Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Momen Mengejutkan Saat Raja Edward VIII Turun Takhta yang Mengubah Sejarah Kerajaan Inggris
11 Agustus 2024 16:00 WIB
Momen Mengejutkan Saat Raja Edward VIII Turun Takhta yang Mengubah Sejarah Kerajaan Inggris
Pada 11 Desember 1936, Raja Edward VIII mengumumkan hal yang mengejutkan khalayak Inggris. Dia memutuskan turun takhta, menyusul konfllik berkepanjangan antara tugas dan pengabdiannya pada kerajaan, serta hubungannya dengan seorang janda asal Amerika Serikat, Wallis Simpson.
“Akhirnya, setelah sekian lama, saya bisa mengungkapkan perasaan dengan kata-kata saya sendiri.”
Itu adalah kalimat pertama yang dia ucapkan dalam pidato yang disiarkan secara langsung oleh BBC Radio.
Pidato Raja Edward VIII itu, tidak hanya membuat publik terkejut, tapi sekaligus mengubah masa depan monarki Inggris.
Dalam siaran yang berlangsung selama tujuh menit, Raja Edward VIII menjelaskan bahwa dia secara sukarela turun takhta, dan menjadi keluarga kerajaan Inggris pertama yang melakukan hal itu, demi menikahi perempuan yang dia cintai, sosialita asal Amerika Serikat, Wallis Simpson.
Sebelum pidato itu, masyarakat Inggris tidak tahu-menahu soal rencana lengsernya Edward.
Kendati Edward adalah sosok yang kontroversial dan hubungannya dengan Simpson banyak diberitakan di Eropa dan Amerika Serikat, kabar tentang Edward yang akan turun takhta, ditutup rapat-rapat.
Pemerintah Inggris, Amerika Serikat dan BBC sepakat melakukan pemblokiran media.
Di sisi lain, pidato lengsernya Edward dianggap sebagai babak akhir dari krisis konstitusi yang tengah merongrong Inggris pada masa itu.
Edward jatuh cinta pada Wallis Simpson, istri pengusaha Amerika Serikat Ernest Wilson, pada awal tahun 1930an.
Itu bukanlah hubungan pertama Edward dengan perempuan yang sudah menikah, tapi pada Januari 1936, hubungan Edward dan Wallis menjadi kontroversial, karena ayah Edward, George V, meninggal dan dia kemudian menjadi Raja.
Situasi semakin pelik ketika pada bulan Oktober di tahun yang sama, Wallis bercerai dari suaminya dan Edward berniat menikahinya.
Hal ini mendapat banyak tentangan dari berbagai pihak di Inggris. Gereja Inggris, di mana Edward sebagai raja menjadi pemimpinnya, pemerintah, bahkan para penasihat Edward secara tegas mengatakan rencana pernikahan tersebut tidak bisa diterima.
Menteri Dalam Negeri Inggris, Sir John Simon, disebut sangat khawatir situasinya jadi tidak terkendali sehingga dia menyadap telepon pribadi Edward. Kisah ini kemudian baru terungkap dan diberitakan media pada 2013.
Baca juga:
Perdana Menteri Inggris, Stanley Baldwin, memperingatkan Edward bahwa rakyat Inggris tidak akan menerima prospek seorang janda yang telah dua kali bercerai, sebagai Ratu mereka.
Meskipun demikian, niat Edward menikahi Wallis tetap kuat, dia bahkan mengatakan akan turun takhta jika pemerintah terus menentang niatnya.
Dalam tekanan yang terus meningkat untuk mengakhiri hubungannya, Edward mencoba membela Wallis dengan menggangkat kembali contoh kasus pernikahan morganatik, yakni pernikahan antara dua orang dengan status sosial yang berbeda.
Melalui pembelaan itu, Edward mengatakan dia tetap menjadi Raja, namun Wallis tidak akan ditahbiskan sebagai Ratu, melainkan hanya berstatus sebagai pendamping Raja.
Gagasan tersebut ditolak oleh kabinet Inggris.
Siaran mengejutkan
Edward kemudian mengatakan pada perdana menteri bahwa dia akan melakukan siaran langsung untuk memohon izin kepada rakyat Inggris.
Edward pertama kali melakukan siaran langsung kerajaan pada 1922, dan memahami bahwa siaran radio memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik.
Pada tanggal 3 Desember 1936, dia menyusun pidato yang menjelaskan alasannya untuk menikahi Wallis dan percaya bahwa kata-katanya bisa mengubah opini rakyat, sehingga publik mengizinkannya menikahi Wallis dan tetap menjadi Raja.
Perdana Menteri Stanley secara jelas dan tegas mengatakan bahwa siaran tersebut tidaklah diizinkan secara konstitusional dan akan memecah belah bangsa.
Namun, enam hari berselang, Edward benar-benar melakukan ancamannya.
Dia menginformasikan kepada pemerintah Inggris bahwa setelah bertakhta hanya kurang dari satu tahun, dia memutuskan memilih cintanya pada Wallis Simpson, dibanding pengabdiannya pada Kerajaan Inggris.
