Konten Media Partner

Kisah Nyata di Balik Film 'The Great Escape' tentang Pelarian dari Kamp Hitler' – 'Tidak Menggambarkan Kengerian Sebenarnya'

26 April 2025 10:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Kisah Nyata di Balik Film 'The Great Escape' tentang Pelarian dari Kamp Hitler' – 'Tidak Menggambarkan Kengerian Sebenarnya'

Steve McQueen (1930-1980), aktor asal Amerika Serikat, mengenakan jaket kulit dan sarung tangan bisbol, dengan kedua tangannya terangkat tanda menyerah, dalam sebuah foto publisitas yang dikeluarkan untuk film, 'The Great Escape', 1963.
zoom-in-whitePerbesar
Steve McQueen (1930-1980), aktor asal Amerika Serikat, mengenakan jaket kulit dan sarung tangan bisbol, dengan kedua tangannya terangkat tanda menyerah, dalam sebuah foto publisitas yang dikeluarkan untuk film, 'The Great Escape', 1963.
Pada 24 Maret 1944, terdapat 76 perwira Sekutu melarikan diri dari kamp tahanan perang Jerman, Stalag Luft III – sebuah misi yang diabadikan dalam film klasik, berjudul The Great Escape. Pada 1977, seorang anggota kunci tim pelarian, Ley Kenyon, membagikan ceritanya di acara Nationwide BBC.
Pada malam bersalju 1944, lebih dari 200 perwira Sekutu mencoba melarikan diri dari kamp tahanan perang Jerman.
Ini adalah puncak dari sebuah rencana ambisius yang melibatkan lebih dari setahun penyuapan, penggalian terowongan, dan produksi massal peralatan, seragam, dan dokumen, yang semuanya harus disembunyikan dengan cermat dari para penjaga dan mata-mata kamp.
The Great Escape, film pada 1963 karya John Sturges yang bercerita tentang pelarian tersebut, adalah film klasik yang sangat dicintai dan dibintangi oleh Steve McQueen, Richard Attenborough, serta James Garner.
Namun, film ini ternyata disebut mengandung banyak ketidakakuratan.
Jem Duducu, sejarawan dan presenter podcast Condensed History, menggambarkannya dalam sebuah wawancara di Metro sebagai "campuran aneh antara kreasi yang teliti dan fantasi Hollywood murni".
Poster film, The Great Escape, dari kiri: Richard Attenborough, Steve McQueen, James Garner, 1963.
Kisah ini pertama kali diceritakan oleh Paul Brickhill, salah satu orang yang membantu upaya pelarian itu, dalam bukunya pada 1950, berjudul The Great Escape.
Dia menggambarkan Ley Kenyon, yang mengilustrasikan buku itu, sebagai seorang "pemalsu ulung" dalam misi tersebut. Kenyon mampu memalsukan ribuan lembar dokumen untuk pelarian.
Berbincang tentang film itu dengan Dilys Morgan di acara Nationwide BBC pada 1977, Kenyon berkata:
"Itu adalah hiburan yang bagus, tetapi tentu saja tidak menggambarkan kengerian sebenarnya menjadi tahanan perang, kengeriannya tentu saja, adalah perasaan pribadi seseorang tentang berada di balik kawat berduri – kebosanan, kelaparan. Kelaparan itu cukup mengerikan."
Mantan tahanan lainnya memiliki pandangan yang berbeda tentang film tersebut.
Charles Clarke, yang berada di kamp pada saat itu, dan membantu rencana itu sebagai pengintai, mengatakan kepada BBC dalam wawancara radio pada 2019: "Bahkan setelah bertahun-tahun, saya selalu berpikir betapa luar biasanya film itu."
Salah satu perubahan besar yang dibuat film itu adalah pada personel yang terlibat. Memang, peristiwa The Great Escape sebagian besar berakar pada fakta, namun nama-nama telah diubah, dan berbagai orang disatukan membentuk karakter-karakter gabungan.
Pada saat pelarian, tidak ada orang Amerika yang tersisa di kamp itu, dan pria yang dikatakan sebagai model untuk Virgil Hilts yang diperankan McQueen, William Ash, tidak ikut serta.
Mungkin Anda tertarik:
Rencana itu dipelopori oleh pemimpin skuadron, Roger Bushell, yang dalam film diganti namanya menjadi Bartlett, dan diperankan oleh Attenborough.
Bushell pertama kali ditangkap pada 1940 setelah pesawatnya ditembak jatuh, dan dia memiliki rekam jejak yang mengesankan dalam upaya pelarian, pernah hampir mencapai perbatasan Swiss yang netral.
Stalag Luft III adalah upaya Jerman untuk membuat sebuah kamp yang tidak mungkin bagi tahanan melarikan diri, khusus perwira angkatan udara dari Inggris, Kanada, Australia, Polandia, dan negara-negara sekutu lainnya.
Kamp ini dibangun dan dijalankan oleh Luftwaffe sebagai tempat yang aman untuk menahan orang-orang yang mereka yakini berisiko melarikan diri.
Namun, apa yang tidak mereka pertimbangkan adalah konsekuensi dari menjebak begitu banyak ahli pelarian di satu tempat.

