Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Memasuki Dunia Para Pemuja Setan, seperti Apa Para Pengikutnya?
23 Mei 2023 13:25 WIB
·
waktu baca 11 menitSatanCon mungkin adalah acara perkumpulan pemuja setan terbesar di dunia. Dan acaranya digelar di Hotel Marriot, pusat kota Boston.
Ketika memasuki sebuah ruangan yang dipenuhi api lilin menyala, sebuah papan neon menyambut Anda ke dalam The Little Black Chapel (Kapel Hitam Kecil).
Sebuah altar tinggi berdiri di satu sisi, sedangkan sketsa pentagram putih berada di atas lantai tepat di depan altar itu.
Ritual yang sedang digelar merupakan “pembaptisan terbalik“, di mana para partisan secara simbolis menolak janji-janji keagamaan yang pernah dilakukan pada mereka saat masih kanak-kanak.
“Tidak boleh ada nama-nama [terungkap],” kata sang pemuja setan yang memperbolehkan saya menyaksikan upacara mereka, selama identitas mereka tetap menjadi rahasia.
Mereka mengenakan jubah panjang berkerudung dan topeng berwarna hitam. Tangan mereka terikat dengan tali, yang kemudian dibuang untuk melambangkan kebebasan.
Halaman-halaman dirobek dari Kitab Suci sebagai simbol menolak pembaptisan Kristiani mereka.
Jelas terlihat bahwa pengalaman itu sangat berdampak bagi mereka.
“Sebagai anak homoseksual, yang disebut sebagai pelanggaran dan harus dihancurkan, itu mengubah cara berpikir saya. Menemukan 'Kuil Setan' benar-benar membantu saya merangkul logika dan rasa empati,” ujar seorang hadirin.
Kuil Setan diakui sebagai agama resmi oleh pemerintahan Amerika Serikat (AS) dan memiliki pendeta-pendeta dan kongregasi yang tersebar di Amerika, Eropa dan Australia.
Lebih dari 830 orang membeli tiket untuk datang ke acara perkumpulan mereka di akhir April, yang disebut dengan SatanCon.
Para peserta mengatakan mereka sebetulnya tidak percaya setan atau neraka. Namun, mereka menganggap setan sebagai metafor untuk mempertanyakan otoritas, dan mematok kepercayaan mereka pada ilmu sains.
Komunitas yang dibangun dan nilai-nilai yang dipegang bersama membentuknya menjadi sebuah agama, kata mereka.
Mereka memang menggunakan simbol-simbol menyerupai setan untuk ritual, contohnya ketika mereka menggelar acara pernikahan atau memilih nama baru. Hal itu meliputi pemasangan salib neon terbalik di atas altar sambil menyerukan: “Salam setan!”
Bagi banyak orang pemeluk agama Kristen, itu merupakan penistaan agama yang serius.
“Itu tidak salah,” kata Dex Desjardins, juru bicara untuk Kuil Setan. “Kebanyakan dari simbol-simbol kami memang penistaan agama.”
“Ada jemaat kami yang mengenakan salib terbalik. Dan pada upacara pembukaan, kami memang ada perobekan Kitab Suci sebagai simbol [menolak] penindasan.
“Khususnya penindasan terhadap kaum LGBTQ dan perempuan dan juga masyarakat kulit hitam dan campuran, dan kurang lebih semua orang yang dibesarkan dengan trauma keagamaan, yakni sebagian besar dari para pengikut kami.“
Baca juga:
Para pemuja Setan mengatakan mereka menghormati hak semua orang untuk memeluk kepercayaan masing-masing, dan mereka tidak ingin membuat orang lain resah.
Meski begitu, para pendemo yang memeluk agama Kristen dari berbagai cabang berdiri di depan hotel itu, sambil mengangkat spanduk-spanduk yang berisi kata-kata mengutuk.
“Bertobatlah dan percaya Injil,“ desak seorang pengunjuk rasa. Ia membawa spanduk bertulisan “Setan menguasai semua anak PRIDE“ – yang dalam hal ini tidak hanya berarti “kesombongan”, tetapi juga kata “pride“ yang melambangkan komunitas LGBTQ.
