Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Perjuangan Seorang Pria selama 35 Tahun Mencari Keadilan atas Pembunuhan Adiknya oleh Geng Homofobik di Australia
14 Agustus 2024 9:30 WIB
Perjuangan Seorang Pria selama 35 Tahun Mencari Keadilan atas Pembunuhan Adiknya oleh Geng Homofobik di Australia
Steve Johnson menekan tombol putar di mesin penjawab dan mendengar pesan dari saudara iparnya, Michael, yang memintanya agar menghubunginya kembali.
Kedengarannya seperti kabar buruk.
Saat itu tahun 1988 dan saudara laki-laki Steve, yakni Scott, telah lama pergi dan tinggal di Australia bersama pasangannya.
Steve lantas menghubungi telepon rumah Michael dan saat itu, ayah Michael yang menjawab panggilannya.
"Scott, dia meninggal. Michael ada di kamar mayat untuk mengidentifikasi jasadnya. Kami tidak tahu apa yang terjadi," ucapnya di ujung telepon.
Steve kemudian ditelepon oleh Michael.
Scott yang berusia 27 tahun ditemukan telanjang dan tak bernyawa di kaki tebing setinggi 60 meter di kawasan Manly, Sydney.
Steve, seorang mahasiswa berusia 29 tahun di Boston, Amerika Serikat, yang tidak memiliki banyak uang, entah bagaimana membeli tiket pesawat dan terbang ke belahan dunia lain untuk mencari tahu apa yang terjadi pada saudaranya itu.
Polisi yang diizinkan untuk berbicara dengannya adalah pria yang sangat baik dan menunjukkan empati. Namun, dia menjadi tidak sabar dengan segala pertanyaan Steve.
Mengapa ia telanjang? Apakah dia melakukan hubungan seksual dengan pria lain di sana?
Dompet Scott tidak ditemukan dan itu tampak sangat mencurigakan baginya.
Polisi itu kantas mendekati Steve untuk mengatakan sesuatu dengan suara pelan.
"Ini adalah tempat yang umum untuk bunuh diri, terutama di kalangan homoseksual. Tahukah kamu bahwa saudaramu gay?"
Steve berpikir hal itu tidak benar. Ia dan Scott sangat dekat, dia tahu betul tentang orientasi seksualnya dan tidak pernah ada tanda-tanda bahwa dia bakal bunuh diri.
Scott, sebutnya, orang yang optimistis, memiliki rencana masa depan, dan bahkan beberapa jam sebelum kematiannya saudara laki-lakinya itu telah menemukan jawaban yang dibutuhkannya untuk keperluan tesis doktoralnya di bidang matematika.
Tak ada jawaban selain dugaan bunuh diri, Steve akhirnya kembali ke Amerika Serikat.
"Selama beberapa tahun setelah kematian Scott, yang ada hanyalah misteri. Kami tidak percaya pada penilaian penyidik dan polisi tentang penyebab kematiannya karena bunuh diri, tapi kami tidak tahu apa yang harus dipercaya," ungkapnya kepada BBC.
Steve kemudian melanjutkan hidupnya, meskipun itu sangat sulit. Ia merasa dunianya berhenti.
Di tempat kerja, segala sesuatunya berjalan sangat baik baginya.
Dia pernah belajar di California Institute of Technology dan pada awal tahun 1990-an seorang profesor di universitas itu mengatakan padanya bahwa George Lucas – pencipta "Star Wars" – pernah berada di kampus dan memberi tahu mereka bahwa setiap orang harus memikirkan tentang kompresi gambar digital. Sebab itulah cara film akan ditayangkan di masa depan.
Steve memperhatikan ucapan itu dan bersama seorang rekannya mengembangkan sebuah algoritma untuk mengompresi foto yang memungkinkan gambar dikirim melalui internet dengan sangat cepat.
Format untuk mengurangi ukuran gambar digital itu sangat bagus, sehingga raksasa internet di Amerika kala itu, Amerika Online, Google di tahun 1990-an membeli perusahaan tersebut.
America Online secara signifikan mengurangi ukuran foto yang bisa diunggah di halamannya pada masa-masa awal internet dengan kecepatan koneksi yang sangat rendah melalui saluran telepon.
Untuk mendapatkan algoritma yang sesuai, dia menghabiskan US$100 juta atau Rp1,5 triliun.