Meski telah memutuskan untuk lengser, Edward masih ingin menjelaskan alasan di balik keputusannya itu pada seluruh rakyat Inggris.
Jadi, satu hari setelah menandatangani dokumen turun takhta pada 10 Desember, Edward melakukan siaran langsung dari Istana Windsor, dengan didampingi oleh Direktur Jenderal BBC, Sir John Reith.
Pada pukul 22.01, program radio populer Comic Opera, dihentikan untuk siaran langsung.
Sir John Reith membuka siaran dengan menyebut “Yang Mulia, Pangeran Edward”, karena dia telah melepaskan takhtanya sebagai Raja. Sir John Reith kemudian bergeser dan mempersilakan Edward berbicara di depan mikrofon.
Saat Edward duduk, dia tidak sengaja membenturkan kakinya pada meja dan suara itu tertangkap oleh mikrofon. Oleh beberapa surat kabar, suara itu diinterpretasikan sebagai ‘suara pintu yang dibanting oleh direktur jenderal BBC karena tidak setuju dengan keputusan Edward’.
Setelah itu, Edward duduk dan memulai pidato perpisahannya.
“Saya tidak ingin menyimpan rahasia dari Anda sekalian. Sebelumnya, secara konstitusional, tidak dimungkinkan bagi saya untuk berbicara pada publik,” ujarnya.
Edward kemudian melanjutkan pidatonya dengan menyatakan kesetiaannya pada sang adik, George VI, yang menggantikan posisinya sebagai Raja. Dia juga mengatakan kendati sudah tidak lagi bertahta, dia tidak akan melupakan cinta dan kesetiaannya pada Kerajaan Inggris.
Baca juga:
Pidato perpisahan itu hanya sedikit diubah dari pernyataan sebelumnya, yang dia utarakan di hadapan kabinet Inggris. Winston Churchill, yang pada waktu itu merupakan anggota Partai Konservatif dan mendukung Edward, ikut andil dalam menyunting pidato sang Raja yang lengser, termasuk alasan di balik keputusan tersebut.
“Mustahil bagi saya mengemban tanggung jawab yang berat ini, menjalankan tugas sebagai Raja, seperti yang saya inginkan, tanpa bantuan dan dukungan dari perempuan yang saya cintai,” ujar Edward.
Dia menekankan bahwa keputusannya untuk lengser adalah keinginannya dan menyebut “[Wallis] sangat khawatir dan berusaha hingga akhir untuk membujuk saya mengambil jalur lain”.
Setelah Edward menyelesaikan siarannya, Sir John Reith menulis di catatan hariannya bahwa Pangeran Edward tersenyum sedih saat dia mengucapkan selamat tinggal.
“Yang dibuang oleh anak muda itu adalah kesempatan besar yang bisa dimiliki oleh pria mana pun. Saya menyesalkan keputusan itu,” tulis Sir John Reith.
Siaran langsung yang sangat penting pada saat itu, ikut memengaruhi Sir John Reith. Saat pulang ke rumah, dia menulis bahwa dia tidak bisa membahasnya dengan istri atau anak perempuannya, dan hanya bisa “duduk terdiam di kursi, butuh waktu lama bagi saya untuk bisa tidur.”
Kendati ada larangan untuk tidak merekam pidato lengsernya Edward, para insinyur BBC tetap melakukannya. Hal itu membuat tim arsip BBC membantah tentang keberadaan rekaman itu hingga bertahun-tahun kemudian.
Setelah lengser, Edward kembali membuat kontroversi, termasuk saat dia dan Wallis melakukan kunjungan informal ke Jerman, di mana dia kemudian bertemu Adolf Hitler dan pimpinan Nazi lainnya.
Bertahun-tahun kemudian pada 1970, Edward melakukan wawancara khusus dengan wartawan BBC, Kenneth Harris, dan mengatakan tidak ada penyesalan terhadap keputusannya untuk lengser.
Dia berujar, mungkin agak tidak masuk akal mengingat latar belakang dan perannya sebagai Raja, bahwa dia tidak menganggap dirinya bagian dari “kerajaan”.
Dia kemudian mengatakan bahwa dia merasa bahwa keputusannya untuk turun takhta telah membantu kerajaan Inggris menuju babak yang baru, dan bahkan jika dia "tetap menjadi bujangan" [dengan tidak menikahi Wallis], dia akan berada pada jalur yang bertentangan dengan pihak kerajaan.
Versi bahasa Inggris dari artikel ini, A Royal crisis: The shocking moment King Edward VIII announced his abdication to the nation , bisa Anda simak di BBC Culture .
PSSI resmi mengumumkan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru timnas Indonesia, Rabu (8/1). Pelatih asal Belanda ini akan menjalani kontrak selama dua tahun, mulai 2025 hingga 2027, dengan opsi perpanjangan kontrak. Kluivert hadir menggantikan STY.
Updated 8 Januari 2025, 18:59 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini