Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Pekerja China Jadi Sasaran Serangan dan Penculikan di Sejumlah Negara, Apa Penyebabnya?
13 Oktober 2024 8:45 WIB
Pekerja China Jadi Sasaran Serangan dan Penculikan di Sejumlah Negara, Apa Penyebabnya?
Pada Minggu (06/10), dua warga negara China meninggal dunia dan beberapa lainnya terluka dalam insiden yang diduga sebagai serangan bunuh diri di dekat Bandara Karachi, Pakistan. Tentara Pembebasan Balochistan (BLA) mengeklaim bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Ini adalah serangan terbaru dari beberapa serangan yang menyasar pekerja China di Pakistan dan beberapa negara lain dalam beberapa tahun terakhir.
Ada lebih dari setengah juta pekerja China yang bekerja di proyek-proyek pembangunan di seluruh dunia. Banyak di antara mereka berada di wilayah dengan situasi politik yang bergejolak dan banyak pula yang tewas dibunuh atau diculik.
Seberapa sering para pekerja China menjadi sasaran di Pakistan?
Pada 6 Oktober lalu, dua warga negara China yang merupakan bagian dari konvoi pekerja proyek pembangunan pembangkit listrik di Port Qasim, dekat Karachi, tewas akibat bom mobil di dekat bandara.
Sedikitnya 10 orang luka-luka dalam serangan tersebut.
BLA menyatakan mereka "menargetkan konvoi insinyur dan investor China tingkat tinggi" yang tiba di bandara.
Serangan ini mereka klaim sebagai serangan bunuh diri.
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, menyebut serangan itu sebagai "tindakan keji". Adapun Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan bahwa perbuatan tersebut "tidak akan dibiarkan begitu saja".
BLA melakukan pemberontakan sejak lama demi pembentukan sebuah negara yang terpisah dari Pakistan.
Sebanyak dua warga negara China yang mereka bunuh sedang bekerja dalam proyek pengembangan Port Qasim, yang berada di dekat Karachi, Pakistan.
BLA juga mengaku menyerang pangkalan udara milik Angkatan Laut Pakistan di Pelabuhan Gwadar di Balochistan yang sedang digarap oleh perusahaan China, pada Maret lalu.
Selain itu, mereka mengaku membunuh tiga akademisi China beserta sopir berkewarganegaraan Pakistan dalam serangan bunuh diri di dekat Confusius Institute yang dikelola China di Universitas Karachi pada April 2022.
Menurut BLA, masyarakat Baloch belum mendapatkan pembagian kesejahteraan yang adil dari investasi atau ekstraksi mineral (seperti minyak) oleh perusahaan asing di wilayah mereka.
Berapa banyak pekerja China yang bekerja di luar negeri dan mengapa?
Sekitar 580.000 warga China bekerja di luar negeri pada berbagai proyek di seluruh dunia yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan China, menurut hitungan Kementerian Perdagangan pada 2022.
Sebagian besar dari mereka mengerjakan proyek-proyek yang merupakan bagian dari rencana besar China, yakni Belt and Road Initiative (BRI).
Proyek-proyek BRI diperkirakan telah menghabiskan US$1 triliun (sekitar Rp15,6 triliun) untuk membangun jalan raya dan jalur kereta api, pelabuhan, serta pembangkit listrik.
Megaproyek tersebut bertujuan menciptakan rute baru bagi ekspor China dan memperdalam hubungan perdagangan antara China dan semua negara yang telah mendaftar untuk menjadi mitra dalam skema tersebut.
Baca juga:
Adapun Pakistan adalah rumah bagi salah satu proyek terbesar BRI: Koridor ekonomi China-Pakistan.
Proyek ini meliputi sejumlah jalur jalan raya dan kereta api dari perbatasan barat China, melintasi Pakistan menuju Pelabuhan Gwadar di Laut Arab.
Sebagaimana Pakistan, banyak negara di Afrika—seperti Kenya, Ethiopia, dan Senegal—telah meminjam miliaran dolar dari China untuk membangun infrastruktur transportasi dan energi yang lebih baik.
Seringkali, warga negara tuan rumah mengeluh lantaran perusahaan China yang menjalankan proyek pembangunan hanya menawarkan sedikit lapangan pekerjaan bagi mereka. Sebagian besar proyek justru mempekerjakan warga negara China.
"Masyarakat lokal di negara-negara Afrika membenci hal tersebut," ungkap Profesor Steve Tsang dari SOAS China Institute di London.
