Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Pele: Ikon Bintang yang Menjadikan Sepak Bola Sebagai Olahraga Cantik
30 Desember 2022 14:15 WIB
·
waktu baca 8 menitBobby Charlton, eks pesepakbola kawakan Inggris, berkata sepak bola mungkin "diciptakan untuk Pele".
Yang pasti, kebanyakan komentator sepak bola menganggapnya sebagai pengejawantahan terbaik untuk istilah 'sepak bola cantik'.
Kemampuan Pele dan kecepatannya yang menakjubkan diramu dengan akurasi mematikan telah menghasilkan begitu banyak gol.
Dia telah menjadi pahlawan nasional di Brasil, dan kemudian, ikon olah raga dunia.
Di luar lapangan, tanpa lelah dia mengkampanyekan isu-isu penting, untuk memperbaiki kondisi orang-orang yang paling tertinggal di masyarakat.
Bintang muda
Edson Arantes do Nascimento lahir pada 23 Oktober 1940 di Tres Coracoes, sebuah kota di tenggara Brasil.
Di akta kelahirannya, tertulis ia lahir pada 21 Oktober, namun Pele bersikeras tanggal itu salah: "Di Brasil, kami tak terlalu ribut soal akurasi."
Dia diberi nama seperti penemu Thomas Alva Edison, karena, menurut Pele, listrik baru saja tersambung di rumahnya tepat sebelum dia lahir.
Belakangan, orang tuanya menghilangkan huruf "i" dari nama depannya.
Ia tumbuh di bagian Kota Bauru yang miskin, dan membantu kehidupan keluarganya dengan bekerja paruh waktu di kafe-kafe lokal.
Ayahnya mengajari Pele bermain bola, tapi keluarga ini tak mampu membeli bola - maka Pele kecil kerap terlihat menendang gulungan kaos kaki di jalanan.
Cukup 'Pele' saja
Nama panggilan ini didapatkannya pertama kali di sekolah, ketika teman-temannya mulai memanggilnya Pele. Meski, baik dia maupun teman-temannya, tak tahu apa arti nama panggilan itu.
Dia sebenarnya tak terlalu suka nama panggilan itu, karena terdengar seperti "omongan bayi" dalam bahasa Portugis.
Dia mulai bermain untuk sejumlah tim sepak bola amatir lokal saat usianya belasan tahun.
Saat itu, sepak bola dalam ruangan sedang mulai populer di kotanya, dan Pele muda menyambut gembira perubahan ini.
"Saya menyelaminya, seperti ikan bertemu air," dia pernah berkata. "Itu lebih cepat dari bermain sepak bola lapangan - Anda harus berpikir dengan sangat cepat."
Dia juga memimpin Klub Atletik Bauru junior memenangi tiga kejuaraan negara untuk usia remaja, mengukuhkan langkahnya sebagai talenta yang bersinar.
Pada 1956, pelatihnya, Waldemar de Brito, membawanya ke kota pelabuhan Santos, untuk menjalani uji coba di Santos FC, tim sepak bola profesional.
De Brito saat itu sudah sangat yakin dengan kemampuan protégé-nya itu. Dengan bersemangat dia membual kepada para petinggi-petinggi Santos bahwa Pele akan menjadi pesepakbola terbaik di dunia.
Pele berhasil membuktikan bualan itu, ia membuat Santos terkesan dan menawarinya kontrak pada Juni 1956. Saat itu dia baru berusia 15 tahun.
Pencetak gol terbanyak
Setahun kemudian, dia terpilih untuk tim senior Santos dan melesakkan gol pertama - yang pertama dari lebih dari seribu gol sepanjang kariernya - di pertandingan pembuka.
Dengan cepat ia memperoleh posisi pemain inti, dan pada tahun pertamanya dia melejit menjadi pencetak gol terbanyak di liga.
Hanya 10 bulan setelah menjadi pemain profesional, Pele dipanggil oleh timnas Brasil.
Dia membuat debut internasional pertamanya melawan Argentina di Maracana, di mana Brasil kalah 2-1.
Satu-satunya gol untuk Brasil itu dicetak oleh Pele yang waktu itu berusia 16 tahun, menjadikannya pemain termuda yang membuat gol di pertandingan internasional.
Harapannya bermain untuk Brasil di Piala Dunia 1958 sempat terancam kandas karena cidera lutut.
