuri".
"Pertama, toilet dipasang permanen. Kedua, siapa pun yang berniat mencurinya tidak tahu siapa yang terakhir menggunakan toilet atau apa yang mereka makan."
"Maka dari itu saya tidak berencana untuk menjaganya," ujarnya.
Hare mengaku pihaknya "jauh lebih mengkhawatirkan" karya seni kontroversial lainnya dalam pameran itu—seperti patung paus yang terkena meteor, bendera serikat pekerja yang diinjak publik, dan patung Adolf Hitler yang sedang berdoa.
Dia mengakui status toilet sebagai objek seni unik seolah mengaburkan fakta bahwa nilainya £2,8 juta (sekitar Rp59,8 miliar) dalam bentuk emas saja.
Toilet itu dibiarkan tanpa penjagaan selama istana tidak beroperasi. Tidak ada CCTV yang memantau pintu bilik.
Selain itu, geng kriminal memanfaatkan kelemahan keamanan lainnya seperti tidak adanya patroli serta gerbang yang mudah ditembus.
Bahkan setelah serangan itu terjadi, staf tidak langsung menyadari bahwa yang dicuri adalah toilet emas berharga itu.
Alih-alih, Paice mengira yang menjadi sasaran pencurian adalah sehelai rambut masa kecil Churchill yang dipajang istana.

Tidak lagi rapuh

Dalam minggu-minggu berikutnya, Hare termotivasi untuk merombak keamanan dalam waktu singkat.
Dia mengambil tanggung jawab sepenuhnya atas kegagalan malam itu.
"Tingkat keamanan itu murni keputusan saya. Saya yang membuat Blenheim rentan. Sekarang, kami tidak lagi rapuh," ujarnya.
Keamanan istana dirombak dengan "peningkatan yang sangat signifikan".
Pada saat yang bersamaan, perampokan toilet emas itu seolah menjadi peringatan bagi rumah-rumah megah lainnya.
Emas curian tidak pernah ditemukan kembali, tetapi kisah itu akan terus hidup sebagai catatan kaki unik dalam sejarah salah satu istana paling populer di Inggris.
"Ada sejarah besar dan serius di sini, seperti perang yang mengubah jalannya sejarah di sebuah benua. Dibandingkan dengan itu, toilet ini masalah kecil," ujar Hare.
"[Tapi] dalam sejarah orang-orang biasa di Blenheim, orang-orang yang tinggal di sini dan menghidupkan tempat ini, itu adalah momen yang sangat mengancam.
"Saya bisa membayangkan bahwa 150 tahun dari sekarang, seorang pemandu wisata akan menceritakan soal toilet emas ini ke para wisatawan," ujarnya.

Berita terkait: