Konten Media Partner

One Piece: Dari Pasar Ceruk Terkecil Menjadi Serial Anime Favorit Presiden dan Artis Internasional

15 September 2024 13:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

One Piece: Dari Pasar Ceruk Terkecil Menjadi Serial Anime Favorit Presiden dan Artis Internasional

One Piece adalah salah satu anime paling sukses sepanjang masa.
zoom-in-whitePerbesar
One Piece adalah salah satu anime paling sukses sepanjang masa.
Para pencipta dan penggemar serial anime Jepang, One Piece, menjelaskan mengapa film ini menjadi salah satu waralaba paling populer di dunia.
One Piece adalah tayangan anime yang telah berjalan lebih dari 1.000 episode. Para penggemarnya termasuk Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan penyanyi rapper Travis Scott.
Sementara itu, serial komik yang menjadi rujukan serial filmnya ini telah terjual lebih dari 500 juta kopi dan mendapatkan Rekor Dunia Guinness.
Anda bahkan bisa membeli merchandise serial ini di toko-toko pakaian di seluruh penjuru negeri.
Tayangan ini akan merayakan ulang tahunnya yang ke-25 pada tahun 2024.
Berdasarkan serangkaian komik karya Eiichiro Oda, film ini mengisahkan tentang Monkey D Luffy, pemimpin sekelompok bajak laut yang berkeliling dunia untuk memburu harta karun misterius yang dikenal dengan nama One Piece.
Selama petualangan, para tokohnya terlibat dalam pertempuran dengan pemerintah dan sesama bajak laut, menggunakan kekuatan yang diperoleh dengan memakan “Buah Iblis”.
Karena serial ini sekarang sedang tayang di BBC iPlayer, para kreator dan penggemar acara ini menjelaskan bagaimana One Piece menjadi sebuah fenomena.

Pasar ceruk terkecil

Ketika Zach Logan memulai podcast One Piece pada tahun 2009, tayangan ini tidak terlalu dikenal di Amerika Serikat.
“Anda bisa mengukurnya dari konvensi anime yang kami datangi,” katanya kepada BBC.
“Hari ini mereka akan diserbu oleh para penggemar One Piece, tapi saat itu hanya ada dua setengah orang—dua orang, dan kemudian bayi mereka yang didandani sebagai Chopper.”
Dalam One Piece, Chopper adalah rekan Monkey D Luffy yang turut dalam petualangan. Karakter ini merupakan hibrida manusia dan rusa seukuran balita.
Logan menggambarkan acara ini pada akhir tahun 2000-an sebagai “ceruk di dalam ceruk”, dengan pengikut yang sedikit di dalam populasi penggemar anime yang sudah kecil di AS.
Para penggemar One Piece pada suatu acara tahun 2023 di California. Popularitas anime ini di luar Jepang telah berkembang secara eksponensial sejak serial ini dimulai pada tahun 1999.
Di Jepang, bagaimanapun juga, kesuksesan One Piece lebih bersifat instan.
Pertama kali manga One Piece diterbitkan pada tahun 1997 di majalah komik mingguan Shonen Jump. Kala itu, jumlah pembaca majalah ini tertinggal dari saingannya, majalah Shonen.
Namun, dengan masuknya One Piece, Shonen Jump akhirnya bisa merebut kembali posisinya sebagai manga yang paling banyak dibaca di Jepang.
Hiroyuki Nakano, editor manga One Piece saat ini, sudah mengikuti serial ini sejak awal.
“Saya ingat sangat kagum, berpikir, 'komik yang luar biasa telah dimulai',” katanya melalui seorang penerjemah.

'One Piece mengubah industri manga'

Pada pertengahan tahun 1990-an, manga (istilah yang digunakan untuk berbagai buku komik dan novel grafis Jepang) mencapai puncaknya, dengan 1,34 miliar koleksi terjual pada tahun 1995.
Judul-judul populer pada masa itu termasuk Dragon Ball (tentang petarung yang mencari bola ajaib), Slam Dunk (tentang tim bola basket), dan Doraemon (tentang kucing robot penjelajah waktu).
Namun, bagi Nakono, serial komik One Piece telah mengubah industri ini.
“Alih-alih mengandalkan metode yang serampangan, dari minggu ke minggu,” katanya, ”serial ini dengan hati-hati membangun karakter, menciptakan struktur cerita yang mengarah ke klimaks emosional di akhir cerita.”

Baca juga:

“Ada penekanan yang kuat pada bagian klimaks cerita dalam manga sebelum One Piece,” lanjutnya.
“Pendekatan ini sering kali menimbulkan kekecewaan ketika perkembangannya tidak sesuai dengan ekspektasi.”
Ketika berbicara tentang serial anime, Logan menambahkan, pendekatan cerita One Piece ini juga memberikan pukulan emosional yang lebih kuat dari pada anime lainnya.
Dia menyoroti alur cerita Drum Island (episode 78 hingga 91), ketika penonton mengetahui latar belakang Chopper, yang dijauhi oleh sesama rusa kutub.
“Menonton Drum Island,” katanya, ”siapa pun yang bernyawa akan menangis.”
Manga One Piece dimulai pada 1997. Sejak saat itu, menjadi properti dengan penjualan terbesar dalam genre ini.
Episode pertama dari adaptasi anime ini ditayangkan pada bulan Oktober 1999, tetapi butuh waktu lebih dari satu dekade untuk mendapatkan banyak penggemar di luar Jepang.
Pertama kali disiarkan di Amerika Serikat pada tahun 2004, versi awalnya banyak menuai kritik. Hal ini karena pengisi sulih suara tidak meyakinkan.
Selain itu, ada juga keputusan menyensor beberapa pertempuran dengan menghilangkan darah, dan mengganti senjata dengan pistol air atau sekop.
“Orang-orang tidak tertarik dengan versi pertamanya,” kata Logan.

Baca juga:

Logan mengatakan bahwa popularitas internasional dari anime ini meningkat pesat selama pandemi.
“Itu seperti bensin di atas api. Ketika orang-orang berada di rumah, mereka tidak punya alasan untuk tidak menonton acara dengan 900 lebih episode.”
Meskipun beberapa orang mungkin merasa terintimidasi dengan panjangnya tayangan One Piece—jika diputar dari awal, sampai akhir tanpa henti akan memakan waktu dua setengah minggu—bagi Nakano, inilah kekuatan One Piece.
“Jika berbicara tentang banyaknya karakter dan ide yang diciptakan oleh Oda-sensei [pencipta One Piece, Eiichiro Oda], tidak ada karya lain yang dapat menandinginya.”
Logan membandingkan tayangan ini dengan Doctor Who, sebuah tayangan yang dapat membuat orang terintimidasi oleh durasi yang panjang, dan membuat mereka bertanya-tanya kapan harus memulainya.
“Anda dapat melewatkan bagian-bagian tertentu dan langsung masuk pada titik tertentu, namun Anda akan kehilangan beberapa hal penting dan brilian,” katanya.
“Dalam One Piece, ada beberapa hal dalam episode dari tahun 1999 atau 2002 yang masih sangat relevan dengan tayangan ini karena Oda punya cara untuk menjalin ceritanya.
“Dulu saya sering mengatakan kepada teman-teman bahwa mereka bisa melewatkan banyak hal, tetapi sekarang saya merasa saya akan melakukan malapraktik jika mengatakan hal itu!
“Orang-orang akan mulai mengeluh betapa panjangnya tayangan ini, dan ketika mereka sampai di bagian akhir, mereka akan berkata, 'mengapa tidak ada lagi?'."