Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Melihat Kembali 30 Tahun Oasis tanpa Rasa Amarah—bagaimana Band Inggris Ini Menjadi Legenda Dekade 90-an?
14 September 2024 17:00 WIB
Melihat Kembali 30 Tahun Oasis tanpa Rasa Amarah—bagaimana Band Inggris Ini Menjadi Legenda Dekade 90-an?

Tiga puluh tahun setelah Oasis merilis album debut yang menggaet hati para penggemar, band Inggris ini mengumumkan sebuah reuni. 'Kabar gembira' ini tidak hanya disambut penggemar lawas mereka, tapi juga generasi baru muda.
Sebagaimana band besar pada umumnya, Oasis punya sejarah yang senantiasa diceritakan ulang oleh para penggemar rock n’ roll.
Mulai dari aksi mereka ‘menyelinap’ ke konser musik di Glasgow, Skotlandia, tahun 1993 (yang membuat band ini ‘ditemukan’ eksekutif rekaman Alan McGee) sampai satu momen 16 tahun kemudian ketika Liam Gallagher melempari saudaranya, Noel, dengan buah di belakang panggung di Paris, Prancis.
Insiden itu secara efektif ‘mengakhiri’ Oasis kala itu.
Peringatan: Artikel ini mengandung bahasa yang barangkali mengganggu beberapa pembaca.
Kisah ini menjelma menjadi mitos selama bertahun-tahun. Desas-desus reuni memang pernah muncul, tetapi kakak beradik Gallaghers tidak pernah berhasil melakukan rekonsiliasi—sekalipun penggemar sudah memohon-mohon.
Lima belas tahun sejak mereka berpisah, Oasis akhirnya mengonfirmasi reuni mereka dengan mengumumkan daftar konser pada musim panas 2025.
“Gencatan senjata tercapai. Bintang-bintang di langit merestui. Penantian panjang telah berakhir,” tulis band itu dalam keterangan resmi.
Oasis telah menjadwalkan tur secara besar-besaran di Inggris dan Irlandia. Pelantun lagu-lagu hit seperti Wonderwall dan Don’t Look Back in Anger ini dikabarkan juga sedang merencanakan tur mancanegara.
Bukan cuma Gen X yang bersiap-siap berburu tiket, melainkan juga penggemar Oasis yang kebanyakan belum lahir ketika band ini pertama kali muncul.
Oasis mendefinisikan sebuah era. Band ini berhasil membuktikan keabadian mereka di belantika musik—terlihat dari para fans dari berbagai kategori usia yang bersemangat atas reuni ini.
Kabar reuni ini muncul pada pekan yang sama ketika Oasis merayakan ulang tahun ke-30 album debut mereka, Definitely Maybe.
Album perdana Oasis ini dirilis pada akhir musim panas 1994 tepatnya empat bulan setelah tembang pertama mereka, Supersonic, diluncurkan.
Definitely Maybe menjadi album debut terlaris sepanjang masa di Inggris. Liam dan Noel pun menjelma menjadi bintang rock 'n' roll sesuai impian mereka. Oasis adalah band Inggris terbesar dari generasi mereka—secara total, mereka menjual 75 juta album ke seluruh dunia.
Menilik kembali sejarah, kesuksesan band yang dibentuk di Burnage, Lancashire, ini memang tak terelakkan.
Sejak awal, mereka menonjol karena kepercayaan diri yang luar biasa. Sedari awal, kakak beradik Gallaghers dan personel band lainnya bersumbar bahwa mereka akan lebih sukses dari The Beatles.
Tetap saja, band yang berisikan anak laki-laki kelas pekerja dari Manchester ini sadar bahwa tidak ada yang pasti—apalagi untuk bisa menembus kesuksesan global.
Noel Gallagher bahkan mengakuinya dalam sebuah wawancara untuk menandai peringatan Definitely Maybe baru-baru ini.
“Vokalis [Liam] berusia 19 tahun dan gaduh, sementara saya menulis lagu dengan menjiplak karya orang-orang yang sudah mati, adapun tiga lainnya terlihat seperti tukang pipa ... ini adalah hal yang tidak bisa dibuat-dibuat,” tuturnya.
Di sisi lain, latar belakang dan keinginan yang membara inilah yang menjadi kekuatan super Oasis. Jutaan insan yang putus asa dan ingin lari dari kehidupan sehari-hari pun menemukan diri mereka dalam Oasis.
Dalam lagu-lagu yang ditulisnya untuk Definitely Maybe, Noel menangkap keemasan masa muda yang penuh kemungkinan, di mana yang terpenting adalah teman-teman Anda, band favorit Anda, dan menghitung hari hingga akhir pekan tiba.
Definitely Maybe muncul pada waktu yang tepat: Inggris sedang berusaha bangkit dari resesi ekonomi dan, dengan terpilihnya Tony Blair sebagai pemimpin Partai Buruh, muncul wacana pergantian pemerintahan.
Ada nuansa perubahan dan optimisme saat album itu dijual di toko kaset.
“In my mind my dreams are real [Dalam benak saya, mimpi saya nyata]," nyanyi Liam di lagu Rock 'N' Roll Star yang membuka album debut Oasis sekaligus menyatakan visi band.
“Tonight, I'm a rock 'n' roll star [Malam ini, saya seorang bintang rock 'n' roll]”
Penggalan lirik ini bukan hanya kesombongan Gallagher, melainkan ajakan kepada siapa pun yang mendengarkan untuk mengalami momen magis—sekalipun hanya selama 52 menit.
“You can have it all, but how much do you want it? [Anda bisa mendapatkan semuanya, tetapi seberapa besar keinginan Anda?]” tanya Oasis di lagu Supersonic.
Kesuksesan yang melesat
Musik Inggris tengah mengalami kebangkitan ketika Oasis muncul.
Band-band seperti Blur, Pulp, dan Suede juga tengah naik daun. Mereka seolah menawarkan obat penawar terhadap musik grunge AS yang mendominasi pada awal 1990-an.
Namun, Oasis tidak pernah puas untuk menjadi sekadar satu dari banyak band serupa. Tanpa malu-malu, mereka berambisi menjadi band terbesar di dunia.
Paul Lester, sekarang editor Record Collector, bekerja untuk surat kabar musik mingguan Melody Maker pada saat perilisan Definitely Maybe.
Dalam ulasannya untuk album perdana Oasis, Lester menggambarkannya sebagai “sebuah album yang dipenuhi lagu-lagu yang membuat hidup terasa bermakna. Digubah sekelompok orang asal daerah utara yang ceroboh—mudah untuk memimpikan diri Anda bergabung dengan mereka.”
Namun, Lester menambahkan bahwa, meskipun grup musik ini jelas-jelas begitu digandrungi pada saat itu, sulit untuk memprediksi seberapa kesuksesan mereka pada masa depan.
“Oasis datang dari tempat lain, yaitu tempat yang populis,” katanya kepada BBC.
“Mereka lebih merupakan grup musik yang ‘merakyat’ dibandingkan band ‘milik kritikus’. Memang benar, para kritikus benar-benar antusias dan mengagumi mereka. Namun, kami tidak sepenuhnya memahami seberapa dalam lagu-lagu ini akan tertanam dalam jiwa nasional."
Oasis terus merilis lagu-lagu hit yang lebih besar: Wonderwall, Don't Look Back in Anger, dan Champagne Supernova berasal dari album kedua mereka, (What's The Story) Morning Glory?.
Akan tetapi, 11 lagu di Definitely Maybe tetaplah yang menangkap semangat Oasis sesungguh-sungguhnya.
Baca juga:
Lagu Bring It on Down tidak akan pernah dibawakan dalam resepsi pernikahan. Namun, tetapi tidak ada yang merangkum kebahagiaan Oasis di awal karier mereka seperti Liam yang menggeramkan lirik: “You're the outcast, you're the underclass. But you don't care, because you're living fast. [Kamu orang buangan, bagian dari kelas ekonomi bawah. Tetapi kamu tidak peduli, karena kamu hidup dengan cepat’.”
