Konten Media Partner

Persahabatan Atlet Jerman dan Atlet Kulit Hitam yang Beraksi di Depan Adolf Hitler di Olimpiade Berlin 1936

20 Juli 2024 10:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Persahabatan Atlet Jerman dan Atlet Kulit Hitam yang Beraksi di Depan Adolf Hitler di Olimpiade Berlin 1936

Luz Long (kiri) dan Jesse Owens menciptakan momen ikonik pada Olimpiade Berlin 1936.
zoom-in-whitePerbesar
Luz Long (kiri) dan Jesse Owens menciptakan momen ikonik pada Olimpiade Berlin 1936.
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aksi Luz Long memeluk rivalnya asal AS, Jesse Owens, setelah atlet kulit hitam itu mengalahkannya di Olimpiade Berlin 1936 menjadi momen bersejarah. Namun, bagi atlet andalan Jerman itu, apa yang dilakukannya juga membawa konsekuensi buruk.
Setelah Jesse Owens melambung melewati batas tinggi delapan meter sekaligus mengamankan medali emas, Long – rival terbesarnya – melompat ke dalam pasir untuk memeluknya dan mengucapkan selamat.
Lalu, dalam sebuah gestur yang bertolak belakang dengan gagasan Nazi Jerman tentang superioritas ras Arya dan puluhan tahun sebelum pergerakan sipil di AS menghasilkan perubahan radikal, Long dan Owens – atlet kulit putih dan kulit hitam – berjoging berdampingan dalam satu putaran kehormatan.
Tidak semua orang bertepuk tangan. Di bagian tribun, pemimpin Jerman kala itu, Adolf Hitler, melempar pandangan mencela.
Di podium medali, Long melakukan salam Nazi yang wajib dilakukan atlet Jerman saat itu. Sementara Owens memberikan salam hormat kepada bendera AS – ironis, mengingat perlakuan AS ke orang-orang kulit hitam saat itu.
Long dan Owens sama-sama tidak menyadari apa yang akan terjadi setelahnya.

Siapa Luz Long dan Jesse Owens?

Owens dan Long sama-sama lahir pada tahun 1913.
Olimpiade Berlin 1936 menjadi arena pertempuran pamuncak bagi kedua atlet yang sama-sama tengah naik daun.
Kisah Owens – yang kemudian menjadi tokoh abad ke-20 – sudah banyak diketahui orang. Dia adalah anak bungsu dari 10 bersaudara yang lahir dari keluarga petani penggarap di Alabama. Kedua kakek dan neneknya adalah mantan budak.
Sewaktu kecil, Owens memetik kapas bersama saudara-saudara kandungnya. Setelah menginjak usia sembilan tahun, Owens dan keluarganya berpindah ke Cleveland.
Di tempat baru ini – tepatnya saat Owens mulai bersekolah – bakatnya sebagai olahragawan mulai terlihat jelas.
Dia menggunakan nama panggilan “JC” – singkatan dari James Cleveland. Namun, seorang guru salah menangkap namanya dan dia pun terdaftar sebagai “Jesse Owens” – nama yang dikenal hingga sekarang.
Owens mendapat beasiswa jalur olahraga dan berkuliah di Universitas Ohio. Di kampus tersebut, dia mendapat bimbingan dari seorang pelatih bernama Larry Schnyder.
Owens pun bertransformasi menjadi salah satu pelari jarak pendek terhebat sedunia.
Di pertandingan atletik di Universitas Michigan pada tahun 1935, Owens memecahkan tiga rekor dunia dan menyamai satu lagi – semuanya dalam kurun waktu satu jam.
Owens menciptakan rekor baru untuk lompat jauh (8,13m) yang kemudian bertahan selama 25 tahun.
Para atlet Jerman yang berhasil naik podium pada Olimpiade Berlin 1936 diwajibkan untuk melakukan hormat Nazi.
Nama lengkap Long adalah Carl Ludwig Hermann Long – tetapi dia lebih dikenal dengan panggilan Luz. Berbeda dengan rivalnya, Long yang lahir dari keluarga kelas menengah di Leipzig hidup berkecukupan.
Ayahnya, Karl, memiliki toko obat di pusat kota sementar ibunya, Johanna, adalah guru Bahasa Inggris. Johanna berasal dari keluarga akademisi ternama – salah satunya adalah Justus von Liebig, perintis ilmu kimia modern.
Tumbuh di daerah pedesaan di luar kota, Luz dan keempat saudaranya kerap mengadakan kompetisi internal keluarga di taman belakang mereka yang luas.
Long bergabung dengan Leipzig Sport Club pada tahun 1928. Di bawah bimbingan pelatih Georg Richter, Long mengembangkan teknik melayang di udara dengan menggunakan kekuatannya sebagai pelompat tinggi.
Ini berbeda dengan Owens, yang memanfaatkan kecepatannya sebagai sprinter.
Bersama Richter, Long memecahkan rekor lompat jauh Jerman pada tahun 1933 dan menjadi juara nasional dalam usia 20 tahun. Hanya beberapa bulan sebelum Olimpiade Berlin, Long mencetak rekor baru lompat jauh Eropa (7,82m) saat meraih gelar nasionalnya yang ketiga.