Hidup Steve berubah dari yang tadinya tidak mampu membayar cicilan mobil menjadi sorang multijutawan.
Surat dari Michael
Pada tahun 2005, Steve menerima surat dari Michael yang intinya agar memahami apa yang terjadi pada saudara laki-lakinya Scott.
Surat itu berisi dua atau tiga artikel berita, dan artikel tersebut memberi tahu saya bahwa telah ada penyelidikan di lokasi lain di Sydney, Pantai Bondi, yang juga dikelilingi oleh tebing.
Penyelidikan dilakukan terhadap kematian tiga pria gay.
Penyelidik telah menemukan bahwa dua di antaranya terkait dengan serangan kebencian terhadap kaum gay dan yang lainnya masih kemungkinan.
Saya membaca berita-berita ini dan tiba-tiba dunia saya menulisnya sendiri.
Saya seperti terbalik. Saya seperti berada di dunia tanpa mengetahui apa pun yang terjadi pada saudara laki-laki saya.
Saya memperhatikan deskripsi salah satu kematian ini: ia ditemukan berpakian lengkap di dasar tebing spektakuler di Bondi dan penyelidik dalam kasus tersebut mengatakan bahwa ia berada di tempat di mana pria gay akan bertemu dan berhubungan seks dengan orang asing yang agak tersembunyi, di atas tebing ini.
Tempat ini menarik perhatian geng remaja pembenci kaum gay dan memukuli mereka, serta dalam beberapa kasus mendorong mereka ke dalam kehampaan.
Artikel-artikel ini memberi tahu saya apa yang terjadi pada Scott. Scott pasti berada di daerah yang sering dikunjungi kaum gay untuk melakukan hubungan seks. Dia pasti diserang dan dibunuh.
Steve berasumsi bahwa apa yang harus dilakukannya hanyalah menghubungi polisi dan penyidik untuk mengetahui apakah mereka mungkin telah melakukan kesalahan untuk kemudian mulai melakukan penyelidikan lagi.
Ia lantas menelepon jurnalis yang telah menulis artikel yang dikirim Michael kepadanya dan jurnalis tersebut memberinya beberapa nasihat.
Namun, roda keadilan, kenangnya, sudah berkarat.
Saya tidak mendapat tanggapan apa pun dari penyidik. Saya tidak memperoleh tanggapan apa pun dari polisi.
Saya akhirnya terbang ke Sydney pada tahun 2006 bersama putri saya Emma, yang berusia 17 tahun. Tujuannya sebagian untuk berlibur karena itu adalah tahun terakhirnya di sekolah menengah dan sebagian lagi untuk bertemu dengan orang yang menyelidiki kasus Bondi, Steve Page.
'Sarang cinta'
Steve Page tidak lagi bekerja di kepolisian, tetapi dia menemani mereka ke kantor polisi Manly, Sydney.
"Teman saya kehilangan saudaranya di tebing itu pada tahun 1988. Kasus itu dianggap bunuh diri, tapi insiden itu sepertinya pembunuhan," kata Page.
"Kami akan menyelidikinya dan menghubungi Anda kembali," jawab petugas polisi itu.
Tidak ada tindakan sama sekali, kata Steve.
Jadi, dia memutuskan untuk menyewa mantan detektif polisi yang direkomendasikan Page kepadanya, yaitu John McNamara dan seorang jurnalis investigasi Amerika bernama Daniel Glick, yang terbang ke Sydney pada tahun 2007.
Pada pagi pertamanya di sana, Glick pergi ke daerah tebung tempat Scott meninggal dan menemukan pabrik pembuangan limbah di dekatnya.
Dia juga melihat seorang karyawan dan mendekatinya. Si pekerja mengaku telah bekerja di sana sejak pertengahan 1980-an.
"Apakah pria gay datang ke sini pada tahun 1980-an?" tanya Glick sambil menunjuk ke tempat Scott jatuh.
"Oh, selalu ada. Mereka membuat sarang cinta di sini," begitu jawaban si pekerja.
Glick mengonfirmasi bahwa lokasi ini adalah tempat kencan kaum gay yang baru tiba di Australia.
Semua orang di daerah itu mengetahuinya.
Glick bergegas ke kantor surat kabar lokal Manly Daily dan berbicara dengan seorang reporter di sana untuk meminta petunjuk tentang sumber informasi lebih lanjut.