Berbulan-bulan persiapan

Charles Bronson, James Coburn, dan orang-orang yang mendengarkan Richard Attenborough dalam sebuah adegan dari film 'The Great Escape', 1963.
Kamp itu dibangun di atas tanah berpasir yang sulit untuk digali jadi terowongan.
Tanah di bawahnya juga lebih ringan dan berwarna kuning daripada lapisan tanah atas yang gelap. Jadi akan terlihat jelas jika ada tanah yang muncul di permukaan kamp.
Barak-barak didirikan di atas tiang-tiang bata sehingga jika ada terowongan di bawahnya akan mudah terlihat.
Selain itu, Brickhill menggambarkan dalam bukunya "pagar kawat berduri ganda setinggi 2,75 meter", tepat di luarnya terdapat "kotak jaga" setinggi 4,5 meter di setiap 90 meter, yang diawasi oleh penjaga dengan lampu sorot dan senapan mesin.
Selain itu, mikrofon ditanam di tanah di sekitar kawat sehingga mereka dapat menangkap suara penggalian terowongan.
Seperti yang Anda duga dari sebuah rencana yang dirancang oleh para tentara, proyek penggalian terowongan dijalankan dengan gaya efisiensi militer.
Bushell – juga dikenal sebagai "Big X" – adalah bertanggung jawab, dan mendelegasikan bagian-bagian tertentu dari rencana itu kepada orang lain.
Perencanaan dimulai bahkan sebelum Stalag Luft III berdiri: Bushell dan yang lainnya tahu bahwa kamp itu akan dibangun, dan mereka menawarkan diri untuk membantu membangunnya.
Hasilnya, mereka dapat memetakan dan memilih lokasi terbaik untuk membuat terowongan. Bushell punya ide bahwa mereka akan menggali bukan satu terowongan tetapi tiga secara bersamaan.
Logikanya adalah jika Jerman menemukan salah satunya, mereka tidak akan menyangka akan ada dua terowongan lainnya.
Terowongan itu pun hanya boleh disebut dengan nama kode, yaitu Tom, Dick, dan Harry. Bushell mengancam akan membawa ke peradilan militer bagi siapa pun yang mengucapkan kata "terowongan".
Charles Bronson dan rekan-rekannya membuka jeruji besi dalam sebuah adegan dari film 'The Great Escape', 1963.
Tujuan dari rencana itu adalah 200 orang bisa melarikan diri. Ini adalah pekerjaan yang sangat besar.
Setiap orang membutuhkan satu set pakaian sipil, paspor palsu, kompas, makanan, dan banyak lagi.
Beberapa surat izin membutuhkan foto, jadi sebuah kamera diselundupkan oleh seorang penjaga yang telah disuap.
Dalam film ini, karakter yang diperankan oleh Donald Pleasence bertanggung jawab atas pemalsuan dokumen.
Dalam kenyataannya, Kenyon adalah salah satu pemalsu yang harus memalsukan ribuan lembar dokumen yang diperlukan.
Dalam wawancara Nationwide, dia mengenang bagaimana mereka melakukannya: "Kami membuat mesin cetak, salah satunya, dan setiap huruf harus diukir dengan tangan dari karet yang kami dapatkan dari tukang sepatu – sol karet – atau potongan kayu yang dipotong dengan silet cukur."
Setiap dokumen harus sempurna. Mereka meniru surat izin dan dokumen yang telah mereka curi dari penjaga atau membujuk penjaga untuk menunjukkannya kepada mereka.
"Sekitar tujuh atau 8.000 lembar kertas diproduksi," katanya.
Terowongan itu sendiri juga merupakan sebuah keajaiban teknik dan kecerdikan. Sebuah pompa udara dibuat dengan tas perlengkapan dan kayu, dan udara dipompa melalui saluran yang terbuat dari kaleng susu kosong yang dikirim oleh Palang Merah.
Salah satu tantangan utama adalah membuang tanah yang telah digali dari terowongan. Jadi kantong-kantong berisi tanah digantung di dalam celana, yang dibuat dari pakaian dalam panjang. Lalu tanah itu dijatuhkan di sekitar kamp dan membaur dengan permukaan.
Dari tiga terowongan, satu titik yang dinamai Tom ditemukan oleh penjaga hanya beberapa saat sebelum selesai. Setelah istirahat, keputusan dibuat untuk melanjutkan terowongan Harry.
Terowongan ini selesai pada musim dingin 1943, dan ditutup hingga kondisi memungkinkan untuk pelarian.
Aktor Steve McQueen di lokasi syuting The Great Escape, yang diadaptasi dari buku karya Paul Brickhill dan disutradarai oleh John Sturges.
Waktu itu akhirnya tiba pada malam 24 Maret 1944. Banyak hal yang salah, tetapi pada akhirnya, dari 220 orang, 76 orang berhasil keluar sebelum orang ke-77 terlihat oleh seorang penjaga.
Operasi besar-besaran dilakukan untuk menangkap kembali 76 orang itu. Mereka semua tahu bahwa kemungkinan besar mereka akan tertangkap, tetapi banyak yang menganggap bahwa melarikan diri menjadi pilihan terbaik.
Tujuan lain dari para pria itu adalah membuat Jerman menarik sumber daya dari perang untuk mencari mereka.
Menurut Brickhill, lima juta orang Jerman terlibat dalam pencarian para tahanan yang melarikan diri itu.
Dari jumlah itu, hanya tiga orang yang mampu lepas. Dua berhasil mencapai Swedia, dan satu ke Spanyol.
Hitler ingin semua 73 tahanan yang ditangkap kembali ditembak mati.
Orang-orang di sekitarnya berhasil membujuk Hitler untuk tidak melakukannya – lagipula, Inggris menahan tahanan perang Jerman, dan tidak akan menerima pembantaian perwira mereka.
Namun, Hitler menyatakan bahwa 50 dari mereka harus mati. Ken Rees, yang berada di dalam terowongan ketika ditemukan, menceritakan bahwa mereka yang dibunuh "dibawa keluar berdua dan bertiga, dan ditembak," dalam podcast BBC Witness History pada 2010.

