Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Mantan Menlu AS yang Setujui Serangan Indonesia ke Timor Leste, Tutup Usia
30 November 2023 13:00 WIB
·
waktu baca 6 menitMantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Henry Kissinger, meninggal dunia pada usia 100 tahun. Selama puluhan tahun kariernya, Kissinger memainkan peran penting, seringkali kontroversial, dalam kebijakan luar negeri AS selama Perang Dingin, termasuk yang melibatkan Indonesia.
Ia menjabat sebagai diplomat tertinggi AS dan penasihat keamanan nasional pada masa pemerintahan Presiden Richard Nixon dan Gerald Ford.
Meskipun ia sudah tidak lagi menjabat pada pertengahan 1970-an, ia terus menjadi konsultan bagi berbagai pemimpin selama beberapa dekade.
Mantan diplomat kelahiran Jerman itu meninggal di rumahnya di Connecticut.
Pernyataan pada Rabu (29/11) malam dari perusahaan konsultan Kissinger Associates yang ia dirikan, tidak menyebutkan penyebab kematiannya.
Mantan Presiden AS, George W Bush, memimpin penghormatan dengan mengatakan bahwa AS telah "kehilangan salah satu suara yang paling dapat diandalkan dan khas dalam urusan luar negeri".
Putri Presiden Richard Nixon, Tricia Nixon Cox dan Julie Nixon Eisenhower, mengatakan bahwa kisah hidup Kissinger "sangat unik - dan sepenuhnya khas Amerika".
“Henry Kissinger akan selalu dikenang atas berbagai prestasinya dalam memajukan perdamaian,” sebut pernyataan itu.
“Tapi karakternya yang tidak akan pernah kami lupakan,” tambahnya.
Masa kecil dan awal karier
Lahir di Jerman pada 1923, Kissinger pertama kali datang ke AS pada 1938 ketika keluarganya melarikan diri dari Nazi. Dia tidak pernah kehilangan aksen Bavarianya.
Ia menjadi warga negara AS pada 1943 dan bertugas selama tiga tahun di Angkatan Darat AS dan kemudian di Korps Kontra Intelijen.
Setelah memperoleh gelar sarjana dan magister serta PhD, ia mengajar hubungan internasional di Universitas Harvard.
Ia memasuki arena politik pada tahun 1960, menjabat sebagai penasihat senior kebijakan luar negeri untuk kampanye kepresidenan Gubernur Nelson Rockefeller pada tahun 1960, 1964 dan 1968.
Ketika Rockefeller kalah dalam nominasi Partai Republik pada 1968, Kissinger bergabung dengan kampanye Richard Nixon.
Pada tahun 1969, setelah kemenangan Nixon, Kissinger diangkat menjadi Asisten Presiden untuk Urusan Keamanan Nasional dan kemudian Penasihat Keamanan Nasional, posisi yang memberinya pengaruh besar terhadap kebijakan luar negeri AS.
Sebagai menteri luar negeri pada masa pemerintahan Nixon – dan kemudian di bawah Presiden Gerald Ford – Kissinger memimpin pemulihan hubungan diplomatik dengan China, membantu merundingkan diakhirinya Perang Yom Kippur tahun 1973 antara Israel dan negara-negara tetangganya, serta berperan penting dalam Perjanjian Damai Paris yang mengakhiri Perang Vietnam.
Keterlibatan dengan Indonesia
Henry Kissinger disebut-sebut mulai menyoroti Indonesia ketika bekerja bersama kakak-beradik, Allen Dulles dan John Foster Dulles pada 1952.
Belakangan Allen menjadi Direktur Central Intelligence (DCI), sementara John Foster menjadi Menlu AS.
Pada 1920-an dan 1930-an, Allen dan John Foster menjadi pengacara terkemuka bagi kerajaan minyak Rockefeller.
Mereka tertarik dengan Hindia Belanda karena memiliki potensi pertambangan dan minyak.
Pada 1950, strategi Dulles di Indonesia berfokus untuk memastikan Papua Barat berpindah tangan, dari kendali Belanda ke Indonesia, kemudian menuju perubahan rezim.
Tak hanya itu, Kissinger serta kakak beradik Dulles berupaya “membuat perpecahan antara Moskow dan Beijing” dengan cara menghabisi pendukung Sukarno dan Partai Komunis Indonesia.
Strategi ini pertama kali dirumuskan dalam laporan panel Rockefeller Brothers pada tahun 1958, sebagaimana dikemukakan sejarawan Greg Poulgrain dalam buku JFK vs Allen Dulles: Battleground Indonesia.