Jurnalis itu tertarik dengan cerita tersebut dan dua hari kemudian halaman depan surat kabar Manly Daily mencetak foto kedua bersaudara itu dengan judul "Apakah itu pembunuhan?"
McNamara, di sisi lain, menemukan seorang pria bernama Sadie yang telah berhubungan seks di tebing yang sama tempat Scott jatuh di tahun sebelum saudara laki-laki Steve meninggal.
"Ketika saya memakai sepatu bot, pria itu menusuk saya dari belakang dengan pisau," katanya.
Sadie berjalan menyusuri jalan setapak, menuruni tebing, dan terhuyung-huyung ke Rumah Sakit Manly dengan pisau di punggungnya.
"Dan [Daniel Glick] mencari tahu cerita itu dan ternyata ada di seluruh berita. Pelaku telah ditangkap oleh polisi Manly dan dinyatakan bersalah. Semua kejadian ini ada di berita setahun sebelum Scott meninggal," ucap Steve.
Itu belum semuanya. Seorang pria lain memberi tahu Glick bahwa ada semacam jebakan cinta. Pria gay diundang ke puncak tebing dan kemudian gerombolan orang akan menyerang dan merampok mereka.
Karena stigma, kejahatan ini sering tidak dilaporkan.
Dengan semua informasi dan bukti ini, mereka kembali ke polisi untuk mendesak agar membuka kembali kasus tersebut. Apakah menurut Anda kali ini berhasil? Tidak.
Kemunduran baru
Selama bertahun-tahun, Steve dan kelompok peneliti yang dibentuknya – yang disebut Tim Scott – tidak kenal lelah mencari jawaban.
Banyak pakar bergabung untuk mengonfirmasi bahwa hipotesis Steve kredibel, dan akhirnya pada tahun 2012 mereka berhasil membuka kembali kasus tersebut.
Jadi Steve pergi bersama istrinya dan Glick ke kantor kepala inspektur pembunuhan yang belum terpecahkan.
Kami sangat gembira bahwa penyelidikan akhirnya akan dimulai. Namun dia berkata kepada kami: "Saya sangat menyesal, masih ada 400 atau 500 kasus di hadapan Anda. Mungkin butuh waktu empat atau lima tahun sebelum kami bisa menanganinya."
Kami tercengang.
"Baiklah, saya akan serahkan ini ke komite penerimaan dan mencari tahu apa yang bisa kami lakukan," katanya.
Beberapa bulan kemudian, dia menelepon kami lagi, kami kembali ke Australia dan bertemu langsung dengannya.
"Komite penerimaan memutuskan bahwa kasus ini mendapat skor nol... kami tidak akan mengambil tindakan lebih lanjut. Saya juga berbicara dengan penyidik yang menangani kasus ini pada tahun 1999 dan dia bilang bahwa kasus ini tidak terkait dengan kencan gay, bukan kejahatan. Tidak ada kekerasan dan ini [tindakan] bunuh diri."
Bukan itu yang ingin kami dengar.
Sebuah kemunduran, tetapi meskipun tidak ada penyelidikan polisi, kasus ini menjadi berita utama nasional di saat perubahan budaya di Australia.
Tajuk rencana surat kabar merujuk pada tradisi lama negara itu yang mengabaikan kaum gay dan kurangnya keadilan bagi mereka yang telah menderita dari kejahatan atau kebencian homofobik.
Dengan tekanan publik dan penyidik baru, babak selanjutnya disiapkan untuk penyelidikan ketiga yang hampir belum pernah terjadi sebelumnya.
Hadiah jutawan
Penyelidik Michael Barnes memutuskan untuk mengambil alih penyelidikan dan timnya memerintahkan polisi untuk mewawancarai ulang semua orang yang berkepentingan.
Dan pada akhir tahun 2017 penyelidik memutuskan kematian Scott sebagai pembunuhan bermotif kebencian terhadap kaum gay.
Kami duduk di pengadilan, saya kira untuk kedelapan atau kesembilan kalinya. Kami tahu bahwa jika dia tidak menyebutnya pembunuhan, kami sudah di ujung jalan.
Tidak hanya disebut pembunuhan, tetapi juga dikatakan bahwa polisi telah membuat kesalahan dan terus melakukannya. Juga ditunjukkan bahwa ini adalah tempat kencan gay yang populer selama 40 tahun dan semua orang di kota itu mengetahuinya.