Baca juga:

Baik Owens maupun Long giat membangun momentum di lintasan atletik. Pada saat yang bersamaan, mereka juga bergulat dengan lanskap politik di luar arena.
Di AS, muncul tekanan untuk memboikot Olimpiade Berlin menyusul cerita-cerita perlakuan buruk yang diterima orang-orang Yahudi di Jerman di bawah rezim Nazi.
Owens awalnya mendukung upaya pemboikotan.
“Kalau ada minoritas di Jerman yang didiskriminasi, Amerika Serikat harus mundur [dari Olimpiade],” tutur Owens kepada Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna kala itu.
Namun, Owens akhirnya bersedia untuk ambil bagian dalam Olimpiade setelah dibujuk sang pelatih serta jaminan dari Komite Olimpiade Amerika Serikat.
Komite AS dikabarkan telah mengirim delegasi ke Jerman untuk mengkaji kondisi setempat dan membahas kebijakan tuan rumah tentang keikutsertaan atlet Yahudi.
Sementara di Jerman, tekanan politik yang diberikan negara kepada para atletnya kian meningkat.
“Para atlet adalah perwakilan dari Reich Jerman – baik di dalam maupun di luar lintasan – bukan individu pribadi,” ujar Julia Kellner-Long, satu-satunya cucu Luz.
Long resmi masuk ke tim nasional Jerman pada tahun 1933 – tahun yang sama ketika Hitler diangkat sebagai kanselir Jerman.
Sebuah spanduk yang dipasang di tempat latihan: "Atlet-atlet trek dan lapangan, pusatkan perhatian Anda ke Olimpiade 1936. Kita tidak boleh mengecewakan pemimpin kita, Adolf Hitler."

Apa yang terjadi di Olimpiade 1938?