Huruf-huruf itu dihias dengan warna pelangi seperti bendera LGBTQ.
“Kami ingin menunjukkan kepada Tuhan bahwa kami tidak bisa menerima penistaan ini, dan bahwa kami orang Katolik tidak rela memberikan ruang publik kepada para pemuja setan,“ kata demonstran bernama Micharl Shivler yang berasal dari kelompok Katolik konservatif.
Para hadirin acara memandang para pengunjuk rasa yang berdiri di luar dari kawasan lobi hotel. “ "Mereka menyebut kami “pelaku masturbasi penghisap obat bius'," lapor seorang pria.
"Oooh, Bapa yang ada di langit marah padaku!" guyon hadirin lain.
Hell-billies, tanduk, dan kepuasaan diri bernuansa setan
Baca juga:
Acara perkumpulan itu mencakup seluruh lantai empat hotel tersebut. Para pemuja setan mengisi ruangan itu dengan busana gaya androgini gotik, jubah flamboyan, tanduk yang dihias sendiri, tato jahat dan kumis unik yang membutuhkan perawatan khusus.
Kebanyakan dari para hadirin usianya cukup untuk menjadi orang tua, sebagian dari mereka sudah beranak. Saya melihat kurang lebih ada satu pengikut yang menggunakan kursi roda.
Mereka menampilkan presentasi, salah satunya bertajuk “Hellbillies: Praktik Kesetanan Yang Terlihat di Daerah Pedalaman Amerika”, serta sebuah seminar tentang kepuasaan diri dan pemujaan setan.
Aktivisme politik merupakan bagian inti dari identitas Kuil Setan. Mereka percaya bahwa agama dan pemerintahan harus terpisah, dan seringkali mereka melayangkan gugatan terhadap pemerintah untuk melindungi pemisahan itu.
Tujuan mereka serius, tetapi mereka gemar membawa unsur sindiran dan lebai dalam upaya perjuangan mereka.
Contohnya, di negara bagian Oklahoma, mereka meminta untuk mendirikan patung setan setinggi 2,4 meter di depan gedung DPRD ketika monumen Sepuluh Perintah Allah didirikan di sana.
Mereka mengutip Amandemen Pertama yang mengharuskan semua agama diperlakukan sama. (Patung Sepuluh Perintah Allah akhirnya diturunkan setelah prosesi persidangan).
Kuil Setan juga mengadvokasikan akses aborsi. Mereka berargumen bahwa semua orang berhak untuk memiliki kendali atas tubuh mereka sendiri.
Awal tahun ini, mereka membuka klinik aborsi daring yang berbasis di New Mexico, yang dapat mengirim pil aborsi lewat kotak pos.
Bahkan, aliran itu telah menciptakan ritual khusus untuk orang yang ingin menggugurkan kandungan, yang dirancang untuk menenangkan sang ibu dan mengutarakan kata-kata afirmasi sebelum melakukan aborsi.
Mereka berargumen bahwa pengikutnya harus bebas dari larangan aborsi keagamaan yang dapat mencegah ritual itu.
Alasan itu telah menuai kritik dari beberapa kalangan, termasuk dari koran lokal the National Catholic Register yang menyebut ritual itu "hanya sekadar parodi ritual dan simbol keagamaan yang aneh".
Yellowhammer Fund, yang membiayai orang berpenghasilan rendah dalam mengakses aborsi, menyatakan bahwa "mendonasikan uang dan kepercayaan Anda pada organisasi masyarakat yang telah melakukan pekerjaan ini selama beberapa dekade" adalah cara yang lebih baik untuk mendukung akses aborsi.
Dalam ruangan yang dipenuhi pemuja setan, para dewan direktur kampanye Kuil Setan memberikan update terbaru dari program-program mereka.
Aliran itu lebih memilih agama dijauhkan dari kurikulum sekolah. Tetapi, mereka ingin melawan upaya kelompok-kelompok agama yang datang untuk menceramahi para murid-murid dengan injil.
Oleh karena itu, atas permintaan para warga setempat, mereka berupaya untuk meluncurkan program sepulang sekolah yang bertajuk After School Satan Club. Program itu berfokus pada melayani komunitas, sains, prakarya dan pemikiran kritis.
