Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Militer Israel Klaim Penyebab Tewasnya 15 Pekerja Kesehatan di Gaza akibat 'Kesalahan Perorangan'
24 April 2025 9:40 WIB
Militer Israel Klaim Penyebab Tewasnya 15 Pekerja Kesehatan di Gaza akibat 'Kesalahan Perorangan'

Militer Israel mengeklaim "kegagalan profesional" menjadi penyebab tewasnya 15 pekerja kesehatan di Gaza bulan lalu. Namun Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) menganggap laporan itu "tidak valid" karena mengalihkan tanggung jawab kesalahan itu kepada perorangan.
Penyelidikan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) atas insiden tersebut menemukan serangkaian kegagalan, termasuk "kesalahpahaman operasional" dan "pelanggaran perintah".
Wakil komandan unit yang terlibat telah diberhentikan "karena memberikan laporan yang tidak lengkap dan tidak akurat selama pengarahan", kata IDF.
Juru bicara Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan laporan itu "tidak valid" karena "membenarkan dan mengalihkan tanggung jawab kepada kesalahan perorangan pada komando lapangan, padahal kenyataannya sangat berbeda".
Empat belas pekerja kesehatan dan seorang pekerja PBB tewas pada 23 Maret setelah konvoi ambulans PRCS, satu mobil PBB, dan truk pemadam kebakaran dihujani tembakan oleh militer Israel.
Dalam sebuah pernyataan, IDF mengeklaim bahwa pasukannya melepaskan tembakan karena yakin mereka menghadapi ancaman dari pasukan musuh.
IDF mengatakan penyelidikannya menemukan enam korban adalah anggota Hamas, dan menolak tuduhan pihaknya melakukan kejahatan pembunuhan.
Dalam rekaman video, Mayor Jenderal Yoav Har-Even—yang menyelidiki insiden tersebut—mengatakan kepada wartawan bahwa militer Israel menyatakan bahwa enam pekerja kesehatan itu adalah anggota Hamas.
Dikatakan pula bahwa mereka nanti akan disebutkan namanya.
Laporan tersebut mengatakan insiden itu terjadi di tempat yang disebut sebagai "zona pertempuran yang berbahaya dan penuh permusuhan", dan bahwa komandan di lapangan merasakan ancaman langsung dan nyata setelah ada iring-iringan kendaraan mendekat dengan cepat.
Laporan itu menyalahkan "visibilitas malam yang buruk", yang menurut IDF berarti komandan tidak dapat mengidentifikasi iring-iringan kendaraan tersebut sebagai ambulans.
Komandan lainnya "akan menerima teguran" terhadap "tanggung jawab keseluruhannya atas insiden tersebut", tambah laporan itu.
Israel awalnya mengeklaim pasukan melepaskan tembakan karena konvoi itu mendekat "dengan mencurigakan" dalam kegelapan tanpa lampu depan atau lampu kilat.
Dikatakan bahwa pergerakan iring-iringan kendaraan tersebut sebelumnya tidak dikoordinasikan atau disetujui oleh tentara.
Namun kemudian dikatakan bahwa pernyataan itu "keliru" setelah sebuah video yang ditemukan di ponsel seorang pekerja medis yang tewas memperlihatkan bahwa konvoi kendaraan itu dilengkapi lampu dan sinyal darurat yang menyala.
Rekaman video itu itu menunjukkan bahwa kendaraan-kendaraan tersebut berhenti di jalan ketika penembakan dimulai sebelum fajar tiba.
Video itu berlanjut selama lebih dari lima menit, hingga saat para pekerja kesehatan tersebut mengucapkan doa terakhirnya sebelum terdengar suara tentara Israel mendekati kendaraan-kendaraan itu.
Rekaman video itu juga menunjukkan bahwa konvoi kendaraan itu dilengkapi tanda pengenal yang jelas.
Para pekerja kesehatan itu pun mengenakan seragam.
Jenazah 15 pekerja kesehatan yang tewas itu dikubur di pasir.
Mereka tidak ditemukan sampai sepekan setelah insiden itu karena badan-badan internasional, termasuk PBB, tidak dapat mengatur perjalanan yang aman ke daerah itu atau menemukan tempat tersebut.
IDF juga mengonfirmasi bahwa mereka menahan seorang pekerja kesehatan PRCS yang telah mereka tangkap setelah insiden itu.
Baca juga:
Mereka tidak mengonfirmasi namanya, tetapi Komite Palang Merah Internasional sebelumnya telah menyebutkannya sebagai Assad al-Nassasra.
Bulan Sabit Merah dan beberapa organisasi internasional lainnya sebelumnya telah menyerukan penyelidikan independen atas insiden tersebut.
Keputusan IDF untuk memecat seorang komandan dan mendisiplinkan perwira senior lainnya bukanlah hal yang baru.
Sebelumnya, mereka telah memecat dua perwira dan mengambil tindakan terhadap yang lain setelah tujuh pekerja bantuan dari World Central Kitchen tewas pada April tahun lalu.
Israel melancarkan operasi besar pertamanya di Rafah pada Mei 2024, meninggalkan sebagian besar kota itu dalam kondisi hancur-lebur.
Puluhan ribu orang telah kembali ke rumah mereka yang tersisa di kota itu selama gencatan senjata yang berlangsung dua bulan terakhir.
Israel memperbarui serangannya di Gaza pada 18 Maret setelah fase pertama kesepakatan gencatan senjata berakhir dan negosiasi pada fase kedua kesepakatan itu terhenti.
Israel melancarkan kampanyenya untuk menghancurkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan lintas perbatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober 2023, ketika sekitar 1.200 orang tewas dan 251 lainnya disandera.
Setidaknya 51.201 orang tewas di Gaza sejak saat itu, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.