Kisah Nenek yang Memperbaiki Lukisan Yesus hingga Menjadi Meme di Seluruh Dunia

Konten Media Partner
21 Agustus 2022 13:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Semua berawal pada 7 Agustus 2012, lewat unggahan sebuah blog mengenai kebudayaan Borja, sebuah kota kecil di Spanyol berpenduduk 5.000 orang.
Lewat blog itu, dijelaskan bagaimana Ecce Homo fresco, sebuah lukisan potret Yesus Kristus karya Elias García Martínez yang terpasang di dinding gereja Sanctuary of Mercy, telah “diubah” secara misterius.
Hanya dalam waktu yang singkat, orang-orang pun mengetahui apa yang terjadi pada lukisan yang sebelumnya tidak dilindungi dengan baik itu.
Cecilia Gimenez adalah seorang paroki berusia 81 tahun, yang kemudian diketahui sebagai sosok di balik tindakan ceroboh “merestorasi” Ecce Homo.
Berbekal “itikad baik”, dia mencoba membenahi lukisan itu meski tidak memiliki keahlian.

'Gelombang ejekan'

Cecilia Gimenez secara tidak sengaja telah menciptakan meme yang menjadi populer di internet.
Apa yang terjadi berikutnya pun menjadi sejarah. Gelombang ejekan terhadap “karya“ Cecilia bermunculan di media sosial. Ini bahkan muncul di berbagai pemberitaan dan menjadi bahan pada tayangan komedi di seluruh dunia selama berminggu-minggu.
Pembahasannya bergema begitu kuat sehingga karya “Dona Cecilia“ –orang orang di negara Hispanik biasa memanggil perempuan lansia dengan “dona“ sebagai bentuk hormat—bertahan lama menjadi meme di internet. Ada pula yang menjuluki lukisan itu sebagai “kentang Yesus“.
Cecilia sampai depresi karena berhadapan dengan ancaman pidana atas tindakan yang dianggap sebagai “vandalisme”.
Namun tidak lama kemudian, semangatnya kembali pulih begitu menyadari bahwa karyanya telah “berkelana”. Perlahan, cemoohan terhadapnya berbalik menjadi apresiasi.
Hasil “intervensi” Dona Cecilia terhadap lukisan karya Martínez itu bahkan muncul di gantungan kunci, t-shirt dan magnet kulkas yang diperdagangkan.
Karya itu juga menginspirasi sebuah opera di Amerika Serikat karya Andrew Flack pada 2015.
Sepuluh tahun sejak skandal Ecce Homo itu, Borja masih menjadi kota yang merayakan kisah itu tanpa malu-malu.
Dona Cecilia, yang telah berusia 91 tahun, kini tinggal di sebuah panti jompo.
"Kesehatannya memburuk, tapi dia masih ingat dengan fenomena itu," kata Wali Kota Borja, Eduardo Arilla Pablo kepada BBC.
Pablo bahkan mengatakan bahwa Borja akan menggelar acara penghargaan untuk Dona Cecilia dan Martinez pada 10 September mendatang.
Bagaimana pun, Cecilia dianggap telah membuat Borja dikenal di berbagai negara.
Kota yang berlokasi di timur laut Aragon dan berjarak sekitar 300 kilometer dari Madrir itu juga telah diuntungkan oleh fenomena tersebut.
“Kami dikunjungi wisatawan dari 110 negara,“ kata Pablo.

Memicu daya tarik wisata

Turis berdatangan ke Borja untuk menyaksikan langsung Ecce Homo yang sekarang terkenal.
Pada tahun pertama setelah fenomena Dona Cecilia, kunjungan wisata ke Borja melonjak menjadi 40.000 wisatawan.
“Saat ini kunjungannya berkisar antara 10.000 sampai 11.000 pengunjung per tahun untuk menyaksikan langsung apa yang mereka kenal secara online,” jelas Pablo.

Bagaimana respons pemerintah setempat?

