Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Mengapa Banyak Anak 'Kecanduan' Bermain Gim Online Minecraft?
10 Mei 2025 16:30 WIB
Mengapa Banyak Anak 'Kecanduan' Bermain Gim Online Minecraft?

Minecraft adalah gim komputer terlaris di dunia dan kini film adaptasi dari permainan tersebut sedang tayang di sejumlah negara.
AJ Minotti punya tiga anak, dan mereka semua senang bermain Minecraft.
Anak perempuan kembarnya yang berusia 10 tahun dan putranya yang berusia enam tahun terus-menerus membangun sesuatu dengan persediaan blok virtual yang tak terbatas dalam gim tersebut.
Minotti, yang bekerja di bidang pemasaran di Ohio, terkadang kagum dengan apa yang anak-anaknya buat.
"Ayah, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu," ujar salah satu putrinya baru-baru ini sembari mengulurkan layar Nintendo Switch miliknya.
Avatar sang putri tampak berdiri di depan air terjun.
Setelah menekan tombol dalam gim, air terjun itu tiba-tiba berhenti, kemudian menyingkap sebuah pintu masuk ke sebuah gua.
Di dalamnya terdapat ruang bawah tanah yang lengkap dengan pencahayaan interaktif dan area pajangan untuk barang-barang yang telah dikumpulkannya dalam gim tersebut.
"Pada dasarnya, gua itu seperti rumah besar di bawah tanah," kata Minotti kagum.
"Saya sangat terkesan dengan apa yang dia buat."
Putrinya, imbuh Minotti, membangun 'rumah besar' itu setelah mengikuti beberapa video tutorial di YouTube, tapi sebagian besar hasil desainnya sendiri.
"Rasanya seperti saya kecil dulu, kala bermain di depan komputer," kenangnya.
Mengapa anak-anak senang bermain Minecraft?
Minecraft adalah salah satu gim video terpopuler sepanjang masa. Pertama kali dirilis pada 2009, gim ini telah terjual lebih dari 300 juta kopi pada 2023.
Gim ini, dan gim sejenisnya termasuk Roblox dan Terraria, dinikmati oleh para gamer dari segala usia, mulai dari anak kecil hingga dewasa.
Gim tersebut tampaknya mampu menarik perhatian anak-anak hingga berjam-jam dalam satu waktu dan bukan hal yang mudah di zaman ini yang penuh gangguan.
Kendati begitu, beberapa orang tua khawatir minat anak-anak mereka pada Minecraft bisa menjadi obsesi, atau bahkan kecanduan.
Tapi popularitas Minecraft yang sedemikan rupa sehingga kini melahirkan film Hollywood berjudul A Minecraft Moviyang dibintangi Jack Black dan Jason Mamoa—dirilis pada April 2025.
Para ahli menduga ada faktor psikologis—bahkan evolusi—yang mendalam di balik keberhasilan Minecraft serta gim-gim sejenisnya.
Gim-gim semacam itu, menurut para ahli, memanfaatkan naluri bawaan dalam diri manusia—naluri yang menopang keberhasilan seluruh spesies: keinginan untuk membangun.
Jika dipikir-pikir, anak-anak selalu senang membuat sesuatu, entah istana pasir, benteng, rumah pohon dan masih banyak lagi.
Ada juga balok kayu, playdough, dan potongan Lego.
Minecraft, boleh dibilang, hanyalah versi terbaru dari jenis permainan ini, namun dalam ruang digital. Tetapi, mengapa membangun sesuatu begitu menarik bagi anak-anak?
Peter Gray, seorang psikolog yang mempelajari cara belajar anak-anak di Boston College, Massachusetts, AS.
Ia mengatakan semua mamalia bermain saat mereka masih kecil. Hewan predator, misalnya, bermain menangkap sesuatu. Hewan mangsa berlatih menghindar dan melesat.
"Mereka bermain dengan keterampilan yang paling penting bagi mereka untuk dikembangkan demi kelangsungan hidup dan kemampuan utama mereka untuk kawin," kata Gray.
Manusia, sambungnya, tidak seperti hewan lain karena kelangsungan hidup kita bertumpu pada kemampuan membangun sesuatu—mulai dari gubuk hingga peralatan untuk berburu dan meramu.
"Tidak mengherankan bahwa seleksi alam memberi orang muda dorongan kuat untuk bermain membangun sesuatu," jelas Gray.
Ia mencatat anak-anak juga bermain menggunakan bahasa dan imajinasi, atau membuat permainan yang memiliki aturan serta interaksi sosial di dalamnya—dan semuanya tampaknya sebagai bagian dari persiapan untuk masa dewasa.
Apa yang dipilih anak-anak untuk dibangun selama waktu bermain, dan bagaimana mereka membangunnya, cenderung mencerminkan budaya tempat mereka tinggal, ucap Gray.
