Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten Media Partner
Lady Chatterley's Lover, Novel 'Cabul' yang Jadi Laris Setelah Tak lagi Terlarang
26 Januari 2025 7:40 WIB
Lady Chatterley's Lover, Novel 'Cabul' yang Jadi Laris Setelah Tak lagi Terlarang

Ketika novel Lady Chatterley's Lover karya DH Lawrence diterbitkan pada 1960, masyarakat Inggris gempar. Novel ini sempat dianggap tak senonoh dan dilarang, tapi akhirnya dibolehkan terbit oleh pengadilan dan menjadi simbol kebebasan berekspresi.
Hingga November 1960, masyarakat Inggris dilarang membaca Lady Chatterley's Lover berdasarkan Undang-Undang Publikasi Cabul yang menjerat penerbitan yang dianggap tidak senonoh dan tidak bermoral.
Sebuah perusahaan penerbit Inggris, Penguin Books, ingin menentang undang-undang itu dengan mencetak edisi lengkap tanpa sensor dari novel karya DH Lawrence itu.
Putusan pengadilan soal novel ini menjadi simbol perubahan sosial yang telah bergeliat di Inggris sejak Perang Dunia Kedua.
Novel ini juga memicu perdebatan di masyarakat antara yang berpandangan liberal dengan yang memandang diri mereka sebagai penjaga moral.
Sebelumnya, Lady Chatterley's Lover telah diterbitkan secara privat di Italia dan Prancis pada akhir 1920-an, namun dilarang di beberapa negara lain seperti Amerika Serikat, Australia, dan Jepang.
Pada tahun-tahun menjelang persidangan, para penulis dan penerbit di Inggris kian khawatir dengan banyaknya buku yang dituntut karena dianggap cabul.
Untuk meredakan kekhawatiran itu, Parlemen Inggris mengesahkan Undang-Undang Publikasi Cabul baru pada 1959, yang salah satunya mengatur soal "perlindungan terhadap literatur dan memperkuat hukum terkait pornografi".
Undang-undang ini menawarkan pembelaan bagi siapa pun yang dituduh menerbitkan "buku cabul".
Ini memungkinkan mereka untuk berargumen bahwa sebuah karya harus diterbitkan jika memiliki nilai sastra, walaupun rata-rata orang menganggap materinya mengejutkan.
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp .
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Lady Chatterley's Lover dianggap kontroversial karena mengisahkan hubungan penuh gairah antara seorang perempuan bangsawan, Lady Constance Chatterley dengan seorang laki-laki kelas pekerja, Oliver Mellors.
Novel ini memuat kata-kata umpatan dan deskripsi seks yang eksplisit, juga menggambarkan kenikmatan seksual perempuan.
Lawrence mengatakan bahwa dia ingin seks kembali menjadi sesuatu yang bisa diterima dalam sastra. Dia ingin "membuat hubungan seks [dalam novel] menjadi valid dan berharga, bukannya memalukan".
Pada 1960, Penguin bersiap untuk menguji Undang-Undang Publikasi Cabul. Mereka bersurat kepada jaksa penuntut umum dan memperingatkan bahwa mereka akan menerbitkan versi asli dari novel tersebut.
Lalu pada Agustus tahun itu, kepala penasehat hukum Kerajaan Inggris, Reginald Manningham-Buller, membaca empat bab awal novel tersebut dalam perjalanan dengan kereta api ke Southampton.
Dia menulis surat kepada jaksa penuntut umum yang menyetujui proses hukum terhadap Penguin.
"Saya harap Anda dijatuhi hukuman," katanya.
Sir Allen Lane, pendiri Penguin Books, sedang berada di Spanyol saat itu terjadi. Rekan-rekannya kemudian menyarankan agar dia segera pulang ke Inggris.
Persidangan Lady Chatterley's Lover menjadi kasus hukum pertama di bawah undang-undang yang baru itu. Ini menjadi pertarungan antara mereka yang mempertahankan keadaan dengan mereka yang berpandangan lebih liberal.
