Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Pesawat China Eastern Airlines Jatuh, Apa yang Kita Ketahui Sejauh Ini?
24 Maret 2022 18:56 WIB
·
waktu baca 5 menitPenerbangan China Eastern Airlines MU5735 seharusnya hanyalah penerbangan biasa. Mengangkut 132 orang, mengudara selama dua jam dari Kunming ke Guangzhou. Selesai.
Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Saat hendak mendekati Guangzhou, pesawat Boeing 737-800 itu tiba-tiba menukik hampir tegak lurus.
Pesawat tersebut menghantam Bumi dengan kecepatan luar biasa tinggi—sekitar ratusan meter per detik—sehingga membakar sebuah kawasan pegunungan.
Sebagian besar tubuh pesawat seketika menjadi serpihan saat menghujam tanah.
Gabungan tim SAR yang menyisir pegunungan di Wuzhou, Provinsi Guangxi, menemukan barang-barang gosong milik penumpang, serpihan pesawat, dan sejumlah sisa jenazah.
Mereka juga menemukan barang terpenting—satu dari dua kotak hitam. Perekam suara kokpit yang mereka dapati dalam keadaan rusak di bagian luar, namun isi rekamannya masih utuh.
Para penyelidik berharap kotak hitam tersebut dapat menjelaskan insiden tersebut, yang membingungkan sejumlah pakar penerbangan. Apa penyebab pesawat tiba-tiba menukik tajam dan menghantam tanah?
Berikut yang kami ketahui sejauh ini:
Tiada yang janggal sebelum pesawat menukik
Pesawat China Eastern Airlines MU5735 lepas landas dari Kunming pukul 13.11 waktu setempat dan dijadwalkan tiba di Guangzhou pada pukul 15.05. Di dalam pesawat terdapat 123 penumpang dan sembilan awak kabin.
Pesawat yang digunakan adalah Boeing 737-800, model yang selama ini dinilai dapat diandalkan dalam industri pesawat komersial.
Pakar pesawat dan penerbangan mengaku belum menemukan kejanggalan apapun pada pesawat tersebut sebelum mengudara.
Badan Penerbangan Sipil China (CAAC) mengatakan pesawat berumur kurang dari tujuh tahun itu telah lulus semua pemeriksaan.
Saat mengudara pun, pesawat itu terbang pada jalur penerbangan biasa dan cuaca "tidak berbahaya", kata Mao Yanfeng, kepala penyelidik pesawat dari CAAC.
Para pengatur lalu lintas udara telah berkontak dengan pilot pesawat sesaat sebelum menukik.
Situs pelacakan penerbangan FlightRadar24 menunjukkan pesawat tersebut melaju pada ketinggian 9.000 meter. Namun, dua menit dan 15 menit kemudian, dia terjun ke ketinggian 2.700 meter.
Data pada radar memperlihatkan pesawat mencapai kecepatan menurun maksimum sebesar 31.000 kaki per menit—atau 157 meter per detik.
"Kecepatan itu bukan main berlebih dan bukan sesuatu yang biasanya kami lihat dalam penerbangan apapun. Pesawat tersebut hampir tegak lurus," kata Dr Sonya Brown, pakar penerbangan dari Universitas New South Wales.
Pada ketinggian sekitar 7.000-8.000 kaki dari permukaan tanah, data menunjukkan ada sedikit gerakan naik. Namun, pesawat terus melaju dengan kecepatan luar biasa tinggi hingga jatuh.
Dua teori pertama
"Sangat tidak konvensional bagi sebuah pesawat yang sedang melaju tenang, kemudian tiba-tiba menukik seperti ini." jelas Dr Brown.
Menurutnya, sulit menentukan penyebabnya. Namun, "terdapat dua aliran pemikiran—dan saya tidak yakin yang mana saat ini".
Teori pertama adalah "kegagalan malapetaka" pada bagian ekor horizontal pesawat—bagian yang menstabilkan pesawat dan menyejajarkannya sesuai arah pergerakan pesawat.
Bagian ini bisa menyebabkan pesawat terjungkir. "Penyebabnya bisa karena suatu bagian mekanis, misalnya penstabil arah," paparnya.
Teori kedua, yang banyak diulas para pakar, adalah sabotase.
"Sayangnya kita pernah melihat hal seperti ini sebelumnya dalam industri penerbangan," kata Dr Brown.