“Sebagai institusi, kami tidak bisa membiarkan ini terjadi. Kami memiliki warisan seni yang hebat dan bernilai tinggi, dan kami berkomitmen memulihkan lukisan itu,” kata dia.
“Tapi dengan segala hormat terhadap lukisan asli karya Elias Garcia, pekerjaan yang terpenting sekarang didefinisikan dengan cara Cecilia Gimenez.”
Lukisan karya Garcia Martinez (1858-1934) merupakan reproduksi dari karya Ecce Homo lainnya. Ecce Homo, yang merupakan bahasa Latin, berarti “Lihatlah Manusia”.
Ecce Homo merupakan tema yang umum digunakan dalam karya-karya seni di Eropa pada abat ke-15 hingga ke-17. Karya-karya seni itu mengacu pada kalimat yang diucapkan Pontius Pilates ketika mempersembahkan Yesus Kritus kepada orang banyak di Yerusalem.
Martinez sendiri merupakan seorang profesor di Sekolah Seni Rupa di Zaragoza. Dia termasuk sosok yang disegani dan berasal dari keluarga seniman.
Keluarga Martinez biasanya menghabiskan musim panas di Borja, itu lah yang membuatnya melukis di dalam gereja itu pada 1930.
Tetapi, surat kabar ternama di Spanyol, El País, menyebut lukisan asli karya Martinez itu “bernilai artistik kecil”. Lukisan itu bahkan tidak masuk ke dalam katalog karya seni di Aragon.

'Berdampak lebih besar dibanding lukisan aslinya'

Muncul perdebatan apakah hasil karya Cecilia bisa dikategorikan sebagai seni atau tidak.
Peneliti budaya digital, Nathalia Lavigne memuji Dona Cecilia karena menciptakan “sesuatu yang berbeda dengan dampak yang jauh lebih besar dibanding lukisan aslinya”.
“Gambar itu menembus budaya visual kontemporer karena memenuhi karakter sebuah meme: kasual, amatir, dan sedikit anarkis. Dia (Cecilia) tidak berniat mencapai titik itu,” kata Lavigne.
“Dalam konteks ketika dia melakukan restorasi, tentu itu bukan senni. Tapi bisa juga dilihat melalui sudut pandang sirkulasi gambar, yang memastikan betapa pentingnya usia karya itu.”
Selama “rehabilitasi” atas karya Dona Cecilia, para penggemar tak terduga bermunculan membelanya.
Sutradara asal Spanyol, Alex de la Iglesia mengatakan melalui akun Twitter-nya bahwa karya Cecilia seperti “ikon atas cara kita memandang dunia. Itu sangat berarti”.
Kritikus seni asal AS, Bem Davis bahkan menyebut hasil “restorasi” Cecilia itu sebagai satu dari 100 karya yang mendefinisikan era 2010-an. Dia menyebutnya sebagai “mahakarya surealisme yang tidak disengaja”).
Rob Horning, editor sebuah majalah teknologi, menulis bahwa meme yang bermunculan “memberi kesempatan untuk menyindir kesalehan sekaligus seni agama yang semu”.
Horning juga mengamati bahwa meningkatnya kunjungan wisatawan ke Borja memperlihatkan hubungan yang unik antara dunia di luar dengan di dalam jejaring. Seolah-olah tembok di tempat Ece Hommo “karya” Dona Cecilia mengatakan kepada pemirsanya: “Ini dia internet”
Horning juga mengamati bahwa peningkatan kunjungan wisatawan ke Borja juga menunjukkan hubungan yang aneh antara dunia offline dan dunia online: seolah-olah tembok tempat Ecce Homo Dona Cecilia berada berkata kepada pemirsa: "Ini lah yang ada di internet.”
“Sensasinya pasti luar biasa,” kata Horning.
Dona Cecilia diberi 49% dari hak cipta atas gambar Ece Homo versinya, yang secara rutin dia sumbangkan untuk pasien penderita penyakit otot degeneratif yang merenggun nyawa salah satu putranya,
Pada 2016, dalam sebuah acara di Borja, Cecilia mengatakan bahwa dia telah bersiap untuk “intervensinya”.
“Terkadang, dari begitu seringnya saya melihatnya, saya berpikir itu tidak lagi terlihat seburuk yang saya rasakan pada awal-awal dulu.”