“Allen Dulles, Henry Kissinger, semua tahu dampak pembasmian PKI terhadap Perang Dingin karena terjadi perseteruan saling menyalahkan antara Moskow dan Beijing. Sebelumnya keduanya saling berebut kendali atau pengaruh terhadap PKI, yang merupakan kekuatan komunis terbesar ketiga di dunia,“ papar Poulgrain kepada BBC News Indonesia.
“Mereka [Allen Dulles dan Henry Kissinger] tidak lagi tertarik pada upaya pembunuhan Sukarno, mereka tertarik menghabisi pendukung utama Sukarno dan PKI. Dengan memusnahkan itu, Moskow dan Beijing berseteru.
“Jadi, titik balik Perang Dingin bukanlah kunjungan Presiden Nixon atau negosiasi Kissinger, melainkan Indonesia pada 30 September 1965,“ tutur Poulgrain.
Kritik dan kontroversi
Sebagaimana tercantum dalam dokumen rahasia yang diterbitkan oleh National Security Archive di George Washington University, di bawah arahan Kissinger, AS memberi lampu hijau pada serangan Indonesia ke Timor Timur (sekarang Timor-Leste) pada 1975 yang mengawali pendudukan selama 24 tahun oleh Presiden Soeharto.
Pendudukan Indonesia di Timor Leste dimungkinkan oleh persenjataan dan pelatihan AS.
Kissinger juga mendorong perpanjangan Perang Vietnam dan memperluas konflik tersebut ke Kamboja; memfasilitasi genosida di Kamboja, Timor Leste, dan Bangladesh; percepatan perang saudara di Afrika bagian selatan; serta mendukung kudeta dan pasukan pembunuh di seluruh Amerika Latin.
Ada darah dari setidaknya tiga juta orang di tangannya, menurut Greg Grandin selaku penulis biografi Kissinger.
“Hanya ada sedikit orang yang terlibat dalam kematian dan kehancuran serta penderitaan manusia di banyak tempat di dunia seperti Henry Kissinger,” kata jaksa penuntut kejahatan perang, Reed Brody.
Selama bertahun-tahun, Kissinger juga mendapat kritik pedas dari orang-orang yang menuduhnya mendorong pelanggaran hak asasi manusia dan mendukung rezim yang represif di seluruh dunia, termasuk rezim Augusto Pinochet di Cile.
Namun Kissinger menepis kritik ini.
“Itu mencerminkan ketidaktahuan mereka,” kata negarawan bersuara serak itu kepada CBS dalam sebuah wawancara, sesaat sebelum ulang tahunnya yang ke-100.
Pada tahun 1973, ia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian bersama Le Duc Tho dari Vietnam Utara, yang menolak menerimanya.
Penghargaan kontroversial tersebut menyebabkan dua anggota komite Nobel mengundurkan diri.
Ketika Kissinger meninggalkan pemerintahan pada tahun 1977, dia terus menjadi komentator yang produktif dalam hubungan internasional.
Nasihatnya diminta oleh 12 presiden AS – dari John F Kennedy hingga Joe Biden – serta oleh anggota parlemen.
Kissinger juga satu-satunya orang Amerika yang pernah berhubungan langsung dengan setiap pemimpin China mulai dari Mao Zedong hingga Xi Jinping.
Ia juga menjabat sebagai dewan direksi di berbagai perusahaan dan menjadi anggota forum kebijakan luar negeri dan keamanan, serta menulis 21 buku.
Masa lansia yang aktif
Bahkan setelah memasuki usia 100 tahun, Kissinger tetap menjalani kehidupan yang aktif, termasuk kunjungan mendadak ke Beijing untuk bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping, pada bulan Juli ini.
Di sana, Kissinger mendapat sambutan hangat meskipun hubungan antara China dan AS sedang dingin.
Kunjungan tersebut membuat Gedung Putih kesal. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, mengeluh bahwa “sangat disayangkan bahwa seorang warga awam” memiliki akses ke pejabat tingkat tinggi China sementara pemerintah AS tidak.
Selama wawancara dengan ABC dalam tur buku pada Juli 2022 – ketika dia berusia 99 tahun – Kissinger ditanya apakah dia akan menarik kembali keputusan apa pun dalam hidupnya.
“Saya sudah memikirkan masalah ini sepanjang hidup saya. Ini adalah hobi dan juga pekerjaan saya,” katanya.
"Jadi rekomendasi yang saya buat adalah yang terbaik yang saya mampu."
Dia meninggalkan istrinya selama hampir 50 tahun, serta dua anak - Elizabeth dan David - dari pernikahan sebelumnya dan lima cucu.