Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Misteri Abadi yang Masih Meliputi Pembunuhan JFK
8 Oktober 2023 15:45 WIB
·
waktu baca 8 menitSeiring terungkapnya informasi baru yang membuat teori “penembak tunggal” dalam pembunuhan Presiden AS John F Kennedy, menjadi dipertanyakan, Clare Thorp mengeksplorasi bagaimana peristiwa itu diperbincangkan dalam budaya populer.
November 2023 akan menjadi peringatan 60 tahun sejak Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy, dibunuh. Peringatan tahunan yang signifikan seperti ini, biasanya memberi ruang untuk mengingat dan merenungkan kembali peristiwa masa lampau. Namun dalam kasus kematian JFK, minat terhadap hal ini tidak pernah surut.
Spekulasi terkait kematian Kennedy langsung muncul sesaat setelah suara tembakan terdengar pada suatu hari di musim gugur yang cerah di Dallas. Sejak saat itu, spekulasi terkait dalang di balik peristiwa itu tak pernah reda.
Ribuan buku, dokumenter, siniar, acara televisi, dan film Hollywood telah didedikasikan untuk peristiwa pada 22 November 1963 itu.
Namun, semakin banyak informasi yang muncul, semakin besar pula keraguan mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
Tidak ada peristiwa lain yang melahirkan teori konspirasi sebanyak kasus kematian JFK, mulai dari teori arus utama soal keterlibatan CIA atau Kuba, hingga teori aneh seperi menutup-nutupi UFO.
Kini, ada kejutan baru terkait kisah tersebut. Pekan lalu, setelah enam dekade bungkam, seorang saksi kunci mengungkap informasi baru yang menambah kecurigaan terhadap laporan “resmi” pembunuhan JFK.
Ini adalah detail kecil yang berbeda dari versi resmi peristiwa tersebut, di mana peluru ditemukan di tandu Gubernur John B Conally Jr yang tertembak saat mengendarai mobil presiden. Ini memperkuat teori bahwa penembak, Lee Harvey Oswald tidak bertindak sendiri.
Ketertarikan terhadap kematian JFK dipicu oleh beragam faktor.
“Ketika Anda memikirkan Kennedy, kebanyakan orang merasa dia adalah presiden yang ikonik,” kata Kepala Emeritus Studi Amerika di Nottingham University sekaligus penulis biografi JFK, Peter Ling.
"Dia adalah presiden televisi pertama, dan sosok laki-laki muda dengan istri yang menarik dan anak-anak yang baik."
Dalam proyeknya yang akan datang, Ling telah membaca sebagian kecil dari hampir dua juta surat yang dikirimkan kepada Jackie Kennedy setelah kematian suaminya.
Korespondensi yang disimpan di Perpustakaan John F Kennedy di Boston itu berasal dari seluruh dunia, dan menunjukkan dampak luar biasa yang ditimbulkan oleh kematiannya pada saat itu.
Peristiwa mengenaskan ini juga terekam dalam rekaman film bisu 8mm berdurasi 26 detik. Video itu direkam menggunakan kamera film amatir oleh seorang penjahit asal Dallas, Abraham Zapruder. Saat itu, Zapruder berdiri di balkon beton untuk menyaksikan kedatangan Presiden Kennedy.
Di samping JFK, nampak Jackie Kennedy mengenakan setelan berwarna pink. Sesaat setelah Kennedy ditembak, Jackie terlihat merangkak di bagian belakang mobil.
Zapruder disebut sebagai jurnalis warga pertama. Rekamannya juga dianggap telah menembus batas-batas sinematik oleh beberapa pihak.
Misteri abadi
Ketertarikan orang-orang terhadap pembunuhan JFK mungkin disebabkan oleh misteri abadi yang menyelimutinya.
Setahun setelah kematian JFK, Komisi Warren, yang diinstruksikan untuk menginvestigasi kasus ini oleh Presiden Lyndon B Johnson, mengumumkan temuannya.