Namun teman-teman setimnya memaksa manajemen untuk tetap memilihnya, membawa Pele ke Piala Dunia pertamanya melawan USSR.
Hat-trick
Tak dielakkan, Pele menjadi pemain termuda yang mengegolkan bola ke gawang Piala Dunia, mengungguli Wales satu angka di perempat final.
Di semifinal, Brasil unggul 2-1 lawan Prancis, ketika Pele di babak kedua berhasil menggawangkan hat-trick dan secara telak memenangkan pertandingan.
Pele seperti tak bisa salah, dan melesakkan dua gol ke gawang Swedia di final, membawa Brasil menang 5-2.
Kembali ke Brasil, Pele membantu Santos memenangi kompetisi liga papan atas Sao Paulo pada 1958. Dia menutup musim itu sebagai top scorer.
Di 1962, ada pula pertandingan terkenalnya dengan juara Eropa, Benfica.
Hat-trick Pele di Lisbon membuat tim Portugal itu keok dan ia berhasil mendapatkan hormat dari penjaga gawang mereka, Costa Pereira.
"Saat tiba, saya berharap bisa menghentikan seorang pemain hebat," kata Pereira. "Namun saat saya pulang, saya merasa yakin bahwa saya telah dikalahkan oleh seseorang yang lahir bukan di planet sama dengan kita."
Harta nasional
Ada kekecewaan di Piala Dunia 1962, ketika cidera yang dialami Pele di babak awal pertandingan membuatnya harus dicadangkan selama sisa turnamen.
Tapi ini tak menghentikan klub-klub kaya, seperti Manchester United dan Real Madrid, untuk mencoba menarik pria yang pada kala itu telah digadang-gadang sebagai pemain sepak bola terbaik di dunia.
Khawatir dengan kemungkinan bintang mereka merumput di luar negeri, pemerintah Brasil mendeklarasikan Pele sebagai "harta nasional" untuk mencegahnya melakukan transfer.
Piala Dunia 1966 menjadi kekecewaan besar untuk Pele dan Brasil. Pele menjadi target dan sasaran sejumlah kecurangan, terutama di pertandingan melawan Portugal dan Bulgaria.
Brasil gagal melangkah lebih jauh dari putaran pertama, dan cedera yang diderita Pele dari berbagai tekel berarti dia tak bisa menampilkan permainan terbaiknya.
Kembali ke Brasil, Santos mengalami penurunan dan Pele mulai memberi kontribusi yang lebih sedikit untuk timnya.
Tim terhebat
Pada 1969, usia Pele telah mendekati 30 tahun, dan ia sepertinya enggan kembali bermain bagi Brasil di Piala Dunia 1970 di Meksiko.
Dia juga harus menjalani serangkaian investigasi oleh pemerintahan diktator militer di negaranya, yang mencurigai dirinya sebagai simpatisan sayap kiri.
Pada akhirnya, dia mencetak empat gol di ajang yang seharusnya menjadi penampilan Piala Dunia terakhirnya, dan ambil bagian dalam timnas Brasil yang disebut-sebut sebagai tim terhebat sepanjang masa.
Momen paling terkenal di Piala Dunia ini adalah di babak grup melawan Inggris. Sundulannya seperti sudah pasti akan masuk gawang, namun berhasil dihentikan oleh Gordon Banks dengan aksi "penyelamatan abad ini".
Meski begitu, Brasil menang telak 4-1 lawan Italia di babak final, dan mereka berhasil mempertahankan piala Jules Rimet untuk ketiga kalinya. Pele, tentu saja, mencetak gol untuk pertandingan itu.
Pertandingan terakhirnya untuk Brasil datang di 18 Juli 1971, melawan Yugoslavia di Rio, dan ia pensiun dari klub sepak bola Brasil pada 1974.
Dua tahun kemudian dia dikontrak oleh New York Cosmos. Meski masa keemasannya telah lewat, nama besarnya saja telah berhasil mengangkat kepopuleran sepak bola di Amerika Serikat.
Duta besar
Pada 1977, klub lamanya, Santos, melawan Cosmos dalam pertandingan persahabatan untuk menandai masa pensiunnya. Pele bermain satu babak untuk Santos dan satu babak lain untuk Cosmos.
Ia telah menjadi pemain sepak bola yang digaji paling tinggi di dunia saat itu, namun setelah pensiun Pele terus mendapatkan lebih banyak uang.
