Konten Media Partner

Lima Hal yang Mungkin Belum Anda Ketahui tentang Kapel Sistina, Tempat Memilih Paus Baru

6 Mei 2025 9:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Lima Hal yang Mungkin Belum Anda Ketahui tentang Kapel Sistina, Tempat Memilih Paus Baru

Kapel Sistina dapat menampung sekitar 200 orang atau hingga sekitar lima juta orang per tahun.
zoom-in-whitePerbesar
Kapel Sistina dapat menampung sekitar 200 orang atau hingga sekitar lima juta orang per tahun.
Di kapel berusia lebih dari lima setengah abad yang terletak di negara terkecil di dunia, sebuah pemilihan yang menarik perhatian khalayak sedunia akan berlangsung mulai 7 Mei mendatang. Semua mata menuju tempat ini, entah karena alasan keagamaan, politik, sosial, atau intelektual.
Tempat ini sangat relevan bagi sekitar 1,4 miliar umat Katolik. Alasannya, pemilihan yang berlangsung akan menentukan pengganti Santo Petrus, paus pertama yang ditahbiskan oleh Yesus Kristus.
Menurut tradisi, suksesi Paus yang tidak terputus dapat memastikan pesan dan ajaran Kristus kepada para rasul tetap dan tidak berubah.
Para kardinal pemegang hak pilih dalam pergantian pimpinan Gereja Katolik Roma pertama kali berkumpul di Kapel Sistina pada 1492.
Akan tetapi, tempat ini bukan satu-satunya tempat penyelenggaraan konklaf, istilah untuk pemilihan Paus. Kapel ini menjadi lokasi konklaf pada 1878 sebelum akhirnya menjadi tempat permanen.
Selama pemilihan Paus, mata dunia bakal tertuju pada cerobong tipis pada atap kapel ini, bukan pada karya seninya yang megah di dalamnya.
Jelang konklaf, extra omnes bakal diproklamasikan. Artinya, semua orang yang bukan bagian dari konklaf harus keluar dari Kapel Sistina. Para kardinal pemegang hak suara lalu akan mengurung diri.
Mereka bakal dikurung di dalam bangunan tersebut. Kedengarannya sesak, tapi dinding dan langit-langit bangunan itu luar biasa!
Kapel Sistina adalah sebuah karya seni yang telah membuat jutaan orang terkagum selama berabad-abad.
Beberapa orang tidak dapat berkata-kata. Akademisi asal Jerman, Johann Wolfgang von Goethe, misalnya, berkata: "Sampai Anda melihat Kapel Sistina, Anda tidak akan memiliki gambaran yang tepat tentang apa yang mampu dicapai manusia."
Berikut sejumlah fakta yang mungkin belum Anda ketahui.

Puisi ratapan Michelangelo

Tidak masuk akal jika Michelangelo menciptakan karya yang begitu agung di kubah Kapel Sistina tanpa ketulusan.
Namun, begitulah adanya. Dia selalu menganggap dirinya lebih sebagai pematung daripada pelukis.
Bagi Michelangelo, yang terkenal sebagai pematung David di Florence, lukisan dinding Kapel Sistina merupakan bukti keterampilan dan daya tahannya.
Ketika Paus Julius II memintanya untuk bertanggung jawab terhadap dekorasi kapel, dia sedang mengerjakan makam seorang Paus yang terbuat dari marmer. Dia belum pernah menyelesaikan lukisan dinding sebelumnya.
Meskipun tugas itu datang dari otoritas yang begitu tinggi, dia mencoba menolaknya dua kali. Namun Michelangelo akhirnya menyerah.
Salah satu bukti paling meyakinkan tentang keengganannya adalah sajak yang dia kirimkan kepada temannya, Giovanni di Pistoia, pada 1509.
Sajak itu dia tulis setahun usai mulai mengerjakan langit-langit Kapel Sistina, pekerjaan yang akan dia lakukan hingga tiga tahun setelahnya.
Michelangelo memiliki banyak keluhan dan penyakit akibat pekerjaan itu.
Kelenjar tiroidnya bengkak, kata Michelangelo. Tulang belakangnya bengkok, dadanya kencang dan terpelintir, pahanya terus-menerus kram, dan pantatnya sakit karena kelelahan.
Seolah itu belum cukup, "Kuasku, yang selalu berada di atasku, meneteskan cat sehingga wajahku menjadi lantai yang bagus untuk kotoran!"
Ratapan itu tidak sia-sia.
Untuk melukis langit-langit setinggi 3.300 meter, ia harus berdiri di struktur penyangga setinggi 18 meter yang berbahaya. Saat melukis, lehernya tertekuk ke belakang dan lengannya terangkat ke atas kepala.
Hampir semua lukisan dinding di Kapel Sistina dikerjakan Michelangelo sendirian kecuali bagian-bagian yang relatif kecil yang dikerjakan oleh asistennya.
Michelangelo juga mencemaskan kondisi mentalnya.
"Karena aku terjebak seperti ini. Pikiranku gila, omong kosong yang licik. Siapa pun menembak serampangan dengan sumpit yang bengkok," demikian sajak yang dia tulis.
Michelangelo juga khawatir bahwa melukis dalam kondisi seperti itu akan memengaruhi hasil karyanya. Oleh karena pada akhir puisinya, dia menulis:
"Lukisan saya sudah mati. Pertahankan dia untuk saya, Giovanni, lindungi kehormatan saya. Saya tidak berada di tempat yang tepat, saya bukan pelukis."