Komisi Warren menyimpulkan bahwa Oswald bertindak sendiri untuk membunuh Kennedy. Dia menembakkan tiga peluru dari jendela lantai enam Texas School Book Depositary.
Peluru kedua dan ketiga mengenai Kennedy, dan peluru ketigalah yang membunuhnya.
Laporan tersebut menepis anggapan bahwa apa yang terjadi adalah bagian dari “konspirasi apa pun, baik di dalam maupun luar negeri, untuk membunuh Presiden Kennedy
Laporan investigasi ini juga menyimpulkan bahwa tindakan Jack Ruby, yang menembak Oswald dua hari pasca-kejadian, sebagai tindakan patriotisme.
Tak lama kemudian, muncul keraguan dan beragam pertanyaan mengenai hasil investigasi tersebut yang terus berkembang selama bertahun-tahun.
“Salah satu masalah dalam pengungkapan pembunuhan Kennedy adalah kita tidak pernah benar-benar mendengar cerita dari sisi Oswald,” kata Ling.
“Ada seseorang yang sepertinya menjadi pelakunya, meskipun dia membantah dan menyatakan tidak bersalah, tapi dia tidak pernah diadili.”
Di tengah opini masyarakat yang terpecah belah, sebagian besar orang Amerika sepakat pada satu hal: ada banyak hal terkait pembunuhan JFK yang tidak mereka ketahui.
Sebuah survei tahun 2017 menunjukkan bahwa 61% orang Amerika percaya ada orang lain yang terlibat dalam pembunuhan tersebut.
Misteri ini, ditambah minat masyarakat yang terus berlanjut untuk mengetahui lebih banyak hal, terbukti bermanfaat bagi para penulis, sutradara, dan seniman.
Diperkirakan sebanyak 40.000 buku telah diterbitkan mengenai Kennedy. Di antaranya termasuk sejumlah buku non-fiksi yang mengangkat berbagai teori alternatif seperti keterlibatan Rusia, Castro, orang-orang buangan di Kuba, CIA, FBI, dan kejahatan terorganisir.
Dalam buku berjudul Oswald Tale yang diterbitkan pada 1995, Norman Mailer mendalami kehidupan si penembak.
Para penulis fiksi turut mendapat inspirasi dari peristiwa ini. Novel karya Stephen King berjudul 22/11/63 menceritakan kisah seorang penjelajah waktu yang mencoba mencegah pembunuhan JFK.
American Tabloid karya James Ellroy mengangkat kisah fiksi tentang kematian JFK dari sudut pandang tiga penegak hukum yang nakal.
Novel Libra karya Don DeLillo yang diterbitkan pada 1988 menempatkan Oswald di pusat konspirasi CIA. DeLillo menghabiskan waktu tiga tahun untuk riset.
“Saya tidak tahu apa-apa selain apa yang terjadi di Dealey Plaza hari itu. Saya sengaja memilih kemungkinan yang paling jelas, bahwa pembunuhan tersebut direkayasa oleh anti-Castro, sebagai cara paling sederhana untuk setia ada apa yang kita ketahui dari sejarahnya. Akankah kita mengetahui kebenarannya? Saya tidak tahu. Tapi jika suatu hari nanti bukti adanya konspirasi itu benar-benar muncul, saya kira itu akan jauh lebih menarik dan fantastis dibandingkan novelnya,” kata DeLillo kepada The New York Times .
Di layar lebar, pembunuhan JFK diceritakan dalam berbagai bentuk, mulai dari disinggung secara singkat di Full Metal Jacket karya Stanley Kubrick, sampai yang menginspirasi seluruh alur ceritanya.
Pada In the Line of Fire yang dirilis pada 1993, Clint Eastwood berperan sebagai agen Dinas Rahasia fiksi Frank Horrigan, yang menjaga Kennedy di Dallas pada hari kejadian.
Diliputi rasa bersalah atas kegagalan menyelamatkan Kennedy, Horrigan terobsesi untuk mencegah terjadinya pembunuhan baru.