Noel Gallagher pernah menyebut Definitely Maybe sebagai “album punk hebat terakhir dari banyak segi ... tidak ada efek, nyaris tanpa peralatan—yang ada hanyalah sikap cuek, 12 kaleng Red Stripe, dan ambisi.”
Noel menambahkan bahwa apabila Never Mind The Bollocks (album milik grup Sex Pistols) mengusung kecemasan menjadi seorang remaja, maka Definitely Maybe justru merayakannya.
Di luar melodi ala The Beatles, riff yang diambil dari T-Rex, dan sikap acuh Sex Pistols, musikalitas Noel juga terinspirasi dari sumber-sumber tak terduga.
“Bagusnya Oasis adalah semua lagu inklusif,” katanya.
“Oasis sama sekali tidak elitis. Bagi saya, itu kebanyakan berasal dari musik acid house, perasaan komunal di mana semua orang saling hadir untuk satu sama lain. Bersama-sama dalam lagu-lagu anthem.”
Anda dapat merasakannya di Live Forever, lagu ketiga Oasis dan barangkali lagu terbesar mereka.
Perhatikan lirik lagu berikut: “Maybe I will never be, all the things that I wanna be… I think you're the same as me, We see things they'll never see [Mungkin saya tidak akan pernah menjadi semua hal yang saya inginkan... Saya rasa Anda sama dengan saya, Kita melihat hal-hal yang tidak akan pernah mereka lihat].”
Penggalan kata-kata ini begitu merangkum rasa ‘kita-melawan-dunia’ sehingga cobaan seperti apa pun terasa lebih ringan karena kita menghadapinya bersama-sama.
Noel menulis lagu tersebut sebagai tanggapan terhadap lagu Nirvana I Hate Myself and I Want to Die—yang dari judulnya pun terlihat begitu depresif.
“Kami tidak punya apa-apa. Namun, saya masih yakin bahwa bangun tidur pada hari merupakan hal terbaik yang pernah ada, karena Anda tidak tahu di mana Anda akan berakhir,” ucapnya.
Baca juga:
Tidak semua lagu Oasis bertemakan mabuk dan provokasi.
Dalam lagu-lagu seperti Slide Away, Oasis juga menunjukkan sisi mereka yang sentimentil. Ada romantisme yang tak terbantahkan dalam lirik Noel—tetapi dikombinasikan dengan suara Liam yang mentah dan menyengat.
Kedua hal ini sering dideskripsikan sebagai kombinasi sempurna dari dua John yang paling terkenal—Lennon dan Lydon. Lagu-lagu mereka pun menjadi lebih besar ketika kakak beradik ini bersatu padu.
“Ini semua tentang penyampaian dan nada suaranya ... sikapnya dalam bernyanyi pun menjadi kunci,” ujar Noel merenungkan karisma adiknya, Liam.
“Dia menginspirasi anak-anak muda di hadapan panggungnya untuk melakukan sesuatu. Jika Liam bisa melakukannya, maka saya bisa melakukannya. Dan dia masih melakukannya sampai sekarang.”
Baca juga:
Dinamika antara kedua saudara itulah yang mendorong kesuksesan Oasis. Bak pisau bermata dua, dinamika ini jugalah yang ‘mengakhiri’ Oasis.
Ketika Oasis berpisah jalan pada tahun 2009, Noel mengaku “tidak bisa bekerja dengan Liam” bahkan untuk satu hari pun.
Sejak itu, keduanya saling melempar sindiran di media dan di media sosial.
Liam menyebut Noel “bodoh” dan “pengkhianat kelas pekerja”. Noel menggambarkan Liam sebagai “orang yang memakai garpu di dunia sup”, sebuah peribahasa untuk individu yang tidak cocok dengan dunia normal.
Sikap Noel baru-baru ini yang ‘mencair’ terhadap adiknya bisa jadi membuka kemungkinan rekonsiliasi. Meskipun begitu, tidak ada yang benar-benar yakin sampai reuni resmi diumumkan.