Mereka kemudian melangkah lebih jauh dan mengeklaim bahwa Scott telah dibunuh oleh seseorang atau beberapa orang karena mereka mengira Scott gay.
Itu adalah pembunuhan bermotif kebencian terhadap kaum gay, dan tindakan itu jauh melampaui pembunuhan.
Cerita tersebut tidak hanya menjadi kisah besar dan mengharukan tentang seorang matematikawan Amerika, tapi juga telah berubah menjadi cerita tentang korban gay lainnya yang diabaikan dengan cara yang sama. Jumlahnya ada puluhan.
Masyarakat Australia menyadari epidemi kejahatan kebencian yang terjadi pada tahun 1980-an dan 1990-an serta telah menutup-nutupi.
Tahun berikutnya, pihak berwenang meminta Steve untuk kembali ke Australia pada peringatan 30 tahun kematian Scott sekaligus mengumumkan hadiah sebesar $1 juta Australia (sekitar Rp10 miliar) yang ditawarkan oleh polisi kepada siapa pun yang memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan si pelaku.
Jejak yang menjadi kunci
Polisi menerima surat anonim pada tahun 2019.
Surat itu merujuk seorang pria sebagai kemungkinan pelaku kejahatan, karena pada dua kesempatan mereka mendengar si pelaku tampak bangga karena saat masih muda dia pernah ikut serta dalam "pemukulan terhadap orang kulit hitam".
Si terduga pelaku ini bahkan ingat bagaimana tahun 2008, setelah membaca berita tentang Scott di surat kabar, dia mengatakan kepada mereka bahwa "satu-satunya orang kulit hitam yang baik adalah orang kulit hitam yang sudah mati", yang dijawab oleh mereka: "Jadi Anda yang mendorongnya dari tebing?"
"Bukan salahku kalau si idiot itu jatuh dari tebing," jawab si terduga pelaku.
Pada Februari 2020, saya mendapat telepon; mereka punya tersangka dan meminta saya untuk kembali ke Australia dan mengumumkan hadiah sebesar $1 juta Australia (sekitar Rp10 miliar).
Meskipun mereka tidak mau memberi tahu saya tentang semua ini, saya tahu, membaca yang tersirat, bahwa mereka butuh publisitas karena mereka memiliki tersangka dan ingin tersangka itu melakukan sesuatu.
Saya naik pesawat ke Australia, memperkenalkan diri kembali ke negara itu kepada Komisaris Polisi New South Wales, dan mengumumkan hadiah dari saya sebesar $1 juta Australia.
Sekitar enam pekan kemudian, saya menerima surat elektronik dari komisaris yang mengundang saya ke rapat Zoom dan dalam panggilan video itu dia bilang, "Kami akan menangkap tersangka Selasa depan."
Pada Selasa, saya menerima tiga kata di ponsel saya: pelaku dalam tahanan.
Kami telah menemukan pembunuh sauara laki-laki saya.
Namanya Scott White. Dia berusia 18 tahun saat melakukan kejahatan itu. Mantan istrinya adalah penulis surat anonim yang dikirim ke polisi.
Kami sudah memasukkan pria ini dalam daftar kami sejak lama. Sejak Daniel Glick pergi pada tahun 2007 dan kami telah menyelidiki tiga geng di Manly.
Sidang dijadwalkan pada Januari 2022 di mana tim pembela Scott White ingin menantang bukti tersebut.
Saya kembali ke Australia, kami bertemu di ruang sidang, hakim sedang membacakan dakwaan kepadanya, dia bahkan belum selesai membaca semuanya ketika Scott White berdiri dan berkata, "Saya bersalah!"
Dia meneriakkannya empat kali. "Saya bersalah!" Dan dia terus menyela. "Saya bersalah!"
Itu adalah momen yang mengejutkan, menakjubkan, dan mencengangkan karena dia mengatakan itu kepada saya.
Pada pertengahan Juni 2023, atau 35 tahun setelah Scott Johnson meninggal, terdakwa Scott White dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara.
Steve dan keluarganya telah menemukan pembunuhnya dan menemukan beberapa jawaban.
Kini mereka tahu siapa pelakunya. Yang belum mereka ketahui adalah alasannya.
Diperkirakan 80 orang dibunuh oleh geng homofobik di Sydney pada akhir tahun 1980-an.