Hitler hadir di Stadion Olimpiade Berlin saat Owens dan Long tengah memperebutkan medali emas di cabang lompat jauh – pertandingan yang nantinya menjadi legendaris.
Setelah pertarungan yang sengit, Long menyamai jarak terjauh Owens 7,87m dengan upaya terakhirnya – para penggemar tuan rumah pun bersorak sorai.
Namun, Owens mengeluarkan kemampuan terbaiknya pada momen paling signifikan. Dia merespons dengan capaian 7,94m – posisinya pun kembali mengungguli Long
Long gagal dalam loncatan terakhirnya, tetapi penampilannya cukup bagus untuk meraih perak – sekaligus medali lompat jauh Olimpiade pertama bagi Jerman.
Meski Owens sudah terjamin mendapat emas, dia tetap menciptakan sejarah lebih lanjut setelah lompatan terakhirnya mencapai 8,06m. Rekor Olimpiade ini akan bertahan selama 24 tahun.
Long mengindahkan kekecewaannya sendiri dan spontan melompat ke dalam pasir untuk mengucapkan selamat kepada Owens.
Dalam momen itu, kedua atlet itu berpelukan di hadapan kerumunan penonton yang jumlahnya lebih dari 100.000 orang. Owens berbisik kepada saingannya: “Kamu mendorong saya untuk memberikan yang terbaik.”
Jesse Owens (kiri) dan Luz Long, yang bertanding di Olimpiade 1936, menggunakan gaya lompat jauh yang berbeda.
Di antara mereka, Owens dan Long telah melampaui rekor Olimpiade sebelumnya sebanyak lima kali.
“Ini hampir seperti dongeng – untuk bisa melompat sejauh itu dalam cuaca ini,” ujar Long dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Neue Leipziger Zeitung.
“Saya tidak bisa menahannya. Saya berlari ke arahnya. Saya orang pertama yang mengucapkan selamat kepadanya, untuk memeluknya.”
Reaksi impulsif Long menarik perhatian pihak berwenang Jerman.
Tak lama setelah Olimpiade, ibu Long, Johanna, mencatat dalam buku hariannya tentang peringatan yang dilayangkan Rudolf Hess, wakil Führer Partai Nazi saat itu.
Menurut Johanna, Long, tulisnya, telah “menerima perintah dari otoritas tertinggi” bahwa dia tidak boleh lagi memeluk orang kulit hitam.
Long telat tercatat sebagai "tidak sadar ras" oleh rezim Nazi.
Pelukan itu jelas membuat marah Nazi, yang sering menggunakan citra yang kuat untuk memajukan ideologinya sendiri. Mereka khawatir persahabatan Owens dan Long dapat merusak propaganda ini.
Kekhawatiran itu tidak salah.
Hampir 90 tahun kemudian, persahabatan Owens dan Long adalah salah satu kisah Olimpiade yang paling abadi.
"Gestur kebaikan dan keadilan menyentuh hati banyak orang," ujar Kellner-Long.
“Bersama-sama, Luz dan Jesse menikmati persahabatan istimewa pada hari itu, menunjukkan kepada dunia bahwa dalam olahraga dan kehidupan, persahabatan dan rasa hormat adalah hal terpenting, terlepas dari latar belakang atau warna kulit.”
Stuart Rankin, satu-satunya cucu Owens, juga mengagumi signifikansinya dari momen itu.
“Saya sering mengatakan bahwa dari semua prestasi kakek saya di Olimpiade 1936, persahabatan yang mustahil dengan Luz Long adalah yang paling saya banggakan dan kagumi,” ujarnya.
“Bagi mereka, untuk menjalin persahabatan itu, dalam kondisi seperti itu, dalam keadaan seperti itu, di stadion itu, di hadapan Hitler, itu benar-benar luar biasa.”

Apa yang terjadi kemudian?