Seorang perempuan muncul dalam lukisan berjudul Penciptaan Adam

Michelangelo memperhitungkan kelengkungan kubah dan menyesuaikan gambar sehingga karya tersebut tampak sebagaimana mestinya.
Lukisan utama di langit-langit Kapel Sistina memperlihatkan "Tuhan menciptakan Adam". Pada gambar itu, jari-jari mereka yang hampir bersentuhan adalah salah satu yang paling mencolok di seluruh kapel.
Menurut pakar sejarah Renaisans, Catherine Fletcher, lukisan itu adalah salah satu dari sedikit lukisan yang sangat populer dan bisa Anda lihat di mana-mana.
"Bersama dengan Mona Lisa, lukisan itu mungkin satu-satunya lukisan dalam seni Barat yang mencapai tingkat ikonik itu," ujarnya.
Karya itu tidak hanya mencengangkan karena kemahiran Michelangelo yang luar biasa, tetapi juga karena orisinalitasnya nan dahsyat.
Pada lukisan itu, sosok Tuhan muncul sebagai pahlawan super, terbawa angin, berotot, dengan pakaian ketat yang memperlihatkan kakinya dan jubah.
Proses penciptaan, yang dilakukan dengan ujung jari, juga merupakan ide Michelangelo.
Namun mengingat betapa menghipnotisnya kedua tangan di lukisan itu, ada sesuatu yang kerap luput dari perhatian.
Faktanya, baru pada tahun 1870-an, setelah foto-foto Langit-langit Sistina banyak beredar, ada sosok yang terlihat signifikan di bawah lengan sosok Tuhan.
Individu tersebut berdiri di antara sosok-sosok yang terbungkus jubah merah oval Sang Pencipta. Sosok itu adalah seorang perempuan yang menatap Adam dengan penuh perhatian.
Tapi siapakah dia?
Figur perempuan misterius yang dilindungi Tuhan.
Penafsiran yang paling diterima secara luas adalah yang pertama kali diajukan oleh kritikus seni Inggris, Walter Pater. Dia menilai, figur yang dipeluk Tuhan adalah Hawa, sebelum sang perempuan diciptakan.
Sebelas figur lainnya, menurut Walter, secara simbolis mewakili jiwa keturunan Adam dan Hawa yang belum lahir: seluruh umat manusia.
"Sang Pencipta datang dengan bentuk-bentuk hal yang akan terjadi, perempian dan keturunannya, dalam lipatan jubahnya," kata Walter.
Penilaian lain diutarakan Matthias Wivel dari Galeri Nasional di London, yang menyebut "Figur perempuan itu tampaknya sangat menyadari apa yang sedang terjadi."
"Tuhan memberi Adam jiwa, memberinya kehendak bebas, dan itulah yang diwujudkan Hawa," ujar Matthias.
Baru-baru ini telah dikemukakan bahwa figur perempuan yang menempati tempat kehormatan di sebelah Tuhan adalah Perawan Maria.
Teori ini muncul dari sosok anak yang dilukis di sebelah figur perempuan, yang kepadanya jari-jari Tuhan dengan lembut beristirahat.
Ada perdebatan apakah ini bisa jadi bayi Yesus, yang menunggu dengan sabar di samping ayahnya.

Selain karya Michelangelo, karya seniman besar lainnya juga menghiasi dinding Kapel Sistina