Dia mencontohkan insiden pesawat Germanwings nomor penerbangan 9525 yang jatuh pada 2015 lalu karena kopilot sengaja menabrakkan pesawat Airbus berisi 150 orang ke pegunungan Alpen di Prancis.
Seluruh orang di dalam pesawat meninggal dunia.
Bedanya dengan kejadian China Eastern Airlines, pesawat Germanwings menukik dengan kecepatan rata-rata 3.000-4.000 kaki per menit. Adapun pesawat China Eastern Airlines menukik dengan kecepatan 31.000 kaki per menit—atau 157 meter per detik.
"Jadi ini skenario yang sangat berbeda signifikan—benar-benar ekstrem," tutur Dr Brown.
Dia menjelaskan, pesawat dirancang untuk melayang.
"Pesawat tidak dirancang untuk terjungkir dan menukik. Kalaupun semua mesin mati, pesawat mungkin akan melambat sedikit, tapi kemudian akan melayang."
"Jadi dalam konteks kegagalan mekanis, ini pasti bakal seputar pitch control yang berada di sekitar ekor horizontal … jadi mestinya ada sesuatu yang memaksa pesawat menukik."
Apa yang kami ketahui soal pilot?
Saat kejadian, ada tiga pilot di dalam pesawat, ungkap para petinggi maskapai China Eastern pada Rabu (23/03). Salah satu di antara ketiga pilot itu ada di pesawat untuk mengamati demi memperkaya pengalaman.
Kapten pilot mengantongi jam terbang sebanyak 6.709. Adapun asisten pertama dan kedua masing-masing punya 31.769 jam dan 556 jam.
"Dari yang kami ketahui, performa ketiga pilot bagus dan kehidupan keluarga mereka relatif baik," kata juru bicara maskapai, Shangguan Xuemin.
Dia memastikan bahwa biasanya pihak maskapai menugaskan dua pilot untuk penerbangan jarak pendek, sebagaimana lazimnya dalam industri pesawat komersial.
Pada Kamis (24/03), beberapa media China mulai merilis nama-nama pilot dan keluarga mereka. Rincian ini belum dikonfirmasi oleh pihak maskapai maupun pemerintah.
Apa yang bisa dijabarkan oleh kedua kotak hitam?
Pada Rabu (23/03), aparat China telah mengirim rekaman suara kokpit ke sebuah laboratorium di Beijing agar isi data bisa diungkap secepatnya.
Kotak hitam pertama yang ditemukan dalam keadaan penyok akibat hantaman, namun data di dalamnya tampak stabil, menurut para pejabat.
"Jika pesawat ini diturunkan secara sengaja, [kotak hitam] itu akan sangat membantu karena merekam setiap suara di dalam kokpit—apa yang mereka katakan, kalau ada orang yang mendobrak masuk ke kokpit, atau jika alarm menyala," papar Dr Brown.
Kotak hitam lainnya, perekam data penerbangan, belum ditemukan. Data yang disimpan mencakup informasi mengenai pengaturan kendali, data udara, dan faktor-faktor lain yang bisa mengungkap rincian mekanis.
Apa yang terjadi sekarang?
Para penyelidik China telah mengundang sejumlah pakar penerbangan dari AS untuk ikut serta dalam investigasi, mengingat pesawat Boeing dibuat di AS.
Sementara itu, lebih dari 600 petugas dan relawan terus menyisir kawasan pegunungan dekat Wuzhou, sembari berjibaku dengan cuaca hujan yang melanda.
Sejauh ini belum ada tanda-tanda penyintas dan sisa-sisa jenazah telah ditemukan. Pemerintah China masih belum kunjung merilis jumlah korban meninggal.
China Eastern Airlines mengatakan menawarkan bantuan kepada 110 keluarga yang "menderita akibat kehilangan".
Para keluarga penumpang telah tiba di Bandara Guangzhou sehari setelah insiden. Beberapa berbicara singkat dengan media setempat, lainnya mengutarakan kedukaan di media sosial.
Di samping mengerahkan tim SAR, pemerintah China kini menerapkan audit keselamatan selama dua pekan terhadap semua pesawat.
China Eastern dan dua anak perusahaannya telah mengandangkan pesawat Boeing 737-800 sebagai tindakan pencegahan.