Dalam film Jackie yang dirilis pada 2016, Natalie Portman berperan sebagai ibu negara dalam hari-hari setelah kematian suaminya.
Namun sejauh ini, film paling penting terkait pembunuhan tersebut adalah JFK karya Oliver Stone yang kontroversial.
Film drama yang dirilis pada 1991 ini mendapat delapan nominasi Oscar, di antaranya dalam kategori film terbaik. Namun beberapa kritikus menyebut film itu “berbahaya” karena mencampurkan cuplikan documenter dengan drama fiksi.
Dalam narasi di film karya Stone, CIA menginginkan Kennedy mati karena dia berencana meredakan konflik di Vietnam.
Teori itu dibicarakan selama bertahun-tahun, dan tidak mereda akibat keengganan CIA dan FBI untuk angkat bicara.
“Ada semacam dinamika psikologis di mana kita cenderung mengubah ingatan kita demi memahami apa yang terjadi,” kata Ling.
“Jadi pembunuhan Kennedy menjadi dilihat sebagai momen ketika harapan era 60an mulai goyah. Ketika karya Oliver Stone dirilis dan mengatakan [Kennedy] dibunuh oleh CIA agar eksperimen di Vietnam dapat dilanjutkan, itulah yang ingin dipercaya oleh banyak orang Amerika, bahwa semuanya direnggut dari mereka oleh kekuatan jahat.”
Pada 1992, Kongres AS mengesahkan Undang-Undang Pengumpulan Catatan Pembunuhan John F Kennedy, salah satunya karena film Stone. UU itu menyebabkan jutaan dokumen raasia mengenai pembunuhan tersebut dirilis.
Sejumlah informasi tersebut dirilis secara bertahap, dan Presiden Joe Biden telah mengizinkan peluncuran tahap terakhirnya pada tahun ini. Setiap informasi baru kian menambah hiruk pikuknya.
Kesaksian baru yang mengejutkan dari Paul Landis, yang dimuat di dalam bukunya, The Final Witness, yang akan dirilis pada 10 Oktober, pasti akan mengguncang semuanya lebih jauh lagi.
“Ini sangat penting untuk meruntuhkan temuan yang ada,” kata Ling.
Karena peluru ditemukan di tandu Connally, Komisi Warren awalnya menyimpulkan bahwa satu peluru menembus Kennedy dan mengenai Connally, sehingga menyebabkan dia terluka. Peluru ini kemudian dikenal dengan sebutan “peluru ajaib”, meski banyak yang meragukan bahwa satu peluru bisa berdampak seperti itu.
“Kalau yang terjadi tidak seperti itu, ada pertanyaan yang belum terjawab soal di mana peluru yang mengenai Connally,” kata Ling.
“Kalau kita menemukan lebih banyak peluru daripada yang bisa kita cocokkan dengan kecepatan tembakan yang bisa dilakukan oleh Lee Harvey Oswald, maka berarti ada orang lain yang menembak.”
Namun Ling meragukan kredibilitas informasi baru ini. Timbul pertanyaan mengapa Landis menunggu begitu lama untuk mengungkapnya. Dia beralasan bahwa dia menghindari apa pun terkait pembunuhan itu selama bertahun-tahun, dan ini tentu saja membuat bukunya sangat dinantikan.
Dalam artikelnya di Vanity Fair, sejarawan James Robenalt mengatakan bahwa dia percaya pada Landis.
Dia menyebut temuan itu sebagai “informasi paling signifikan soal pembunuhan tersebut sejak tahun 1963.”
Masih terlalu dini untuk menyimpulkan ke mana arah informasi baru ini, tetapi satu hal yang pasti: informasi ini tidak akan menghentikan orang untuk terus berteori tentang apa yang terjadi pada hari itu.
“Ini adalah sebuah cerita detektif yang diketahui semua orang,” kata Ling.
“Tapi tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana akhirnya.”
--
Artikel versi Bahasa Inggris berjudul The assassination of JFK: One of the US's biggest mysteries dapat Anda baca di BBC Culture .