Konten Media Partner

Kisah Keluarga di London yang Kaget Rumah Kontrakan Diubah Jadi Ladang Ganja - 'Pelaku Membuang 10 Ton Tanah di Kamar Saya'

3 Juli 2024 14:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Kisah Keluarga di London yang Kaget Rumah Kontrakan Diubah Jadi Ladang Ganja - 'Pelaku Membuang 10 Ton Tanah di Kamar Saya'

10 ton tanah dibuang di kamar tidur Charles Reeves oleh pelaku penanam ganja ilegal yang menyewa rumahnya.
zoom-in-whitePerbesar
10 ton tanah dibuang di kamar tidur Charles Reeves oleh pelaku penanam ganja ilegal yang menyewa rumahnya.
“Saya menyalakan lampu dan ‘Ya Tuhan ada tanah setinggi hampir satu meter di kamar tidur saya’,” kata Charles Reeves ketika memperlihatkan kondisi rumahnya kepada BBC.
“Saya kaget lantainya bisa menampung tanah sebanyak ini.”
Reeves baru saja pulang setelah bekerja di luar negeri ketika menemukan rumah keluarganya di London Utara berubah menjadi ladang ganja.
Pelakunya menyamar sebagai pengontrak rumah itu. Mereka menaruh 10 ton tanah sehingga rumah itu rusak.
Keluarga Reeves pun sangat terpukul atas kejadian ini.
Para ahli mengatakan bahwa kasus penyewaan properti untuk menanam ganja sedang meningkat di London.
Para pelaku tidak membayar sewa rumah, lalu memanfaatkan prosedur pengusiran yang memakan waktu lama untuk menyelesaikan penanaman ganja secara ilegal. Mereka kemudian menghilang begitu saja.
Polisi menyita lebih dari 400 tanaman ganja dari rumah milik Reeves. Nilainya diperkirakan mencapai ratusan ribu poundsterling.
Keluarga Reeves mengiklankan penyewaan rumah mereka secara daring saat bersiap-siap untuk bekerja di Amerika Serikat.
Seorang agen properti mendekati mereka. Agen itu tahu bahwa keluarga Reeves akan pergi untuk waktu yang lama.
Dia menjanjikan bahwa rumah Reeves akan dikontrak oleh satu keluarga yang bekerja di sebuah firma di pusat kota London. Keluarga calon pengontrak itu juga disebut memiliki anak-anak.
Namun ternyata, “pengontrak” sebenarnya adalah penipu yang tidak pernah membayar uang sewa. Mereka bahkan memanfaatkan rumah tersebut untuk tindak kriminal.
Belakangan diketahui bahwa agen properti itu menjalankan situs palsu dan para penyewanya pun adalah penipu.
Polisi memberi tahu Reeves bahwa apa yang dia alami adalah salah satu yang terburuk dari kasus sejenis ini yang pernah mereka tangani.
Polisi menyita lebih dari 400 tanaman ganja dari rumah itu. Nilainya diperkirakan mencapai ratusan ribu poundsterling atau miliaran rupiah.
Para pelaku memasang sistem ventilasi yang ruwet untuk menciptakan suhu dan kelembapan optimal untuk menanam ganja.
Pemilik rumah disambut oleh seorang laki-laki yang mengeklaim rumah itu dalam kondisi baik, namun laki-laki itu menghilang dalam waktu setengah jam setelahnya.
Reeves mendatangi rumah itu karena para pengontrak tidak kunjung membayar uang sewa.
Dia baru bisa datang setelah mendapat keputusan pengadilan untuk memasuki rumah tersebut.
Reeves mengetuk pintu dan disambut oleh sejumlah laki-laki. Salah satunya mengeklaim bahwa rumah itu dalam kondisi yang baik.
Dalam waktu setengah jam, orang-orang itu menghilang. Belum diketahui apa peran mereka dalam perkebunan ganja itu.
“Saya tidak percaya dengan apa yang saya lihat,” kata Reeves menceritakan momen ketika dia memasuki rumah.
“Mereka membuang 10 ton tanah di kamar tidur.”
“Semua area di rumah ini telah diubah menjadi pabrik narkoba. Ada lubang di langit-langit, kabel di mana-mana, dan bau busuknya luar biasa.”
Reeves mengecek kamar tidurnya yang kini dipenuhi tanah bekas penanaman ganja
Pelaku memasang instalasi khusus untuk mendukung penanaman ganja ilegal.
Reeves kemudian menyadari bahwa kipas angin, lampu-lampu hingga ventilasi di rumahnya menyala menggunakan listrik curian.
Para pelaku mengatur ulang sistem kelistrikan di rumah itu dengan cara memotong meteran, sehingga mereka dapat menggunakan daya listrik untuk beroperasi tanpa terdeteksi.
Selain harus membersihkan berton-ton tanah yang dibuang di lantai atas, rumah ini juga mengalami kerusakan struktural yang berat.
Ada banyak lubang yang dibuat di langit-langitnya. Dindingnya telah dirombak untuk membuat sistem ventilasi yang rumit sehingga suhu dan kelembapannya optimal untuk pertumbuhan tanaman ganja.
Pencahayaannya diatur sedemikian rupa. Lampu-lampu khusus dipasang di seluruh rumah untuk merangsang pertumbuhan tanaman ganja.