Dia menjajal akting, bersama Sylvester Stallone dan Michael Caine di film pada 1981, Escape to Victory.
Pele juga masih menerima kontrak dengan sejumlah produk untuk sponsor dan endorse, karena namanya masih begitu terkenal di seluruh dunia.
Pada 1992, dia ditunjuk sebagai Duta Besar PBB untuk Ekologi dan Lingkungan, dan belakangan menjadi Goodwill Ambassador untuk UNESCO.
Lima tahun setelahnya, dia dianugerahi gelar kehormatan Knight Commander oleh Kerajaan Inggris dalam sebuah upacara di Istana Buckingham.
Setelah ditunjuk sebagai Menteri Olahraga oleh Presiden Brasil Fernando Henrique Cardoso pada 1995, Pele berperan besar dalam upaya memberantas korupsi di persepakbolaan Brasil. Undang-Undang Pele - disahkan pada tahun 1998 - disebut memodernisasi tata kelola olahraga sepak bola di negara tersebut.
Namun Pele mundur dari perannya di UNESCO setelah dituduh melakukan praktik korupsi, meski tidak ada bukti ditemukan.
Dia juga berperan besar dalam keberhasilan Rio de Janeiro menggelar Olimpiade 2016, saat ia tampil dalam sesi penutupan Olimpiade 2012 di London untuk kemudian diserahkan pada Rio.
Pada 2005, dia menerima penghargaan prestasi seumur hidup dalam acara tahunan BBC, Sports Personality of the Year.
Pele menikahi Rosemeri dos Reis Cholbi pada 1966, dan pasangan ini memiliki dua anak perempuan dan satu anak laki-laki. Mereka bercerai pada 1982, setelah Pele dikabarkan menjalin hubungan dengan model dan pemain film Xuxa.
Pele menikah untuk kedua kalinya dengan penyanyi Assiria Lemos Seixas. Pasangan ini kemudian memiliki anak kembar, namun lalu berpisah.
Di 2016, dia menikahi Marcia Cibele Aoki, pebisnis berdarah Jepang-Brasil, yang ditemuinya pertama kali pada 1980.
Ada sejumlah klaim tentang anak-anak lain Pele yang lahir dari beberapa perselingkuhan, namun Pele selalu menolak mengakuinya.
Beberapa tahun terakhir, ia cukup sering mengalami masalah kesehatan.
Pada September 2021, dia menjalani operasi pengangkatan tumor dari usus besar dan menerima kemoterapi selama setahun sebelum kematiannya.
Namun dengan semua tantangan ini, Pele masih menyimpan selera humornya. Dalam unggahan Instagram sebelum masuk rumah sakit untuk terakhir kalinya pada November 2022, dia bercanda dan mengatakan ia ke rumah sakit untuk "kunjungan bulanan".
Dia juga berterima kasih pada penyelenggara Piala Dunia Qatar, di mana sebuah gedung dihiasi dengan tulisan yang menyala, "Semoga Cepat Sembuh, Pele."
'Yesus, Coca Cola, dan Pele'
Nama Pele dikenali seketika oleh semua orang, bahkan oleh mereka yang tak punya ketertarikan atau pengetahuan soal sepak bola.
Dia pernah berseloroh, mengatakan hanya ada tiga merek internasional yang sebenar-benarnya: Yesus, Coca Cola, dan Pele.
Dia adalah salah satu dari sosok langka yang berhasil menyalurkan sportifitasnya menjadi terkenal seantero dunia.
Di penghujung hidupnya, dia bergulat untuk mengatasi efek operasi pinggul dan kerap muncul di kursi roda karena susah berjalan.
Namun di masa jayanya, keatletisannya yang luar biasa membawa kesenangan bagi jutaan pasang mata; bakatnya telah memenangkan rasa hormat dari rekan satu tim dan lawan.
Striker hebat Hungaria Ferenc Puskas bahkan menolak untuk mengklasifikasikan Pele sebagai pemain bola biasa. "Pele berada di atas itu," katanya.
Tapi Nelson Mandela-lah yang mungkin menyimpulkan dengan baik apa yang membuat Pele menjadi bintang.
"Melihatnya bermain seperti menyaksikan kegembiraan seorang anak yang dikombinasikan dengan keanggunan luar biasa seorang pria."