"Kita seharusnya tidak terkejut sama sekali bahwa anak-anak benar-benar tertarik bermain di komputer saat ini dan itu juga tidak seharusnya membuat kita tertekan."
"Anak-anak tahu di dalam hati mereka, naluri mereka, bahwa ini adalah keterampilan yang [mereka] perlu kembangkan."
Julian Togelius, seorang ilmuwan komputer di Universitas New York, telah memperhatikan dorongan untuk membangun sesuatu muncul dalam diri putranya yang bahkan belum berusia tiga tahun.
Di tempat penitipan anak, ia langsung mulai membuat terowongan sehingga dia bisa mengendarai kereta api mainan dan truk melalui terowongan tersebut, ujar Togelius.
Ketika putranya bertambah besar, komputer mungkin menjadi sesuatu yang sangat menarik.
Terutama, seperti sandbox—video gim seperti Minecraft yang menawarkan kebebasan kepada pemain untuk mengeksplorasi kreativitas mereka tanpa tujuan tertentu—dan memudahkan interaksi serta melakukan berbagai hal di komputer, tuturnya.
"Di dunia Minecraft, menciptakan [sesuatu] bersifat langsung dan sederhana," jelasnya. "Jauh lebih mudah daripada menulis kode."
Dengan kata lain, permainan seperti ini memuaskan dorongan bawaan manusia untuk membangun, terutama bagi anak-anak.
Namun, permainan konstruktif bukanlah satu-satunya daya tarik.
Sementara mode dalam sandbox dalam permainan ini memungkinkan pemain berkreasi dengan bebas. Selain juga terdapat Mode Bertahan Hidup, ketika pemain ditugaskan untuk melawan musuh.
Minotti juga mencatat bahwa ada sisi sosial dalam permainan tersebut.
Ketika anak-anaknya tidak bisa bertemu dengan teman-teman atau sepupu mereka secara langsung, mereka bisa melakukannya secara daring.
"Ini menjadi tempat nongkrong virtual."
Minecraft mungkin sebaiknya dilihat sebagai arena atau taman bermain virtual, tempat anak-anak dapat menemukan zona mereka sendiri—karena mereka bisa memilih dari berbagai macam aktivitas dan gaya bermain.
Kepribadian seseorang bisa terlihat melalui permainan
Julian Togelius, seorang ilmuwan komputer, juga telah mempelajari bagaimana perilaku pemain Minecraft mengungkap aspek-aspek kepribadian mereka.
Menurutnya, karena kebebasan yang diberikan kepada pemain, lebih mudah untuk mengekspresikan diri mereka dalam permainan daripada, misalnya, dalam permainan arcade klasik Asteroids—di mana pemain menembak batu angkasa yang datang.
Sebagai bagian dari penelitiannya, Togelius dan rekan-rekannya meminta peserta dewasa untuk menjawab kuesioner yang mengungkap detail kepribadian mereka.
Mereka kemudian membandingkan hasil kuesioner tersebut dengan cara setiap peserta memainkan Minecraft.
Perilaku peserta dalam permainan berkorelasi dengan sifat-sifat tertentu.
"Kemandirian sangat bisa dinilai dari apakah mereka menyelesaikan misi utama permainan atau tidak," jelas Togelius.
Ditambah lagi, orang-orang yang menyatakan memiliki nilai-nilai keluarga yang dipegang teguh dalam jawaban kuesioner mereka, tanpa disadari menunjukkan hal itu melalui aktivitas dalam permainannya.
"Mereka membangun rumah-rumah kecil dan benteng-benteng dengan pagar atau semacamnya."
Meskipun Togelius belum mengulangi penelitian tersebut terhadap anak-anak, dia berkata tidak akan terkejut jika kepribadian mereka juga terwujud lewat permainan.
Dia juga menemukan bahwa pemain Minecraft dalam surveinya memiliki karakteristik yang berbeda dari populasi umum, yaitu rasa ingin tahu yang lebih besar dan kurang dipengaruhi oleh sifat-sifat seperti balas dendam.
Adapun gim sandbox menawarkan banyak kemungkinan sehingga menarik bagi banyak pemain, ujar Bailey Brashears, seorang psikolog di Texas Tech University.
Tahun lalu, dia menerbitkan tesis tentang bagaimana Minecraft bisa digunakan sebagai alat penelitian psikologis.
Bailey mengidentifikasi lima aspek permainan yang berbeda.
Di antaranya ada elemen sosial, peluang untuk merasa kompeten dalam permainan berbasis pertempuran atau eksplorasi, teknik, kreativitas, dan akhirnya permainan berbasis bertahan hidup.
"Kebanyakan permainan, Anda hanya akan mendapatkan satu atau dua dari elemen itu," ungkapnya.
"Anda akan mendapatkan permainan yang sebagian besar merupakan permainan sosial dan bertahan hidup seperti Fortnite."
Apa baik dan buruk gim online?
Tentu saja, jumlah waktu yang dihabiskan anak-anak bermain Minecraft menunjukkan kekhawatiran yang lebih luas tentang berapa banyak waktu di depan layar yang mereka habiskan.