Olimpiade Berlin menjadi satu-satunya saksi pertandingan Owens dan Long.
Owens menambah gelar di nomor 200m, 4x100m, dan 100m. Secara total, Owens membawa pulang empat medali emas.
Namun, dia membuat marah pihak berwenang dengan menolak untuk berkompetisi dalam sebuah ajang di Swedia seusai Olimpiade. Alih-alih, Owens, pulang ke AS dan memanfaatkan ketenaran barunya dan mengambil sejumlah keuntungan komersial.
Keputusan itu membuat Owens dilarang berkompetisi oleh American Athletic Union – karier olahraganya pun usai.
Owens tetap mendapat sambutan bak pahlawan dalam upacara penyambutan khusus di New York, tetapi sebuah insiden di sebuah pesta untuk menghormatinya di Waldorf Astoria membuktikan bahwa terlepas kemenangannya di Olimpiade, kondisi riil tidak ada yang berubah.
Saat tiba di hotel, seorang penjaga pintu mengarahkan Owens menjauh dari lobi dan masuk ke pintu masuk samping yang dikhususkan untuk pedagang dan orang kulit hitam.
Insiden itu adalah pengingat yang jelas tentang perpecahan yang mendalam dan prasangka rasial di masyarakat Amerika.
Owens (kanan) memuji Long (kiri) karena membantunya menyesuaikan langkah awalnya dalam babak kualifikasi.
Long meninggalkan Berlin sebagai peraih medali perak Olimpiade, juara nasional, dan pemegang rekor lompat jauh Eropa.
Pada tahun berikutnya, Long mencetak rekor baru lompat jauh: 7,90m – sebuah rekor yang bertahan hingga 1956.
Namun, Long tidak pernah bisa lepas dari pengawasan atau kecurigaan.
“Pelukan Luz memiliki konsekuensi," kata Kellner-Long.
“Dia ditempatkan di bawah pengawasan lebih ketat oleh pihak berwenang. Ini memaksanya untuk lebih berhati-hati dan menjaga sikapnya."
Jesse Owens disambut sebagai pahlawan ketika kembali ke Amerika, tetapi diminta untuk masuk ke hotel Waldorf Astoria melalui pintu terpisah ketika menghadiri pesta yang diadakan untuk menghormatinya.
Long berhenti berkompetisi setelah pecahnya Perang Dunia Kedua. Dia justru fokus pada kariernya sebagai pengacara.
Heinrich, adik bungsunya, tewas dalam pertempuran. Rasa kehilangan itu menghancurkan Long dan dia pun berjuang agar keluarganya selamat dari perang.
Dia menikahi Gisela pada tahun 1941, dan mereka dikaruniai seorang putra – ayah Julia – pada bulan November tahun itu. Sang putra dinamai Kai Heinrich, seperti nama adiknya yang wafat.
Pada saat itu, Long telah direkrut oleh militer. Awalnya, Long melakukan tugas-tugas jauh dari garis depan.
Namun, pada tahun 1943, Long dikirim ke Sisilia dengan Resimen Anti-Pesawat Parasut Baterai ke-10. Sebulan kemudian, dia mengirim surat terakhirnya ke Gisela, yang pada saat itu sedang hamil besar dengan putra kedua mereka, Wolfgang Matthias.
“Dalam surat itu, Luz menggambarkan berkemah di tenda di padang rumput bunga yang indah dikelilingi oleh pegunungan, suasana yang damai - itu adalah komunikasi terakhirnya dengan keluarganya,” ujar Kellner-Long.
“Keesokan harinya, 30 Mei 1943, Wolfgang lahir. Sayangnya, Luz tidak pernah bertemu dengan anak keduanya.”
Pasukan Sekutu mendarat di Sisilia pada 10 Juli 1943, sebagai bagian dari operasi untuk membebaskan Italia.
Empat hari kemudian, Long terkena pecahan peluru di kakinya saat pasukan Jerman mundur. Dia pun meninggal karena kehabisan darah.
Pada 30 Juli, Gisela menerima pemberitahuan bahwa suaminya hilang dalam aksi – diduga tewas.
Baru setelah tujuh tahun kemudian, detail kematian Long dikonfirmasi dan makamnya, di bagian kehormatan Jerman di pemakaman militer Amerika di Gela, ditemukan.
Owens memilih untuk tidak mendaftarkan diri sebagai militer selama masa perang – dia juga tidak direkrut.
Namun, karena dilarang dari kompetisi atletik resmi dan tawaran komersial terhadapnya cepat mengering, Owens harus menemukan cara yang tidak biasa untuk menghidupi keluarganya.
Owens berhadapan dengan sprinter lokal, memberi mereka jarak awal 9 atau 18 meter, sebelum dengan mudah mengalahkan mereka untuk mengeklaim hadiah uang.
Atau, ketika saingan manusianya tidak muncul, Owens akan berpacu dengan sepeda motor, mobil, dan kuda.
“Orang-orang mengatakan begitu memalukan seorang juara Olimpiade berlari melawan kuda,” ujar Owens.
"Tapi apa yang harus saya lakukan? Saya memiliki empat medali emas, tetapi Anda tidak bisa makan empat medali emas.”