"Perusahaan-perusahaan tersebut mendatangkan banyak pekerja asal China dan ada sentimen bahwa mereka mempekerjakan masyarakat setempat untuk pekerjaan kasar atau kondisi yang sangat keras," katanya kemudian.
"China mengatakan bahwa investasinya di luar negeri adalah sesuatu yang saling menguntungkan," tutur Dr Alex Vines dari Chatham House, sebuah wadah pemikir urusan luar negeri yang berbasis di Inggris.
"Namun mereka memberikan pekerjaan di sana ke para pekerja China untuk memecahkan masalah pengangguran di China," ujarnya lagi.
Apa bahaya yang mengintai para pekerja China yang bekerja di luar negeri?
Investasi China di luar negeri mengakibatkan pekerja China harus bekerja di beberapa negara paling berbahaya di dunia, termasuk zona konflik yang aktif.
Pakistan, misalnya, termasuk salah satu negara yang paling tidak stabil secara politik, menurut klasifikasi Bank Dunia.
Koresponden BBC World Service di Karachi, Riaz Sohail, mengatakan ada 16 serangan terkait proyek pembangunan China yang mengakibatkan 12 warga negara China tewas dan 16 lainnya luka-luka.
Rangkaian peristiwa ini mencakup pembunuhan terhadap lima insinyur China pada Maret 2024. Kelima individu itu bekerja di bendungan pembangkit listrik tenaga air Dasu di wilayah Bisham, Khyber Pakhtunkhwa—wilayah yang sangat bergejolak di barat laut negara tersebut.
Pada November 2018, orang-orang bersenjata membunuh sedikitnya empat orang dalam serangan yang menyasar konsulat China di Karachi.
Tak satu pun pihak menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Di Afrika, terjadi beberapa serangan terhadap pekerja China di tambang emas di Republik Demokraktik Kongo—tempat kekerasan politik oleh kelompok milisi bersenjata kerap terjadi.
Pada Juli 2024, enam warga negara China dan setidaknya dua tentara Kongo ditembak di lokasi tambang emas di timur laut Kongo—yang sebagian dimiliki sebuah perusahaan China, demikian dilaporkan kantor berita Reuters.
Pelakunya disebut-sebut adalah anggota milisi yang dikenal sebagai Cooperative for the Development of the Congo. Kelompok ini merupakan salah satu dari beberapa kelompok yang berjuang untuk menguasai lahan dan sumber daya alam di wilayah tersebut.
Pada Januari 2022, orang-orang bersenjata di Nigeria dilaporkan telah menculik tiga pekerja China di lokasi pembangunan bendungan—yang dibangun oleh perusahaan milik China, Sinohydro.
Menurut laporan Peterson Institute for International Economics (PIEE) yang berbasis di AS, kelompok bersenjata di Afrika dan Asia Tenggara sering kali menganggap penculikan warga negara China adalah hal yang menguntungkan, karena mereka berharap perusahaan akan membayar uang tebusan dalam jumlah besar agar pekerjanya bisa kembali.
Taliban, misalnya, berulang kali menculik pekerja asing asal China demi uang tebusan.
Bagaimana upaya China melindungi pekerjanya di luar negeri?
Menurut PIEE, pemerintah China dan perusahaan-perusahaan China sejauh ini telah menangani berbagai serangan terhadap pekerjanya di luar negeri dengan "membayar uang tebusan untuk menjamin pembebasan, menekan pejabat negara tuan rumah untuk memastikan jaminan keamanan yang lebih baik, serta mengekspor teknologi pengawasan untuk membantu mengidentifikasi dan menghalangi calon ekstremis."
China juga melatih militer di negara-negara tuan rumah sehingga mereka dapat memberikan keamanan yang lebih baik.
Selain itu, perusahaan-perusahaan China semakin banyak mempekerjakan perusahaan keamanan swasta di lokasi proyek untuk mengantisipasi pelaku bom bunuh diri serta kelompok bersenjata dan penculik.
"Namun ada batasan apa yang bisa diharapkan oleh Beijing untuk bisa diterapkan oleh negara-negara tuan rumah," kata laporan PIEE.
“Penanaman modal asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) China telah menargetkan negara-negara dengan supremasi hukum yang lebih lemah.”
Setelah serangan terbaru di Pakistan, Kedutaan Besar China di sana mengingatkan warganya dan perusahaan China di Pakistan untuk waspada dan “melakukan yang terbaik untuk mengambil tindakan pencegahan keselamatan”.