Penguin menghadirkan 35 saksi ahli yang terdiri dari penulis dan politisi terkemuka untuk mendukung gugatan mereka. Di antaranya adalah Richard Hoggart, seorang akademisi dan penulis berpengaruh yang dianggap sebagai saksi kunci.
Hoggart berpandangan bahwa novel tersebut pada dasarnya adalah karya yang bermoral dan "puritan", yang hanya berisi kata-kata yang juga dia dengar di sebuah proyek pembangunan dalam perjalanannya ke pengadilan.
Di kubu lawan, Mervyn Griffith-Jones memimpin penuntutan. Dia mengatakan seks di dalam novel itu adalah pornografi yang tidak senonoh.
"Kalau Anda sudah membaca novel itu, coba tanya pada diri Anda sendiri, apakah Anda akan membolehkan putra-putri Anda membacanya?" tanya Griffith-Jones kepada para juri.
"Apakah Anda akan membiarkan novel itu tergeletak di rumah Anda? Apakah itu novel yang Anda inginkan untuk dibaca oleh istri dan pelayan Anda?"
Dia juga merinci hampir 100 kata-kata umpatan yang digunakan di novel tersebut.
Hakim yang memimpin persidangan, Justice Byrne, mengatakan bahwa harga novel tersebut yang murah berarti novel itu "bisa diakses dan dibaca oleh semua orang".
Pernyataan ini sering dikutip karena menyimbolkan sikap kalangan elite Inggris yang tidak menapak tanah.
Pada 2 November 1960, setelah persidangan selama enam hari, juri membutuhkan waktu tiga jam untuk berunding dan mengambil keputusan.
Penguin Books dinyatakan "tidak bersalah" di bawah undang-undang tersebut.
Lady Chatterley's Lover langsung dijual setelah putusan itu karena Penguin telah mempersiapkan distribusinya jika mereka menang.
Mereka harus bekerja sama dengan percetakan baru karena percetakan yang biasa mereka gunakan menolak melakukannya.
Persidangan itu justru mempromosikan novel Lady Chatterley's Lover. Sebanyak 200.000 eksemplar novel terjual habis pada hari pertama penerbitannya. Tiga juta eksemplar terjual dalam waktu tiga bulan.
Beberapa hari setelah novel ini mulai dijual, seorang pemilik toko di Inggris, Donati, menceritakan popularitas Lady Chatterley's Lover kepada BBC News.
"Awalnya kami memesan 1.000 eksemplar. Kami sangat berharap bisa mendapatkannya, tapi jumlahnya dikurangi menjadi setengahnya," kata dia.
"Kami akhirnya menerima 500 eksemplar. Kami buka cukup awal, dari jam lima sampai jam sembilan, dan kami telah menjual 50 atau 60 [eksemplar]. Kami harus menunggu setidaknya tiga minggu untuk mendapatkan stok lagi."
Namun, kebiasaan pembaca tidak berubah dalam semalam. Banyak yang malu untuk menanyakan judul novel itu, kata seorang penjual buku kepada BBC.
"Beberapa dari mereka hanya meminta Lady C, beberapa hanya memberi uang tiga shilling dan enam pence," katanya.
Jurnalis yang meliput juga mengatakan bahwa, "menjual novel ini agak berbeda dengan menjual buku biasa."
Lady Chatterley's Lover bukanlah buku biasa. Ketika diterbitkan secara lengkap, buku ini menjadi simbol kebebasan berekspresi, dan menandakan perubahan kultur di Inggris.
Penyair Philip Larkin menangkap makna itu lewat puisinya, Annus Mirabilis:
"Hubungan seksual dimulai pada tahun sembilan belas enam puluh tiga (yang agak terlambat bagi saya) – Antara akhir pelarangan Chatterley, dan piringan hitam pertama The Beatles."
Artikel versi Bahasa Inggris berjudul 'It's rather different from selling an ordinary book': How Lady Chatterley's Lover was banned – and became a bestseller dapat Anda baca di BBC Culture