Kedua Gallaghers sama-sama memiliki karier solo yang sukses. Masing-masing dari kakak beradik ini membawakan lagu-lagu Oasis di konser mereka (Liam baru saja menyelesaikan tur perayaan Definitely Maybe).
Di satu sisi, mungkin ada yang bertanya apakah reuni Oasis benar-benar dibutuhkan? Apalagi mereka sudah jauh melewati masa kejayaannya ketika memutuskan berpisah.
Penggemar dari generasi baru
Jawabannya sederhana: nostalgia memiliki kekuatan tersendiri.
Tentunya prospek melihat dua Gallagher bersaudara berada di satu panggung lagi—terutama setelah bertahun-tahun lamanya—merupakan sesuatu yang menarik perhatian penggemar.
Seperti yang dikatakan Liam, “Ketika kami berdua datang bersama-sama, Anda akan melihat legenda.”
Diperkirakan setidaknya 2,6 juta orang mengajukan tiket untuk pertunjukan Knebworth Oasis yang legendaris pada tahun 1996 (hanya 250.000 yang berhasil).
Besar kemungkinan reuni Oasis akan menarik lebih banyak lagi perebut tiket. Bagi banyak orang, ini adalah kesempatan pertama mereka untuk menyaksikan band ini secara langsung.
Oasis memang vakum selama 15 tahun, tetapi musik mereka abadi. Dalam jangka waktu, muncul generasi baru penggemar Oasis.
Banyak dari mereka yang tumbuh besar mendengarkan orang tua mereka memutar rekaman Oasis—lagu-lagu kakak beradik Gallaghers pun meresap ke dalam alam bawah sadar mereka.
Ada pula yang ‘menemukan’ Oasis melalui algoritma streaming atau mendengar band-band kontemporer seperti grup musik Blossoms yang mengaku terinspirasi dari Oasis.
Selain itu, ada tren #OasisCore di TikTok, di mana orang-orang menampilkan busana terinspirasi Oasis dan memainkan lagu-lagu band tersebut di kamar tidur mereka.
Noel dan (terutama) Liam sudah melihat sendiri bagaimana konser solo mereka dipadati penggemar dari generasi muda.
Selain itu, ada tren yang lebih luas di mana Gen Z ‘jatuh hati’ terhadap semua hal yang berbaru 90-an.
Mark Knox, pengelola Brit Cult, sebuah akun Instagram yang didedikasikan untuk budaya pop Inggris dari tahun 1990-an dan awal 2000-an, mengatakan kebanyakan pengikutnya adalah anak berusia 18-24 tahun.
Knox berpendapat bahwa—bagi generasi yang masa dewasanya dibatasi pandemi Covid—dekade 90-an adalah zaman yang menarik.
“Mereka tidak pernah merasakan pesta hedonis sehingga amat mengidamkannya. Bagi anak-anak ini, tahun 1990-an terlihat radikal dan bebas. Sama halnya seperti bagaimana anak-anak 1990-an memandang tahun 1960-an,” ujar Knox kepada BBC.
Sebuah studi pada awal tahun menunjukkan 29% dari Gen Z lebih mendengarkan musik 90-an dibandingkan musik abad ini.
Neil Ewen, pengajar ilmu media, komunikasi, dan budaya dari Universitas Exeter, tengah melakukan penelitian ihwal nostalgia tahun 1990-an.
Ewen merasa dekade 1990-an begitu dielu-elukan dan cenderung dipandang dengan bias positif (hanya dari sisi baiknya dan melupakan aspek-aspek negatifnya).
“Kita hidup dalam masa krisis abadi pada abad ke-21,” katanya.
“Krisis keuangan, krisis politik, kerusakan iklim, perang di seluruh dunia ... orang-orang khawatir tentang Kecerdasan Buatan.
"Salah satu alasan tahun 1990-an dianggap menarik adalah karena kita mengingatnya sebagai periode yang relatif tenang. Dekade ini cenderung dianggap sebagai dekade pertumbuhan, harapan, pergerakan menuju akhir abad,” tuturnya.
