Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Penyebab Mengapa Raksasa Ritel 7-Eleven Hendak Diakuisisi Circle K
24 Agustus 2024 12:25 WIB
Penyebab Mengapa Raksasa Ritel 7-Eleven Hendak Diakuisisi Circle K
Ketika pemilik 7-Eleven mengumumkan bahwa pekan ini mereka telah mendapat tawaran akuisisi dari pesaing mereka yang berasal Kanada, publik di Jepang geger.
Perusahaan Jepang sebesar ini belum pernah dibeli oleh perusahaan asing. Secara historis, perusahaan Jepang justru lebih cenderung membeli perusahaan asing.
Adapun 7-Eleven adalah jaringan toko swalayan terbesar di dunia, dengan 85.000 gerai di 20 negara dan teritori.
Perusahaan itu sukses dalam 'menjual' dirinya sebagai tempat alternatif untuk makanan cepat saji dengan harga murah, lezat, dan dalam jumlah banyak seperti halnya di Jepang dan Thailand.
"Kami memiliki lebih banyak toko daripada McDonald's atau Starbucks," ujar kepala eksekutif Seven & i Holdings, Ryuichi Isaka, kepada BBC News sebelum perusahaan itu mendapat tawaran akuisisi.
Sekitar seperempat dari 85.000 toko itu berada di Jepang, sementara ada 10.000 lainnya di AS.
Pemain besar
Sebagai perbandingan, Alimentation Couche-Tard, yang mengoperasikan jaringan Circle K, mempunyai hampir 17.000 gerai di 31 negara dan teritori. Lebih dari separuh gerainya berada di Amerika Utara.
Nilai perusahaan Seven & i Holdings melonjak lebih dari US$30 miliar atau setara Rp465 triliun sebelum berita tentang pengambilalihan ini muncul.
Sedangkan saham 7-Eleven naik hingga 20% lebih pada Senin (19/08), sebelum kehilangan sebagian dari keuntungan pada hari berikutnya.
Analis menilai pelemahan nilai tukar yen Jepang terhadap dolar AS dan mata uang utama lainnya yang membuat Seven & i Holdings bisa diakuisisi.
Selain itu, upaya pemerintah Jepang untuk mempromosikan merger dan akuisisi tampaknya berhasil, menurut Manoj Jain dari dana lindung nilai Maso Capital yang berbasis di Hong Kong.
Akan tetapi proposal tersebut masih dalam tahap awal. Kemudian, mengingat nilai akuisis yang sedemikian besar, proposal tersebut mendapat sorotan otoritas persaingan.
7-Eleven sangat ingin memanfaatkan popularitas ragam makanan yang dijualnya - termasuk bola nasi, roti lapis, pasta matang, ayam goreng, dan pangsit.
Sementara di banyak negara lain, minimarket adalah tempat orang membeli sebatang cokelat atau sekantong keripik.
Sedangkan di Jepang, toko seperti 7-Eleven populer di kalangan pengunjung yang mencari kuliner lezat.
Hidangan-hidangan 7-Eleven telah mengubah jaringan tersebut menjadi sensasi media sosial di Asia.
Gerai 7-Eleven bahkan disebut-sebut sebagai tempat kuliner mumpuni di Thailand, di mana roti panggang ham dan kejunya menjadi hit di TikTok.
Penyanyi Inggris, Ed Sheeran, adalah salah satu selebritas yang telah membantu meningkatkan profit 7-Eleven setelah sebuah video dirinya mencoba makanan ringan dari sebuah toko 7-Eleven di Thailand berujung viral.
Kepala eksekutif Seven & i Holdings, Ryuichi Isaka, bermaksud mengulang kesuksesan itu di pasar AS dan Eropa karena perusahaannya mendapat tekanan dari investor untuk menjual beberapa bisnisnya dan fokus pada merek 7-Eleven.
Perusahaan juga telah memperbarui strateginya sehingga lebih banyak gerai bisa mengikuti pendekatan yang dilakukan gerai-gerai di Jepang miliknya.
"Yang kami temukan adalah bahwa gerai-gerai yang menjual makanan segar menarik lebih banyak pembeli," ujar Isaka.
"Kami ingin tumbuh dengan kualitas tinggi - bukan hanya meningkatkan kuantitas. Kami ingin memastikan pelanggan senang dan meningkatkan penjualan setiap toko sambil menambah jumlah toko," sambungnya.
Merek Amerika
Seven & i Holdings juga sedang gencar berbelanja. Pada Januari, perusahaan ini membeli lebih dari 200 gerai di AS dari jaringan pom bensin Sunoco dengan harga sekitar US$1 miliar atau setara Rp15 triliun.
Pada April, perusahaan ini kemudian membeli kembali lebih dari 750 gerai dari seorang pewaralaba di Australia.
Selama hampir satu abad sejarahnya, 7-Eleven merupakan merek AS.
Berawal dari tahun 1927 dengan menjual balok es yang digunakan untuk mendinginkan kulkas, perusahaan tersebut lantas menjual barang-barang sehari-hari seperti telur, susu, dan roti.
Pada saat itu, toko-toko tersebut buka antara pukul 07.00 dan 23.00 - sesuai dengan namanya.
Seiring berkembangkan bisnis, 7-Eleven mulai menawarkan waralaba di luar AS.
Pada tahun 1974, perusahaan ritel Jepang Ito-Yokado membuat kesepakatan untuk membuka gerai 7-Eleven pertama di negara itu. Kemudian pada 1991, perusahaan ini membeli 70% saham di perusahaan induk 7-Eleven di AS.
Pendiri Ito-Yokado, Masatoshi Ito, yang meninggal pada tahun 2023 di usia 98 tahun sering dianggap berjasa mengubah 7-Eleven menjadi kerajaan global.
Ito-Yokado berganti nama menjadi Seven & i Holdings pada tahun 2005. Huruf "i" pada namanya sebagai penghormatan kepada Ito-Yokado dan Ito, yang pada saat itu menjabat sebagai ketua kehormatan perusahaan.
Sekarang saat perusahaan memutuskan apakah akan tetap berada di bawah kepemilikan Jepang atau kembali ke akarnya di Amerika Utara, para ahli bertanya-tanya apakah lebih banyak perusahaan besar Jepang yang bisa menjadi target akuisisi.
"Kini ada keinginan yang lebih besar dari jajaran direksi dan tim manajemen Jepang untuk menerima modal dari luar negeri dan bersikap terbuka terhadap asing," kata Manoj Jain dari dana lindung nilai Maso Capital yang berbasis di Hong Kong.
Ia menambahkan, kini lebih banyak investor mungkin terdorong untuk mengejar minat mereka ke perusahaan-perusahaan Jepang.