Ketika Paus Sixtus IV memerintahkan pembangunan kapel yang menyandang namanya pada 1480, Michelangelo baru berusia lima tahun.
Butuh waktu hampir tiga dekade sebelum maestro Renaisans yang terkenal itu memanjat struktur tangga yang tinggi dan mengubah langit-langit kapel dengan kuasnya.
Namun bukan berarti langit-langitnya kosong. Kubah kapel itu sebelumnya dicat biru dengan gambar bintang-bintang berwarna emas.
Gambar itu adalah lukisan Piermatteo d'Amelia, salah satu seniman yang diminta untuk menghiasi tempat suci itu dalam waktu yang sangat singkat, hanya 11 bulan, dari Juli 1481 hingga Mei 1482.
Lukisan Potongan Kehidupan Musa adalah salah satu dari tiga lukisan yang dilukis Sandro Botticelli hanya dalam waktu 11 bulan.
Kelompok pelukis yang mengerjakan fresko alias lukisan tembok itu tersebut terdiri dari para pelukis terhebat dari generasi sebelum Michelangelo. Mereka adalah Sandro Botticelli, Pinturicchio, Cosimo Rosselli, Pietro Perugino dan Domenico Ghirlandaio.
Pietro Perugino adalah guru lukis dan arsitek Raphael, sementara Domenico merupakan guru bagi Michelangelo.
Rencana lukisan yang mereka buat terdiri dari siklus Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Narasi lukisan mereka dimulai di dinding altar, berlanjut ke sepanjang dinding kapel yang panjang dan berakhir di dinding dekat pintu masuk.
Pada langit-langit kapel mereka melukis galeri potret kepausan, dilengkapi di bawah dengan representasi tirai yang dicat.
Sebanyak 12 lukisan tembok karya seniman abad ke-15 tersebut masih menggambarkan dengan indah adegan-adegan dari kehidupan Yesus Kristus dan Musa di dinding kapel.
Sebelum 1533 terdapat 14 lukisan dengan narasi dan adegan berbeda. Namun setelah tahun itu, ketika Paus Clement VII de Medici menugaskan Michelangelo melukis Penghakiman Terakhir di dinding altar, dua episode pertama dari cerita tersebut dihapus.
Nasib serupa juga terjadi pada adegan Perawan Maria yang Diangkat ke Surga di antara Para Rasul.

Alat kelamin dalam lukisan berjudul Hari Penghakiman ditutup

Hari Penghakiman dilukis 25 tahun setelah langit-langit Kapel Sistina selesai dikerjakan oleh Michelangelo. Dia memulai kuasan pertama lukisan itu saat berusia 60 tahun.
Tugas Michelangelo berat: memvisualisasikan akhir zaman dan awal keabadian.
Tidak ada yang lebih baik darinya untuk melaksanakannya. Lukisan dinding itu dengan sangat apik mencerminkan makna tekstual kiamat pada latar belakang biru.
Istilah kiamat yang dalam bahasa Inggris berarti apocalypse berasal dari bahasa Yunani, apokálypsis, yang berarti "menyingkirkan apa yang menutupi", "menyingkirkan tabir", "menyingkap", "mengungkapkan", "mengungkapkan".
Jadi, lebih dari 300 figur di sekeliling Kristus, hampir semuanya laki-laki, telanjang.
Ketika Biagio da Cesena, pemimpin upacara kepausan, mengeluhkan tentang ketidaksenonohan tersebut, Michelangelo meresponsnya dengan menggambar sang pemimpin seremoni sebagai hakim orang-orang terkutuk dan neraka.
Michelangelo melukis Biagio da Cesena yang telanjang, dengan seekor ular yang melilit pinggulnya dan menggigit alat kelaminnya.
Menampilkan lebih dari 300 figur berotot dalam berbagai pose dinamis, Hari Penghakiman sungguh menakjubkan.
Namun, Biagio bukan satu-satunya yang tersinggung, dan kritik tidak berhenti bahkan setelah kematian sang seniman.
Ketika Konsili Trente melarang seni yang "mesum", karya tersebut disebut tidak senonoh.
Pada 1564, Paus Pius V memerintahkan Daniele da Volterra, yang pernah menjadi murid Michelangelo, untuk menutupi ketelanjangan pada figur-figur yang dilukis oleh Michelangelo.
Hal ini membuat Daniele mendapat julukan Il Braghettone atau "si pembuat celana dalam."
Empat abad kemudian, ketika lukisan Hari Penghakiman dibersihkan pada tahun 1980-an dan 1990-an, muncul dilema apakah akan mempertahankan atau menghapus tambahan yang mengaburkan apa yang telah ditinggalkan Michelangelo.
Solusi yang diambil otoritas Vatikan saat itu adalah meninggalkan beberapa jejak penyensoran sebagai bukti mentalitas dominan abad ke-16. Mereka memulihkan sebanyak mungkin tampilan asli lukisan dinding tersebut.
Dengan demikian, Santo Petrus, Santo Bartholomew, dan Santo Katarina dari Alexandria terus mengenakan pakaian yang dibuat oleh Il Braghettone.
Lukisan yang diciptakan Michelangelo sebagai tanggapanya terhadap kritik Biagio da Cesena.

Lukisan dinding Machu Picchu dan Kapel Sistina berasal dari periode yang sama

Renaisans Italia dan Kekaisaran Inca biasanya tidak saling terkait, tapi keduanya merupakan fenomena dari era yang sama.
Benteng Machu Picchu, yang terletak di Andes di Peru, selesai dibangun sekitar tahun 1450, pada puncak kekuasaan kekaisaran, dan mungkin ditempati hingga sekitar tahun 1530.
Lebih dari 10.500 kilometer jauhnya, ketika para kaisar Inca memerintah di puncak gunung yang tak tertandingi, para seniman besar Italia menciptakan lukisan dinding mereka di Kapel Sistina di Vatikan.
Machu Picchu masih dihuni ketika, pada tahun 1512, Michelangelo memberikan sentuhan akhir pada mahakaryanya di langit-langit Kapel Sistina.