Masa 1990-an ditandai dengan berakhirnya Perang Dingin. Periode ini juga terjadi sebelum Peristiwa 9/11.
Ewen mengakui ada benarnya mengapa masa 1990-an dianggap ideal terlepas dari banyak masalah lainnya pada dekade tersebut.
Dia menambahkan faktor yang signifikan di sini adalah tahun 1990-an sebagai dekade terakhir tanpa media sosial (Noel Gallagher pernah menggambarkan Knebworth sebagai “konser besar terakhir sebelum kelahiran internet”).
“Anak muda, yang terus-menerus diberitahu bahwa mereka kecanduan ponsel mereka, bahwa tidak ada yang nyata atau otentik, mereka merindukan jenis koneksi yang diromantisasi ketika kita berbicara tentang tahun 1990-an,” kata Ewen.
Baca juga:
Saat ini adalah era yang didominasi artis solo. Rasanya tidaklah mungkin sebuah grup musik dapat kembali menaklukkan tangga lagu dan menjadi perhatian utama media—terutama band seperti Oasis.
“Musik pop tidak pernah sebaik ini ... tetapi di mana Oasis berikutnya? Musikus yang gahar, bangga datang dari kelas pekerja, membuat musik rock yang menjadi anthem. Tidak ada,” kata Knox.
“Saya suka Fontaines DC, Idles, dan Blossoms ... tetapi ibu saya tidak dapat menyebutkan satu pun lagu mereka. Oasis terlihat seperti kita, berpakaian seperti kita, berbicara seperti kita, dan menulis lagu untuk kita. Saya rasa tidak pernah ada lagi yang berhasil melakukannya setelah Oasis.”
Bagi banyak orang, Oasis mewakili tipe bintang rock yang tidak Anda temukan lagi.
Tanpa tedeng aling-aling. Wawancara Oasis tidak pernah disaring. Konser mereka sering lepas kendal. Pertengkaran mereka—baik dengan satu sama lain atau rekan-rekan sesama musisi—disaksikan publik.
Dalam satu wawancara tahun 1994, terjadi perdebatan sengit antara Liam dan Noel Gallagher tentang perilaku rock 'n' roll yang dapat diterima. Pertengkaran begitu legendaris.
“Oasis seolah menjadi hadiah bagi jurnalisme musik karena mereka sangat gampang dikutip,” tutur Paul Lester.
“Mereka menjadi semacam potongan museum yang eksotis. Sekarang ini, Anda tidak menemukan lagi grup musik 'berisik' di TV nasional pada pukul tujuh malam.”
Britpop sebagai sebuah gerakan sangatlah riuh, tetapi sifat kekanak-kanakannya juga bisa berubah menjadi seksisme dan misogini.
Dibandingkan masa awal mereka, konser Oasis selanjutnya sering terasa bersifat konfrontatif.
Sulit untuk membayangkan bagaimana Gen Z yang lebih berpengetahuan akan dengan mudah menerima sikap-sikap Oasis tersebut.
Namun, pada hari yang sama ketika Oasis mengonfirmasi kembalinya mereka, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, memperingatkan orang-orang bahwa keadaan akan menjadi lebih buruk sebelum membaik.
Bisa jadi itu hanya perasaan optimisme buta dan pelarian yang diinginkan orang—dan Oasis diharapkan dapat memberikannya.
Bagi kita yang membeli Definitely Maybe pada hari album debut itu dirilis dan menghabiskan berjam-jam di telepon mencoba mendapatkan tiket untuk Knebworth, reuni Oasis menawarkan kesempatan untuk mengunjungi kembali masa muda kita, meskipun hanya untuk beberapa jam.
Seperti kata Noel Gallagher, “Orang tidak akan pernah melupakan perasaan yang timbul karena Anda."
Versi bahasa Inggris dari artikel ini, Definitely Maybe at 30: Why Oasis defined the spirit of 90s Britain, bisa Anda simak di laman BBC Culture.