Setelah gonta-ganti pekerjaan kasar, keadaan mulai membaik bagi Owens. Pada tahun 1950-an, dia menemukan pekerjaan sebagai pemberi motivasi. Dia memulai bisnis relasi publik sendiri dan menjadi sosok yang dicari, berkeliling dunia sebagai duta olahraga.
Saat berkunjung ke Jerman pada tahun 1951 bersama tim basket Harlem Globetrotters, Owens menghubungi keluarga Long.
Dia bertemu Kai dan mengajaknya ke pertandingan Globetrotters di Hamburg sebagai tamu kehormatannya.
Pada tahun 1964, Kai ikut serta dalam sebuah dokumenter, Jesse Owens Returns To Berlin (Jesse Owens Kembali Ke Berlin), di mana keduanya mereka ulang foto Owens dan Long berbaring di pinggir lintasan di Stadion Olimpiade Berlin.
Owens mengalahkan kuda pada tahun 1948 di California.
"Kai sangat mengagumi Jesse – karismanya, kerendahan hatinya, dan bakat alami serta kesuksesannya sebagai seorang atlet," ujar Kellner-Long.
Pada tahun 1976, Owens dianugerahi Medali Kebebasan Presiden. Empat tahun kemudian, dia meninggal akibat kanker paru-paru pada usia 66 tahun.
Owes dianugerahi Medali Emas Kongres secara anumerta pada tahun 1990. Pada tahun 2016 Presiden Barack Obama mengundang kerabat Owens ke Gedung Putih untuk sebuah resepsi bagi Jesse dan atlet kulit hitam lainnya dari tim Olimpiade AS 1936.
Istri Owens, Ruth, melanjutkan warisannya dengan menjalankan Jesse Owens Foundation sebelum menyerahkan tongkat estafet kepada putri-putri mereka – Gloria, Marlene, dan Beverly.
Baru-baru ini kepada lima cucu mereka meneruskan tongkat estafet itu.
Selama bertahun-tahun lamanya, keluarga Long dan Owens masih tetap berhubungan.
Julia Kellner-Long, bersama dengan cucu perempuan Owens, Gina, menyalakan api Olimpiade dalam sebuah upacara khusus di Stadion Berlin pada tahun 2004.
Bersama Marlene, Julia kemudian menjadi pemberi medali lompat jauh di Kejuaraan Atletik Dunia diadakan di Berlin pada tahun 2009.
Kellner-Long dan Rankin menjadi teman dekat setelah tidak sengaja bertemu di Munich pada tahun 2012. Baru-baru ini, mereka berkolaborasi dalam sebuah dokumenter tentang kakek-nenek mereka.
“Hubungan antara keluarga sangat berarti bagi saya, dan saya bangga dengan hubungan kami,” kata Kellner-Long.
“Julia dan saya sering bercanda dan berpikir tentang kedua kakek kami memandang dari surga dan tersenyum serta merasa sangat senang bahwa keluarga masih terhubung meskipun bertahun-tahun,” tambah Rankin.
Realita persahabatan antara Owens dan Long sangat dihargai oleh kedua keluarga. Di sisi lain, ikatan spesial keduanya memiliki kehidupan sendiri secara online.
Salah satu mitos yang banyak diulang antara lain adalah surat yang konon ditulis oleh Long kepada Owens dan dikirim dari “pasir kering dan darah basah” di utara Afrika.
Dalam surat itu, Long meminta Owens untuk kembali ke Jerman dan mencari putranya jika Long gagal pulang.
Salah satu baris berbunyi: “Katakan kepadanya, Jesse, seperti apa waktu-waktu ketika kita tidak dipisahkan oleh perang, katakan kepadanya bagaimana keadaan bisa terjadi antara manusia di bumi ini.”
Walaupun menyentuh, tapi surat itu tidak pernah ada.
Long tidak pernah bertugas di Afrika utara. Keluarga Long dan Owens tidak ada yang pernah melihat surat seperti itu. Mereka juga mempertanyakan kemungkinan dan logistik penulisan dan pengirimannya.
Namun, Kellner-Long memahami pesan kuat yang terus diserap orang-orang dari kisah Long dan Owens.
“Kisah mereka menawarkan harapan dan inspirasi bagi orang-orang di seluruh dunia,” katanya.
“Pada saat rasisme dan pengucilan masih lazim, kisah ini semakin relevan dari sebelumnya.”
“Saya rasa contoh sportivitas Luz adalah sesuatu yang harus dilestarikan dan dipegang tinggi selamanya,” tutur Rankin.
“Hubungan kakek saya dengan Luz tentu saja bukan sesuatu yang pernah dia prediksi, tetapi hubungan itu memberikan perspektif yang penuh harapan bagi kakek saya, dan tentu saja bagi saya, bahwa, meski melawan arus seluruh negara, itu tidak berarti setiap anggota negara itu sama.
"Kekuatan dan karakter Luz, hampir tidak bisa dijelaskan, tetapi itu menunjukkan bagaimana di tempat yang paling tidak mungkin, Anda masih dapat menemukan kebaikan."