Pihak oposisi mengatakan itu menyeramkan bagi anak-anak, tetapi Kuil Setan mengatakan isi program itu sama sekali tidak bernuansa iblis. Mereka bahkan membuat lagu anak-anak berjudul “Teman Saya Setan“ dengan animasi kambing.
Lirik lagu itu berbunyi: “Setan bukan orang yang jahat, dia ingin kamu belajar dan bertanya-tanya. Dia ingin kamu bersenang-senang dan menjadi dirimu – dan juga tidak ada neraka.“
“Setan mencintaimu!“
Puluhan seniman dan pedagang membuka toko untuk menjual prakarya bertema setan. Mereka memiliki segala hal, mulai dari topi bertulisan “Setan mencintaimu!”, hingga boneka rajutan berwujud Baphomet - simbol pemuja setan berkepala kambing dengan sayap.
Kuil Setan juga menjual kaos-kaos buatan mereka sendiri. Aliran itu tidak memungut biaya keanggotaan, sehingga mereka beroperasi menggunakan donasi dan hasil jualan.
Komunitas itu baru meluncurkan buku untuk anak-anak yang bertajuk Goodnight Baphomet (Selamat Malam Baphomet). Buku cerita itu memiliki desain yang imut dan cocok untuk anak-anak.
Kuil Setan memegang beberapa nilai-nilai inti yang mereka sebut Tujuh Prinsip. Ketujuh hal itu mengutamakan empati, kontrol atas tubuh sendiri, dan menghormati kebebasan orang lain, termasuk kebebasan untuk menyinggung perasaan.
Prinsip-prinsip tersebut dikemas dalam bentuk buku cerita anak-anak yang berisi frasa-frasa seperti: “Hargai hak semua orang, terutama ketika mereka tidak setuju. Jika kata-kata mereka membuatmu marah, biarkan saja – jangan sedih!”
Araceli Rojas, yang terbang dari California untuk menghadiri acara itu, mengatakan prinsip-prinsip itu mudah diterapkan.
“Saya merasa, saya dari dulu memang seorang 'satanis', hanya saja saya sadar itu.”
Ia mengatakan ia pertama mengetahui tentang Kuil Setan lewat Tiktok pada 2020. “Pada saat itu saya mulai mencari tahu tentang itu. Saya merasa sedikit takut, seperti kebanyakan orang. Dan saya ingin benar-benar yakin bahwa mereka tidak mengorbankan bayi!
“Kemudian saya mulai mendalami kulturnya dan suasana komunitasnya, dan saya mulai datang menghadiri pertemuan…
dan akhirnya saya menyadari, mereka tidak [jahat]. Itu hanyalah simbol yang mereka gunakan dan mereka sebenarnya orang-orang baik.”
Bercakap-cakap di sekitar deretan toko pernak-pernik, banyak orang mengatakan pengenalan mereka ke dalam Kuil Setan adalah dokumenter keluaran 2019 bertajuk Salam Setan?, yang diarahkan oleh Penny Lane.
Dokumenter itu mendalami prinsip-prinsip Kuil Setan dan aktivisme awal.
Kuil Setan saat itu memiliki sekitar 10.000 anggota pada 2019, kini angka itu sudah mencapai 700.000 anggota.
Orang-orang yang datang ke acara di Boston datang dari beraneka latar belakang, mulai dari Aparat Sipil Negara (ASN), tenaga kesehatan, insinyur, seniman, karyawan sektor keuangan, sektor kesejahteraan psikolog hingga pemain sirkus.
Banyak yang merupakan bagian dari komunitas LGBTQ. Banyak juga yang menikah dengan orang Kristen – atau setidaknya pasangannya bukan seorang pemuja setan.
Para anggotanya cenderung memiliki pandangan politik liberal, tetapi tidak ada syarat haluan politik untuk bergabung dalam Kuil Setan. Sebab, mereka tidak mendukung partai atau kandidat politik mana pun.
Salah satu pencetus Kuil Setan, Lucien Greaves, datang didampingi pasukan keamanan khusus.
Mereka mengenakan baju-baju hitam dan membawa Thermos. “Teh English Breakfast. Saya membelinya dari toko yang menjual barang-barang Inggris,“ kata dia sambil tersenyum saat saya pikir dia sakit.
