Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Mirip di Film Parasite, Begini Kehidupan di Apartemen Semi-bawah Tanah di Seoul
14 Agustus 2022 19:29 WIB
·
waktu baca 6 menitFilm "Parasite", yang pada 2019 dan 2020 merajai box office secara mengejutkan, mengisahkan tentang keluarga miskin di Korea Selatan yang hidup di sebuah apartemen semi-bawah tanah yang kecil, dan keluarga kaya yang tinggal di rumah mewah di Seoul.
Meskipun kisah di film pemenang Oscar itu adalah fiksi belaka, tapi tidak untuk apartemennya. Mereka menyebutnya banjiha dan ribuan orang, di ibu kota Seoul, tinggal di situ.
Saat ini, pemerintah Seoul telah mengumumkan akan menghapuskan apartemen-apartemen semi-bawah tanah itu, setelah dua perempuan dan seorang remaja tewas dalam banjir yang terjadi awal pekan ini. Tempat tinggal yang sempit itu biasanya disewa oleh orang-orang dengan pendapatan yang rendah.
Julie Yoon dari BBC Korea menemui beberapa orang yang tinggal di banjiha pada 2020, untuk mengetahui seperti apa kehidupan di sana.
Pada dasarnya, tidak ada sinar matahari yang masuk ke banjiha milik Oh kee-cheol.
Hanya ada sedikit cahaya yang masuk. Bahkan tanaman sukulen kecil miliknya, tanaman yang dapat menyimpan air lebih banyak, tidak bisa bertahan.
Orang bisa mengintip ke dalam apartemennya melalui jendela. Kadang-kadang para remaja merokok di luar apartemennya atau meludah ke tanah.
Pada musim panas, dia tersiksa oleh kelembaban udara yang tidak tertahankan dan harus berkutat dengan jamur yang tumbuh dengan cepat.
Kamar mandinya yang kecil tidak memiliki bak air dan letaknya berada setengah meter di atas lantai. Plafon kamar mandinya sangat rendah. Dia harus berdiri dengan membuka kakinya lebar-lebar untuk menghidari kepalanya terbentur plafon.
"Ketika saya baru pertama kali pindah, tulang kering saya memar karena terbentur tangga dan tangan saya tergores karena terkena dinding beton," kata Oh yang berusia 31 tahun. Dia bekerja di industri logistik.
Namun sekarang, dia mengaku sudah terbiasa.
"Sekarang saya sudah tahu di mana saja saya bisa terbentur dan di mana saja ada cahaya."
Parasite, karya sutradara legendaris Bong Joon-ho, mengisahkan tentang kehidupan yang sangat berbeda antara si kaya dan si miskin.
Perbedaan yang begitu ekstrem dari dua keluarga itu - keluarga Park yang kaya dan keluarga Kim yang miskin - terlihat dari rumah mereka. Yang satu, rumah mewah di atas bukit di Seoul, sementara yang satunya lagi rumah yang berada di semi-bawah tanah yang kotor.
Di kehidupan nyata Seoul, banjiha adalah tempat tinggal ribuan orang muda, sambal mereka bekerja keras dan berharap memiliki masa depan yang lebih baik.
Banjiha bukan hanya bagian dari keanehan arsitektur Seoul, melainkan juga sebuah produk sejarah. Tempat mungil ini sebenarnya membawa kita kembali ke masa beberapa dekade yang lalu, ketika konflik antara Korea Selatan dan Korea Utara terjadi.
Pada 1968, komando Korea Utara menyelinap ke dalam Seoul. Mereka membawa misi untuk membunuh Presiden Korea Selatan Park Chung-hee.
Serangan itu digagalkan, tapi ketegangan antara kedua negara semakin kuat. Di tahun yang sama, Korea Utara juga menyerang dan merampas kapal mata-mata milik Angkatan Laut AS, USS Pueblo.
Agen bersenjata Korea Utara menyusup ke Korea Selatan dan paa saat itu ada beberapa insiden terorisme.
Takut terjadi eskalasi, pada 1970 pemerintah Korea Selatan mengubah peraturan pendirian bangunan. Semua bangunan baru apartemen bertingkat rendah, harus memiliki ruang bawah tanah yang bisa dijadikan bunker ketika terjadi kedaruratan nasional.
Pada awalnya, menyewakan banjiha adalah tindakan ilegal. Namun, selama krisis perumahan pada 1980-an, ketika ruang di ibu kota tinggal sedikit, pemerintah terpaksa melegalkan tempat bawah tanah itu untuk ditinggali.
