Konten Media Partner

Muslim Konservatif Protes Siswi di India Diizinkan Berseragam Celana dan Kemeja

22 Desember 2021 19:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para murid menyukai seragam baru mereka yang netral gender tetapi kelompok konservatif kesal
zoom-in-whitePerbesar
Para murid menyukai seragam baru mereka yang netral gender tetapi kelompok konservatif kesal
Di India, satu sekolah negeri mengizinkan murid perempuan mengenakan celana panjang dan kemeja seperti laki-laki. Kebijakan ini mendapat penolakan dari kelompok Muslim konservatif.
Perselisihan itu pecah di negara bagian Kerala, India selatan. Wartawan BBC Geeta Pandey di Delhi dan Ashraf Padanna di Kerala menjelaskan kontroversi mengenai pakaian tersebut.
Pada suatu pagi, ketika Sringi CK menunggu di halte bus untuk ke sekolah dengan seragam barunya, pujian dari seorang perempuan tak dikenal membuatnya merasa istimewa.
"Perempuan ini mengatakan bahwa saya terlihat sangat pintar dan saya merasa sangat bangga," kata siswi berusia 17 tahun yang belajar di kelas 11 di Sekolah Menengah Atas Putri Pemerintah di kota Balussery, kepada BBC.
Tapi begitu Sringi sampai di sekolah, dia harus melewati kerumunan pengunjuk rasa - dijaga oleh puluhan polisi - yang tidak senang jika siswi sekarang bisa memakai celana panjang dan kemeja, sama seperti anak laki-laki.
Sebelum perubahan itu, siswi perempuan diwajibkan mengenakan tunik panjang tradisional, celana longgar dan rompi.
Kepala sekolah, Indu R mengatakan kepada BBC, perubahan itu terjadi saat tahun lalu, anak perempuan yang sekarang duduk di kelas 12, menyarankan agar mereka diizinkan mengenakan seragam yang sama dengan anak laki-laki.
Indu mengatakan, dia melihat manfaat dalam proposal itu karena "sebagian besar murid mengenakan jeans dan atasan di luar seperti gadis remaja di tempat lain di dunia" dan rompi itu tidak cocok untuk cuaca lembab di Kerala.
"Makanya kami diskusikan dengan staf lalu mengadakan rapat Persatuan Orang Tua Guru (PTA). Mayoritas setuju sehingga kami putuskan untuk menganti," kata Indu.
"Hanya satu atau dua orang tua yang menyatakan keprihatinan tentang seragam netral gender dan kami memberi tahu mereka bahwa anak perempuan dapat mengenakan kemeja yang lebih panjang dengan lengan penuh, mereka dapat mengenakan jilbab dan bahkan rompi jika mereka mau.
"Tapi sangat sedikit siswi yang memilih itu," tambahnya.
Indu mengirim foto ke BBC, sekelompok murid dengan seragam baru mereka, mengambil foto sendiri, melakukan pukulan tinju, tertawa dan benar-benar melompat kegirangan.
Kelompok Muslim konservatif menentang seragam baru untuk anak perempuan
Sringi, yang merupakan bagian dari kelompok tersebut, mengatakan bahwa dia menyukai seragam barunya karena "sangat nyaman" dan memungkinkan dia untuk menjadi "sangat fleksibel".
"Sekolah kami adalah sekolah menengah pertama negeri yang menggunakan seragam unisex (tanpa melihat gender). Saya merasa seperti bagian dari sebuah revolusi," tambahnya.
Perubahan seragam mendapat restu dari pemerintah Kerala.
"Cara berpakaian dan seluruh sistem sekolah harus berubah seiring waktu," kata Menteri Pendidikan V Sivankutty kepada BBC.
"Kami berharap lebih banyak sekolah akan bergabung dalam inisiatif untuk menciptakan kesadaran di kalangan murid remaja terhadap diskriminasi gender sejak dini."

"Akan mengarah ke seks bebas"

Tapi seragam baru itu mendapat penolakan dari kelompok Muslim konservatif yang mengatakan anak-anak mereka "dipaksa" untuk memakai pakaian baru.
"Keputusan itu diambil tanpa mengadakan rapat badan umum PTA dan sekarang anak perempuan kami dipaksa memakai celana panjang dan kemeja seperti anak laki-laki. Ini juga merupakan beban keuangan yang besar bagi keluarga miskin," kata Mujahid Balussery, anggota Komite Koordinasi Muslim yang menentang seragam unisex.
Tapi kekhawatiran yang lebih besar bagi Balussery adalah keyakinannya bahwa perubahan seragam adalah agenda dari pemerintah komunis negara, "untuk memaksakan ideologi ateistik kepada anak-anak" yang katanya akan menyesatkan mereka.
"Kami tidak bisa berkompromi dengan keyakinan kami," katanya.
"Anak perempuan dan anak laki-laki harus menjaga identitas khas mereka. Membiarkan anak perempuan berdandan seperti anak laki-laki sama saja dengan mengajak mereka melakukan seks bebas. Ini akan mengarah pada seks bebas dengan mengakhiri perbedaan gender."
Komentar serupa oleh kelompok agama Muslim lainnya dalam seminggu terakhir telah menimbulkan kritik tajam dari banyak orang di Kerala dan seluruh India.
Mereka mengatakan penolakan itu adalah upaya kelompok ortodoks untuk memberlakukan pembatasan pada anak perempuan.
Kerala sering digambarkan sebagai negara bagian India yang paling melek huruf dan progresif, disebut-sebut sebagai satu-satunya negara bagian di negara ini yang telah mencapai 100% melek huruf.
Perempuan berkontribusi sebesar 48,96% dari total pendaftaran murid di sekolah dan mayoritas melanjutkan ke universitas.
Seragam sekolah sebelumnya berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan
Tetapi para kritikus mengatakan kebencian terhadap perempuan yang mengakar membuat Kerala sama patriarkinya dengan bagian India lainnya.
Kepala Sekolah Indu mengatakan keributan mengenai seragam baru ini sangat mengejutkan karena siswi perempuan di banyak sekolah swasta di Kerala sudah mengenakan celana panjang.
Bahkan, sebuah sekolah menengah pertama negeri telah beralih ke seragam unisex untuk anak-anak yang lebih muda pada tahun 2018.
Ide di balik pengenalan seragam baru, katanya, hanyalah "netralitas gender".
"Sejak anak-anak lahir, kami membedakan antara anak laki-laki dan perempuan - kami membelikan mereka mainan yang berbeda, anak laki-laki mendapatkan senjata dan mobil, sementara anak perempuan mendapatkan boneka. Anak laki-laki berpakaian biru sementara anak perempuan merah muda, dan saat mereka tumbuh, sepatu dan pakaian mereka berbeda juga.
"Tapi saya pikir jika anak perempuan merasa lebih nyaman dan percaya diri dengan celana panjang dan kemeja, maka mereka harus diizinkan memakainya. Saya merasa semua anak harus diberi kebebasan dan kesempatan yang sama."