Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Perjalanan 60 Tahun Shinkansen yang Mengubah Jepang
Saya berdiri di peron 19 Stasiun Tokyo, pusat transportasi yang sibuk sekaligus megah di Jepang. Di tempat ini, tepatnya 60 tahun lalu, kereta Shinkansen pertama berangkat menuju kota pelabuhan, Osaka.
Dengan bentuk serupa hidung miring yang khas dan lekukan aerodinamis yang memukau, kereta berkecepatan tinggi pertama di dunia ini dikenal dengan cepat ke seantero bumi.
Kereta ikonik itu mendapat julukan kereta peluru, atau bullet train dalam bahasa Inggris.
Kereta ini memiliki rute yang disebut pelancong sebagai "Rute Emas", yang terbentang antara Tokyo dan Osaka. Nama lainnya jalur Tokaido Shinkansen.
Para penumpang yang menggunakan jalur ini bisa menyaksikan kemegahan Gunung Fuji dan ibu kota kuno Kyoto dalam waktu kurang dari dua setengah jam.
Di tengah keramaian orang yang naik dan turun kereta Shinkansen (yang terkenal dengan ketepatan waktunya), saya bertemu dengan Naoyuki Ueno.
Dia adalah mantan masinis Shinkansen yang sekarang menjadi eksekutif senior di Central Japan Railway Company.
Ueno bilang sejak Shinkansen diperkenalkan, kereta ini sudah mengangkut 6,8 miliar penumpang di seluruh Jepang.
"Saya bangga dengan Shinkansen," katanya.
"Sebagai warga Jepang, saya bangga."
Sejak rute pertama dibuka pada 1964, jaringan Shinkansen telah berkembang pesat.
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Transportasi ini membuat para pelancong bisa menjelajahi lanskap dramatis dan kota-kota terpencil di Jepang dengan lebih mudah dan lebih cepat.
Sekarang ada sembilan jalur Shinkansen di seluruh negeri, yang mencakup pulau Hokkaido, Honshu, dan Kyushu.
Pada Maret 2024, perpanjangan terbaru jalur Hokuriku Shinkansen dibuka. Jalur ini menghubungkan Tokyo dengan Tsuruga.
Jalur Hokuriku dijuluki "Rute Emas Baru", dan menjadi dasar perjalanan saya dari Tokyo ke Osaka sebagai bagian dari serial BBC "The World's Greatest Train Journeys".
Saya mengandalkan Shinkansen dalam perjalanan saya, tetapi juga terhubung dengan layanan dan jalur lokal lainnya.
Salah satu keunggulan kereta peluru adalah kemampuannya membawa Anda keluar dari kota dalam waktu yang sangat singkat, memberi Anda kebebasan untuk menjelajahi sudut-sudut Jepang yang terpencil.
Saya memilih Toyama sebagai titik perhentian. Jaraknya hanya dua jam dari Tokyo.
Kemudian saya naik kereta jalur tunggal ke kota resor Unazuki Onsen yang menakjubkan.
Kota ini terkenal dengan pemandian air panas tradisional Jepang (onsen) dan terletak di lingkungan Ngarai Kurobe yang menakjubkan.
Suasananya sangat jauh berbeda dari Tokyo yang identik dengan dari hiruk pikuk kota metropolitan.
Pemandian air panas begitu identik dengan kota ini. Tak heran jika ada spa air panas untuk kaki di ujung peron stasiun kereta api.
Baca juga:
Pemandu saya, Hashimoto Yukinori, atau "Yuki", mengajak saya ke salah satu onsen favoritnya di kota, dengan pemandangan lembah yang luas.
Dia menjelaskan kepada saya bahwa, secara tradisional, onsen biasanya dilakukan telanjang dan bersama-sama.
(Untungnya, demi pemirsa televisi global, kami diberi izin khusus untuk mengenakan pakaian renang, sesuatu yang biasanya tidak diizinkan.)
Senyaman apa pun onsen, tempat ini ternyata tidak cocok untuk orang yang lemah jantung.
Sebab, suhu airnya bisa mencapai sekitar 40 derajat Celcius, dan Yuki mengatakan terkadang bisa lebih panas.
"Di Jepang, kami memiliki banyak gunung berapi aktif, jadi ada banyak sumber air panas. Menenangkan," katanya.
"Alam sangat penting bagi Jepang karena kami memiliki pulau-pulau pegunungan. Kami memiliki banyak gunung berapi dan banyak bencana."
"Jadi, kami memiliki ketakutan tersendiri terhadap alam, tapi di sisi lain kami juga memiliki rasa hormat terhadap alam."