Panas yang dihasilkan oleh lampu-lampu ini menyebabkan rumah itu rusak. Ada bekas gosong dan perabotan yang meleleh di beberapa ruangan.
“Ada tirai besar di sini sebelumnya. Ini mencengangkan,” kata Reeves.
“Kipas anginnya menyala, lampunya menyala, tirainya ditutup.”
Jejaring kabel listrik yang kusut dipasang di kamar tidur untuk menyalakan listrik.
Pelaku memotong meteran, memasang ulang jaringan listrik di rumah ini untuk mencuri listrik yang dibutuhkan untuk operasional kebun ganja mereka.
Biaya perbaikan akibat perkebunan ganja ini melebihi £20.000 (Rp415 juta), sehingga menyebabkan kondisi keuangan keluarga Reeves terbebani.
Keluarga Reeves merasa begitu terpukul akibat penipuan dan kerusakan yang terjadi pada rumah mereka.
"Ini adalah rumah yang kami tempati selama 20 tahun, tempat kami membesarkan anak. Rasanya sangat mengerikan seperti dihujam di hulu jantung kami, seperti diserang di tempat suci, tempat yang nyaman, tempat bernaung kami di kota ini, dan itu adalah rumah kami. Rasanya sangat menyakitkan," kata istri Reeves, Julia.
“Rasanya seperti rumah saya sudah dinodai. Kerusakan, kotoran, dan kekacauannya ada di mana-mana,” tutur Reeves.
"Ini adalah rumah pertama yang saya miliki. Kami merasa hancur dan terpukul."
Keluarga Reeves beranggotakan empat orang. Mereka tinggal di rumah ini sebelum pindah ke Amerika Serikat untuk bekerja
Data Kepolisian Metropolitan London menunjukkan bahwa lebih dari 1.000 ladang ganja ditemukan di kota ini dalam beberapa tahun terakhir. Sebanyak 1.056 di antaranya ditemukan pada kurun 2018-2019 dan 2022-2023.
Para pakar meyakini bahwa data itu hanya menggambarkan sebagian kecil dari ladang ganja yang saat ini beroperasi.
Menurut Allen Morgan, salah satu saksi ahli terkemuka di Inggris untuk kasus narkoba sekaligus mantan perwira polisi yang kini menjalankan layanan konsultasi narkoba, penipuan sewa rumah yang terkait dengan perkebunan ganja meningkat.
“Kami melihat jelas bahwa kejahatan jenis ini meningkat, para penjahat memanfaatkan pasar penyewaan properti untuk menanam ganja secara ilegal,” kata Morgan.
“Mereka memanfaatkan celah pada sistem hukum dan panjangnya proses pengusiran penyewa. Mereka tahu bahwa butuh waktu berbulan-bulan untuk mengusir penyewa meskipun mereka tidak membayar sewa."
"Dalam kurun waktu itu, mereka bisa memanen dan menghasilkan keuntungan yang signifikan sebelum menghilang tanpa jejak,” jelas Morgan.
Celah regulasi soal penyewaan properti membuat para pelaku beroperasi lebih mudah.
Tidak ada kewajiban bagi agen properti untuk memenuhi kualifikasi tertentu, meskipun mereka menangani aset bernilai tinggi. Ini membuat para pemilik properti rentan mengalami penipuan atau tindak kriminal lainnya.
“Kalau sesuatu terdengar terlalu indah untuk jadi kenyataan, mungkin memang begitulah adanya,” kata Morgan memperingatkan.
“Kalau seseorang menawarkan membayar tunai karena mengaku sudah dikecewakan, lalu mereka harus bergegas pindah, maka itu harus diwaspadai.”
Allen Morgan mengingatkan bahwa kasus penipuan sewa yang berkaitan dengan perkebunan ganja sedang meningkat.
Perdagangan ganja telah berkembang dari penanaman skala kecil menjadi operasi bernilai jutaan poundsterling yang diduga dijalankan oleh sindikat internasional.
London telah menjadi pusat distribusi narkoba karena pasarnya yang besar dan jejaring transportasinya yang luas.
“Masalahnya London jelas merupakan salah satu pusat distribusi utama untuk obat-obatan terlarang di seluruh Inggris Raya,” jelas Morgan.
“Perdagangan ganja sangat menguntungkan. Setelah mengubah properti sewaan, Anda bisa mendapat lima hingga tujuh area penanaman terpisah untuk memproduksi ganja, secara diam-diam dan tanpa bukti apapun terkait Anda.”
Kasus ini tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik di rumah keluarga Reeves, namun juga berdampak secara emosional.
Polisi masih menyelidiki apa yang terjadi pada keluarga Reeves. Namun nyatanya, para pemilik rumah yang tidak dibersalah dibiarkan menghadapi sisa-sisa kejahatan narkoba yang terus berkembang di London.
Keluarga Reeves berharap dengan menyuarakan kisah mereka, mereka bisa membangun kesadaran soal masalah ini, juga mencegah pemilik properti lainnya menjadi korban penipuan serupa.
"Kami ingin orang-orang menyadari risikonya dan mencegahnya saat menyewakan properti mereka," kata Reeves.
"Tidak seorang pun boleh mengalami apa yang kami alami. Ini bukan sekadar penipuan, ini adalah penghancuran rumah kami.”