Pada 2018, PBB mencatat, meskipun termasuk ke dalam daftar 11 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, Korea Selatan memiliki permasalahan kurangnya perumahan dengan harga terjangkau. Ini menjadi hambatan yang besar, terutama buat para generasi muda dan orang-orang yang tidak mampu.
Bagi orang-orang yang berusia di bawah 35 tahun, perbandingan antara biaya sewa dengan pendapatan tetap berada di angka 50% selama beberapa dekade terakhir. Itulah sebabnya apartemen semi-bawah tanah telah menjadi jawaban di tengah harga perumahan yang terus meningkat dengan cepat.
Sewa bulanannya sekitar 540.000 won (sekitar Rp6 juta dalam kurs 12 Agustus 2022), dengan rata-rata gaji bulanan orang yang berusia 20-an tahun sekitar 2 juta won (sekitar Rp22,5 juta)
Namun demikian, beberapa penghuni banjiha berjuang untuk menghadapi stigma sosial. Tapi tidak semuanya.
"Saya benar-benar baik-baik saja dengan kondisi apartemen saya," ujar Oh.
"Saya memilih tempat ini supaya bisa menambung dan tabungan saya banyak gara-gara itu. Tapi saya sadar, saya tidak bisa menghentikan orang untuk mengasihani saya.
"Di Korea, orang-orang berpikir punya mobil atau rumah yang bagus itu penting. Menurut saya, banjiha adalah symbol kemiskinan.
"Mungkin itulah sebabnya tempat saya tinggal mendefinisikan siapa diri saya."
Di pertengahan film Parasite, ketika keluarga Kim yang miskin masuk ke dalam kehidupan keluarga Park untuk mendapatkan uang dari mereka, anggota termuda keluarga Park, Da-song, bisa mencium keberadaan keluarga Kim.
Ketika Kim Ki-taek, mencoba menghilangkan baunya itu, anak perempuannya berbicara dengan dingin: "Ini adalah bau ruang bawah tanah. Baunya tidak akan hilang, kecuali kita meninggalkan tempat ini.
Park Young-jun, seorang fotografer berusia 26 tahun, menonton Parasite beberapa saat setelah pindah ke apartemen banjihanya. Awalnya, alasan Park memilih banjiha karena terjangkau dan asal ada tempat.
Setelah menonton filmnya, dia menjadi terus terpikirkan bau ruang bawah tanah. "Saya tidak mau tercium seperti keluarga Kim," kata dia.
Pada musim panas, dia membakar dia membakar dupa yang tak terhitung jumlahnya dan terus menggunakan dehumidifier. Dalam beberapa hal, dia mengatakan film itu memotivasi dia untuk memperbaiki apartemennya dan mendekorasinya.
"Saya tidak ingin orang mengasihani saya hanya karena saya tinggal di bawah tanah," jelasnya. Park dan kekasihnya, Shim Min, membuat vlog tentang perubahan apartemen banjiha mereka.
Park dan kekasihnya, Shim Min, membuat vlog tentang perubahan apartemen banjiha mereka.
Mereka sangat senang dengan tempat itu, tetapi butuh berbulan-bulan untuk sampai pada titik itu.
"Ketika orang tua saya melihat apartemen saya untuk pertama kalinya, mereka cemas. Penyewa sebelumnya adalah perokok berat dan ibu saya tidak bisa melupakan baunya," kata Park.
Shim, seorang YouTuber berusia 24 tahun, awalnya sangat tidak setuju dengan Park saat memutuskan untuk tinggal di apartemen banjiha.
"Saya pernah memiliki persepsi yang sangat negatif tentang banjiha karena tidak terlihat aman. Ini mengingatkan saya pada sisi gelap kota. Saya dibesarkan di kompleks apartemen bertingkat tinggi sepanjang hidup saya, jadi saya mengkhawatirkan kekasih saya."
Video perubahan rumah mereka mendapat repons positif dari para penonton. Beberapa penonton bahkan iri dengan gaya apartemen mereka.
"Kami mencintai rumah kami dan bangga dengan pekerjaan yang telah kami lakukan di sini," kata Min. Tapi, dia menekankan, itu tidak berarti mereka ingin menetap di banjiha selamanya. "Kami akan naik kelas."
Oh juga menabung untuk membeli tempat tinggal sendiri. Dengan tinggal di apartemen semi-bawah tanah, ia berharap bisa mewujudkan mimpinya lebih cepat.
"Satu-satunya penyesalan saya adalah kucing saya, April, tidak dapat menikmati sinar matahari melalui jendela."
Semua foto oleh Julie Yoon