Kyoto akan Larang Turis Kunjungi Distrik Geisha Akibat Perilaku Tak Terkendali

Konten Media Partner
12 Maret 2024 8:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pihak berwenang setempat mengeluh bahwa gerombolan wisatawan kadang-kadang "bertingkah seperti paparazzi" ketika geisha muncul dari jalan-jalan sempit.
zoom-in-whitePerbesar
Pihak berwenang setempat mengeluh bahwa gerombolan wisatawan kadang-kadang "bertingkah seperti paparazzi" ketika geisha muncul dari jalan-jalan sempit.
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika Anda pernah mengunjungi bekas ibu kota Jepang, Kyoto, Anda mungkin pernah melihat geisha, perempuan dengan riasan wajah putih dan kimono cantik, bergegas menuju pertemuan di jalan-jalan sempit di Distrik Gion yang terkenal.
Orang-orang menyebutnya sebagai "momen ajaib".
Geisha, yang merupakan bagian ikonik dari budaya Jepang, adalah penghibur profesional yang terlatih dalam berbagai seni tradisional termasuk tari dan musik.
Namun kini Kyoto menutup beberapa gang milik pribadi di Distrik Gion.
"Kami akan memasang tanda pada bulan April yang memberitahukan wisatawan untuk menjauhi jalan-jalan pribadi milik kami," kata pejabat distrik setempat Isokazu Ota kepada kantor berita AP.
Pasalnya wisatawan kerap memadati kawasan Gion yang sempit dan kuno, bahkan sering kali mengikuti pemandu yang mengajak berkeliling, hingga kadang-kadang berhenti untuk berbicara panjang lebar tentang hal-hal yang menarik.
Gion adalah destinasi populer - distrik yang terdiri dari gang berkelok-kelok ini terkenal dengan kuil, taman, dan kedai teh yang indah.
Di sini juga tempat geisha dan murid-murid maiko mengenakan kimono (pakaian tradisional Jepang) dan hiasan rambut menampilkan tarian serta musik.
Berbekal kamera, para pengunjung kerap membanjiri kawasan Gion dengan harapan bisa melihat para perempuan dalam perjalanan ke kelas tari atau pesta makan malam yang mewah.

'Pariwisata yang belebihan'

Geisha adalah penghibur profesional yang merupakan bagian ikonik dari budaya Jepang.
Keluhan tentang turis yang 'terlalu bersemangat' telah muncul bertahun-tahun lalu dan pihak berwenang setempat melaporkan bahwa pelancong yang "tidak terkendali" melecehkan geisha dan terkadang memaksa mereka untuk berfoto bersama atau menyentuh kimono mereka.
Ketika pandemi Covid-19 mengakibatkan kelesuan pariwisata, persoalan ini tak terlalu mendesak, tapi kini pengunjung sudah kembali normal.
Sekretaris perwakilan dewan distrik Gion, Isokazu Ota, mengatakan gerombolan wisatawan terkadang "bertingkah seperti paparazzi" ketika geisha muncul dari gang sempit, yang lebarnya hanya satu atau dua meter.
Tanda-tanda dalam bahasa Inggris dan Jepang di distrik tersebut memperingatkan wisatawan bahwa mereka berisiko dikenakan denda sebesar 10.000 yen ($70) jika mereka memasuki area yang melarang fotografi.
Jalan-jalan umum di distrik ini akan tetap terbuka untuk wisatawan, sehingga kawasan ini dan wilayah Kyoto lainnya akan tetap dipenuhi pengunjung, baik dari Jepang maupun dari seluruh dunia.
Lebih dari 25 juga pengunjung datang ke Jepang tahun lalu dan ingin menikmati masakan Jepang yang lezat, peralatan elektronik berteknologi tinggi, taman yang indah, dan juga melihat keindahan alam seperti Gunung Fuji serta bunga sakura.
Pada 2019, jumlah wisatwan yang masuk ke Jepang berjumlah hampir 32 juta orang - turun menjadi hanya 250.000 orang pada 2021 - namun angka tahun ini bisa mendekati atau bahkan melampaui rekor tahun 2019, kata para ahli.
Lonjakan ini telah membuat banyak penduduk di kawasan Gion kewalahan.
Dewan lokal yang mendengar keluhan itu menyimpulkan kurangnya antusiasme warga setempat atas kedatangan pengunjung beberapa bulan yang lalu, menyatakan bahwa "Kyoto bukanlah sebuah taman hiburan."