Ditembak di jalan

Dalam versi fiksi, semua orang dibawa ke sebuah lapangan dan ditembak oleh senapan mesin, tetapi kenyataannya prosesnya tidak seperti itu.
Buku Brickhill mencatat bahwa para pria itu dibawa dalam kelompok-kelompok kecil ke arah kamp semula dan ditembak di jalan.
Dia menulis, "Penembakan akan dijelaskan oleh fakta bahwa para perwira yang ditangkap kembali ditembak saat mencoba melarikan diri, atau karena mereka melakukan perlawanan, sehingga tidak ada yang dapat dibuktikan di kemudian hari."
Semua jenazah dikremasi, dan, seperti yang ditunjukkan oleh Menteri Luar Negeri Anthony Eden dalam pidato parlemen yang disampaikan pada Juni 1944, satu-satu alasannya adalah untuk menyembunyikan cara kematian.
Bushell adalah salah satu pria yang tertangkap dan dibunuh. Dia meninggal pada usia 33 tahun. Rincian kematiannya terungkap dalam penyelidikan setelahnya: bersama dengan rekan pelariannya, dia ditembak di punggung oleh petugas Gestapo.
Virgil Hilts (Steve McQueen) terjerat kawat berduri dalam film The Great Escape tahun 1963.
Abu jenazahnya dikembalikan ke kamp bersama dengan yang lainnya, tetapi, menurut keponakannya, peti matinya rusak ketika tentara menyerbu kamp, dan oleh karena itu, lebih dari 80 tahun kemudian, dia masih di sana.
Dua pria yang berhasil menghindari eksekusi adalah Jimmy James dan Sydney Dowse. Dalam film dokumenter 2012, Dowse memberikan perspektifnya sebagai seorang penyintas.
"Anda akan bertanya-tanya mengapa Anda sendiri tidak ditembak. Itulah yang Jimmy dan saya rasakan, bagaimanapun juga. Mengapa kami tidak ditembak. Kami bisa saja. Itu hanya keberuntungan. Dan… cukup mengerikan."
Eksekusi 50 tahanan perang menyebabkan kemarahan di Inggris. Eden mengatakan dalam pidatonya di Parlemen:
"Pemerintah Yang Mulia harus, oleh karena itu, mencatat protes tulus mereka atas tindakan pembantaian berdarah dingin ini. Mereka tidak akan pernah berhenti berusaha mengumpulkan bukti untuk mengidentifikasi semua pihak yang bertanggung jawab. Mereka bertekad bahwa para penjahat keji ini akan dilacak sampai orang terakhir di mana pun mereka bersembunyi. Ketika perang berakhir, mereka akan dibawa ke pengadilan."
Setelah perang, upaya besar dilakukan untuk menyelidiki pembunuhan itu. Hasilnya, 13 petugas Gestapo digantung atas peran mereka dalam eksekusi itu.
Enam tahun setelah pelarian, pada 1950, Brickhill menerbitkan catatannya tentang kejadian itu, yang kemudian diadaptasi menjadi film terkenal.
Ketika Charles Clarke ditanya tentang pendapatnya mengenai versi Hollywood dari peristiwa tersebut, dia berkata, "Tanpa film ini, siapa yang akan mengingat betapa luar biasanya pencapaian itu?"