Objek wisata yang paling menonjol di Unazuki Onsen—setidaknya bagi pecinta kereta api seperti saya—adalah jalur kereta Ngarai Kurobe.
Ini adalah jalur sempit yang awalnya dibangun untuk melayani pembangunan Bendungan Kurobe yang besar.
Jalur ini melintasi jurang berhutan. Sepanjang 20 kilometer, Anda akan disuguhkan dengan pemandangan yang benar-benar indah. Ini adalah kesempatan sempurna untuk terhubung dengan alam.
Kembali naik Shinkansen, saya kemudian menuju ke kota yang secara historis dikenal dengan samurai dan emasnya: Kanazawa.
Kota ini terkenal karena menghasilkan 99% lembaran emas Jepang,
Kanazawa adalah kota tempat hal-hal yang berbau lampau berdampingan dengan hal-hal baru.
Entah bagaimana, hal itu membawa rasa semangat yang menggebu sekaligus ketenangan dalam satu waktu.
Setelah mencicipi es krim berlapis lembaran emas yang mewah, saatnya untuk kembali naik kereta.
Perhentian saya berikutnya setelah Kanazawa adalah kota Wajima di semenanjung Noto, daerah yang baru-baru ini terkena bencana.
Pada Tahun Baru 2024, gempa berkekuatan 7,6 skala Richter menghancurkan kota dan sebagian besar wilayah sekitarnya.
Kerusakan yang dialami kota ini membuat kereta api tidak memungkinkan untuk mencapainya.
Sebaliknya, perjalanan melibatkan kereta lokal kecil ke kota Anamizu dan kemudian berkendara singkat ke Wajima.
Ternyata kereta yang tiba di stasiun bukanlah kereta biasa.
Kereta itu memiliki gerbong bertema Pokemon yang dihiasi karakter berwarna cerah dari kartun populer Jepang, termasuk Pikachu dan Bulbasaur.
Saya kemudian menyadari bahwa dekorasi kereta ini dibuat untuk membawa kegembiraan bagi anak-anak setempat yang menderita akibat gempa.
Melihat Wajima adalah pengalaman yang membuka mata saya. Banyak bangunan yang masih berada di tempatnya, ada juga yang kondisinya runtuh sebagian.
Rasanya seperti berjalan di lokasi syuting film bencana, meskipun ini semua terlalu nyata, dengan orang-orang yang juga nyata, yang membangun kembali dan memperbaiki.
Saya datang untuk melihat salah satu kerajinan tertua dan paling tradisional di daerah itu—Wajima-nuri (barang pernis tradisional Wajima).
Orang-orang di sini melihat pembangunan kembali industri barang pernis sebagai bagian dari pemulihan budaya dan cara hidup mereka yang lebih luas.
Takahiro Taya, produsen barang pernis generasi kesepuluh di Wajima mengatakan, "Jika gempa menghancurkan industri kami, banyak orang akan kehilangan pekerjaan."
"Jadi, saya harus membangun kembali industri ini untuk para pengrajin dan untuk pelanggan mereka."
"Dan saya punya seorang putra. Dia berumur dua tahun delapan bulan. Saya ingin mewariskan pekerjaan ini kepada putra saya," katanya.
Saya masih punya satu perjalanan terakhir menggunakan Shinkansen untuk menyelesaikan rangkaian perjalanan saya ke Osaka, kota terbesar kedua di Jepang.
Saat saya meninggalkan pedesaan Jepang dan kembali ke wilayah perkotaan negara itu, saya memikirkan betapa banyak Jepang telah berubah dalam 60 tahun terakhir.
Saat ini, Jepang adalah negara yang dipenuhi dengan kota-kota ultramodern dan inovasi mutakhir.
Di sisi lain, rakyatnya sangat bangga dengan tradisi kuno dan akar pedesaan mereka.
Shinkansen, yang menghubungkan kota-kota metropolitan padat dan sudut-sudut terpencilnya, melambangkan Jepang secara keseluruhan: negara yang meraih masa depannya sekaligus tetap berpegang pada masa lalunya.
Jepang memiliki banyak hal untuk dijelajahi, dengan perbedaan dan kontras yang luar biasa.
Shinkansen telah mengubah negara dengan memungkinkan untuk mencapai sudut-sudut terpencilnya dalam waktu yang sangat singkat.
Namun, Shinkansen juga menawarkan lebih dari itu.
Anda bisa turun di satu kota, menikmati lingkungan sekitar, dan benar-benar keluar dari jalur yang biasa.
Selamat ulang tahun Shinkansen. Semoga memiliki masa depan yang panjang dan sejahtera.
Versi bahasa Inggris artikel ini yang berjudul How the bullet train transformed Japan bisa Anda baca di BBC Travel .