Tetapi Minotti menekankan bahwa anak-anaknya memiliki waktu bermain yang bervariasi. Mereka menyukai kegiatan luar ruangan seperti bola basket, serta video gim.
Namun terkadang, dia harus mengingatkan mereka untuk tidak bermain video gim secara berlebihan.
Bahkan dia juga turun tangan untuk menyetujui permintaan pertemanan secara daring.
"Kami tidak membiarkan mereka bermain gim secara bebas di internet," tegasnya.
NSPCC, lembaga amal anak-anak di Inggris, telah menerbitkan saran tentang cara menjaga anak-anak tetap aman saat bermain Minecraft dan gim sejenisnya.
Ada beberapa kasus serius terkait pelecehan dan kekerasan terhadap anak di Minecraft.
Kepala eksekutif Roblox juga baru-baru ini memicu perdebatan sengit setelah mengatakan orang tua harus menjauhkan anak-anak mereka dari platform gim perusahaannya jika mereka khawatir bocah-bocah itu akan terpapar konten berbahaya lewat gimnya.
Secara umum, Minotti bilang merasa nyaman anak-anaknya menghabiskan banyak waktu di Minecraft, karena klaimnya ia mengawasi apa yang mereka lakukan. Selain itu anak-anaknya memainkan Minecraft dengan sangat kreatif.
"Pada dasarnya, Minecraft hanyalah taman bermain digital," ungkap Minotti.
Daya tarik Minecraft yang luas juga berarti gim ini memberikan kesempatan untuk terhubung dengan orang lain melalui cara baru.
Profesor universitas, misalnya, menggunakan Minecraft untuk menjalankan sesi pembelajaran daring selama tahun-tahun awal pandemi Covid-19.
Dan guru sekolah dasar di Irlandia melaporkan keberhasilan dengan melibatkan seluruh siswa di kelas melalui Minecraft Education—versi permainan yang dirancang untuk kegiatan kelas, menurut Éadaoin Slattery, dosen psikologi di Universitas Teknologi Shannon Midwest.
Penelitian Slattery, yang menampilkan wawancara dengan 11 guru di Irlandia, didanai oleh Microsoft, yang memiliki Minecraft.
Slattery menyebutkan satu contoh guru yang memutuskan untuk membuat permainan dalam Minecraft Education dalam membantu siswanya belajar bahasa Gaelik.
"Guru itu berbicara tentang membuat restoran dan berbagai makanan di Minecraft. Hal itu bisa membantu siswa mempelajari berbagai macam kata," jelasnya.
Penelitian terpisah menemukan bahwa penggunaan Minecraft di kelas bisa meningkatkan motivasi siswa untuk mengerjakan tugas sekolah, memecahkan masalah, membaca dan menulis, di antara keterampilan lainnya.
Aktivitas edukasional di Minecraft mungkin memanfaatkan "flow state" atau kondisi mental ketika seseorang sepenuhnya terfokus dan terlibat dalam suatu aktivitas, sehingga mereka merasa asyik, lupa waktu, dan tidak terganggu oleh hal lain.
Fenomena ini dikaitkan dengan banyak aktivitas yang berbeda, tetapi sangat lazim di kalangan penggemar Minecraft sehingga menjadikannya subjek penelitian.
Itulah sebagian alasan mengapa anak-anak bisa begitu asyik bermain sambil mengabaikan segala hal yang terjadi di sekitar mereka.
Meskipun demikian, ada bukti bahwa Minecraft tidak menarik secara universal, dan mungkin memiliki ketidakseimbangan gender.
Satu studi di Australia, yang menyurvei lebih dari 700 orang tua, menemukan bahwa 54% anak laki-laki berusia 3-12 tahun bermain Minecraft dan hanya 32% anak perempuan dalam kelompok usia tersebut yang melakukannya.
Penulis studi tersebut berkata penting bagi gim atau platform daring untuk melibatkan anak perempuan sama seperti laki-laki, karena permainan ini membantu anak-anak mengembangkan keterampilan digital yang akan mereka butuhkan di kemudian hari.
AJ Minotti, misalnya, tak khawatir tentang putrinya yang kesulitan menggunakan komputer.
"Minecraft benar-benar menjadi kesukaan mereka," ucapnya.
"Saya harus bertanya kepada mereka apa yang sedang terjadi."
Dan meskipun anak-anaknya juga senang membuat sesuatu dengan balok Lego fisik, misalnya, Minotti bilang mereka tidak punya ruang untuk menyimpan banyak potongan Lego di rumah.
Pada akhirnya, Minecraft menawarkan solusi yang mudah.
"Cukup sediakan semua potongan Lego yang bisa Anda bayangkan," tuturnya.
Versi bahasa Inggris dari artikel ini, The psychology behind why children are hooked on Minecraft, bisa Anda simak di laman BBC Future.