Greaves (nama samaran) mendirikan gerakan itu satu dekade yang lalu dengan temannya Malcolm Jarry (juga sebuah nama samaran).
Mereka sama-sama memiliki komitmen untuk kebebasan beragama dan tidak setuju dengan upaya umat Kristen yang ingin mempengaruhi pemerintah.
Kantor-kantor berita, terutama di AS, seringkali menggambarkan Kuil Setan sebagai orang-orang iseng yang mencari perhatian dengan berpura-pura menjadi aliran. Greaves sangat tidak setuju dengan persepsi ini.
“Orang-orang enggan untuk menelan kata-kata kami mentah-mentah, tetapi saya rasa semua yang kami ungkap cukup jelas dan kami tidak salah menampilkan diri kami sama sekali.“
Jika Anda tidak ingin dianggap sebagai pericuh, mengapa Anda memilih untuk menamai klinik aborsi Anda “Klinik Aborsi Setan Ibu Samuel Alito".
Samuel Alito merupakan hakim Mahkamah Agung yang mendukung keputusan untuk menghapus hak federal untuk aborsi? Lalu menaruhnya di atas kaos?
“Bagian dari keputusan kami adalah menolak untuk memeluk gagasan bahwa segala sesuatu harus serius dan tanpa sentuhan humor agar dapat menjadi diri kami yang benar-benar otentik,“ kata Greaves.
"Pemikiran saya tentang itu adalah - tidak ada upaya yang lebih serius daripada membuka klinik daring. Saya tidak suka jika kami kehilangan selera humor."
Greaves harus menyesuaikan hidupnya untuk menghadapi risiko pribadi yang dia hadapi sebagai pemuja setan paling terkenal di Amerika.
"Saya pindah rumah beberapa kali dalam empat tahun terakhir dan saya bahkan tidak mengundang orang datang, karena saya tidak ingin pindah lagi."
Beberapa anggota-anggota Kuil Setan merasa mereka tidak bisa mengaku secara terang-terangan bahwa mereka terlibat di dalamnya dengan alasan keamanan.
Sebagian anggota yang identitasnya terekspos telah kehilangan pekerjaan, kehilangan anak-anak mereka dalam sidang perebutan hak asuh, dan menemukan bom palsu di bawah mobil mereka.
Chalice Blythe, juru bicara kampanye hak reproduksi keagamaan Kuil Setan, menjadi target ujaran kebencian daring di tengah-tengah SatanCon, setelah videonya viral yang memperlihatkan dia merobek Kitab Suci pada upacara pembukaan.
Ini bukan pertama kalinya dia mendapat ancaman. Pada 2016, seorang anggota keluarga membocorkan informasi pribadinya di dunia maya dan seorang pria bersenjata muncul di rumahnya.
Pria bersenjata itu "berkata 'inilah yang harus saya lakukan di sini - saya memiliki senjata ini dengan nama jalang itu di atasnya.' Aku tahu mereka masuk penjara.
“Saya sampai harus mengubah nama saya secara hukum, saya harus melakukan itu.
Menurut pendapatnya, ini setimpal.
“Jika musuh saya adalah orang-orang dengan pola pikir keagamaan gila yang ingin mengambil hak-hak saya - mereka adalah musuh yang saya bangga untuk miliki."
Baca juga:
Typhon Nyx, seorang pria berusia 30 tahunan, merupakan salah satu anggota Kuil Setan yang menggunakan nama samaran dalam komunitas itu – semacam “Satanym (nama samaran setan), sebutan mereka. Dia mengaku baru-baru ini berpindah dari ateisme ke setanisme.
"Setanisme mewakili segala hal yang saya yakini," katanya. "Termasuk otonomi tubuh, kasih sayang, rasa hormat, ilmu pengetahuan. Dan setan mewakili mereka yang diusir, mereka yang berpikir berbeda.
"Teman-teman saya tidak pernah diterima di lingkungan Kristen. Daya tarik setan adalah bahwa dia adalah orang yang menerima, inklusif, dan seseorang yang lebih saya pahami.
"Meski sebenarnya, aku tidak percaya dia benar-benar ada."