Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Polemik Jokowi Diutus Pemerintah Indonesia Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus
26 April 2025 8:40 WIB
Polemik Jokowi Diutus Pemerintah Indonesia Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus

Langkah pemerintah Indonesia mengutus mantan presiden Joko Widodo mewakili Indonesia dalam pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan menyulut kontroversi di media sosial, dengan sebagian di antaranya mempertanyakan relevansi penunjukkannya.
Namun, pengamat hubungan internasional dan mantan diplomat senior Indonesia menganggap penunjukan Jokowi ini "sudah pantas" dan "wajar".
"Dia [Presiden Prabowo Subianto] menunjuk utusan yang dianggap dekat dengan beliau. Kalau kita lihat mungkin [dianggap berjasa] di dalam proses kampanye dan sebagainya," ujar Makarim Wibisono, mantan diplomat senior Indonesia, pada Jumat (25/04).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, menyatakan pemerintah Indonesia akan mengirimkan utusan khusus untuk menghadiri pemakamam Paus Fransiskus yang akan digelar pada Sabtu, 26 April 2025, pukul 10.00 waktu setempat di Vatikan.
Sugiono mengatakan tim delegasi yang terdiri dari Presiden Indonesia ke-7, Joko Widodo, serta Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono dan mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan—yang bertugas sebagai ketua panitia penyambutan saat kunjungan Paus Fransiskus di Jakarta pada September silam—serta Menteri Hak Asasi Natalius Pigai.
Baik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Keuskupan Agung Jakarta mengapresiasi pengiriman perwakilan ini. Namun keduanya menyatakan tidak terlibat dalam pemilihan perwakilan dan pengoordinasian kunjungan tersebut.
'Entah ada di mana relevansinya?'
Rencana Joko Widodo mewakili pemerintah Indonesia mendapat respons pro dan kontra dari publik Indonesia.
Alvina, umat Katolik yang menghadiri Misa Arwah untuk menghormati Paus Fransiskus di Gereja Katedral, Jakarta, pada Kamis (24/04), mengatakan "alangkah lebih baik" jika yang hadir ke pemakaman Paus Fransiskus adalah bagian dari pemerintahan saat ini.
"Jadi misalnya kalau Bapak Presiden Prabowo Subianto atau Bapak Wakil [Presiden] Gibran, tidak bisa hadir, mungkin bisa diwakili menteri-menterinya, misalnya menteri agama atau jajaran [pemerintahan] Bapak Prabowo yang lain," jelas Alvina kepada wartawan BBC News Indonesia, Silvano Hajid, pada Kamis (24/04).
"Kalau misalnya mantan presiden [yang datang] mungkin bisa saja [jadi] bentuk solidaritas dan toleransi beragama. Tapi alangkah baiknya [yang datang] jajaran dari pemerintahan saat ini," tambah perempuan berusia 23 tahun tersebut.
Sementara itu, Amanda, umat Katolik lainnnya yang ditemui BBC News Indonesia dalam kesempatan tersebut mengaku "tidak masalah" dengan "siapa pun yang datang dalam pemakaman Paus Fransiskus.
"Mungkin Pak Jokowi yang datang ke sana karena Pak Jokowi yang pernah bertemu dengan Bapa [Paus] Fransiskus] waktu beliau datang ke Jakarta," jelas Amanda.
Di media sosial, pengutusan Jokowi sebagai perwakilan Indonesia, menuai komentar negatif warganet, dengan sebagian dari mereka menanyakan relevansimya.
Seperti diutarakan oleh salah satu pengguna X—dulu bernama Twitter—@grlhn.
"Di Indonesia ada beberapa Uskup yang bisa dipilih untuk mewakii Prabowo di pemakaman Sri Paus. Tapi yang dipilih adalah Jokowi. Entah ada di mana relevansinya?"
Sementara, akun @ardisatriawan mencuit: "Wapres ga bisa hadir, terus digantikan wali muridnya?"
Pernyataan "wali murid" ini merujuk pada Joko Widodo sebagai ayah dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Adapun, akun @kkmanti juga menanyakan hal yang seraya membandingkan agama yang dianut anggota "delegasi" yang lain.
Penunjukkan Jokowi sebagai delegasi Indonesia adalah kesekian penampilan manten presiden tersebut menarik perhatian publik, di tengah isu "Matahari Kembar"—merujuk pada sosok Jokowi yang masih kerap "cawe-cawe" dalam pemerintahan Prabowo Subianto.
Setelah tak lagi menjabat, Jokowi belakangan masih kerap menerima kunjungan sejumlah menteri, tokoh partai politik, hingga calon perwira menengah polisi di kediamannya.
Akun @txtfromIR di antaranya juga menulis, "Pejabat bukan, umat Katolik juga bukan. Dari sini kita justru mempertanyakan apa motif Presiden Prabowo menyarankan nama Jokowi untuk Vatikan.
Wakil Ketua Komisi II DPR RI yang juga Politikus PDI Perjuangan, Aria Bima, pun mempertanyakan keputusan pemilihan Joko Widodo sebagai perwakilan.
"Nah, saya mempertanyakan kenapa nggak Wakil Presiden yang berangkat itu loh," kata dia seperti dikutip dari detik.com.
Sementara Direktur Eksekutif PARA Syndicate, Virdika Rizky, bilang dengan mengutus Jokowi, figur yang dipertanyakan integritas moral dan etikanya di ruang publik, "Prabowo seolah mengabaikan suasana kebatinan umat Katolik sendiri", seperti dikutip dari Tempo.co.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Rolliansyah Soemirat menyebut bahwa sebenarnya tidak ada undangan khusus yang dikeluarkan Vatikan untuk prosesi pemakaman.
"Namun mereka membuka diri bagi negara-negara yang akan mengirimkan wakil tingkat tinggi untuk hadir dalam pemakaman," kata dia.
Rolliansyah mengamini bahwa Presiden Prabowo telah meminta kesediaan mantan presiden Joko Widodo untuk hadir.
Namun dia enggan menjawab pertanyaan wartawan mengenai alasan pemilihan nama-nama ini sebagai perwakilan.
Selanjutnya katanya, proses akan berlanjut ke pihak Gereja Vatikan.
"Ini diserahkan kembali kepada pihak gereja vatikan yang akan menentukan berapa delegasi yang dapat hadir."
Baca juga:
"[Pengiriman perwakilan] Ini dapat dilihat sebagai kesiapan dan keinginan rakyat Indonesia, lewat perwakilannya, untuk hadir menghormati peran dan jasa Paus Fransiskus," tutup Rolliansyah.
Sementara itu, Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, bilang dirinya tak akan hadir dalam acara pemakaman Paus sebab dirinya akan ada di Vatikan untuk mengikuti acara pemilihan Paus baru atau konklaf.
"Nanti tanggal 4 Mei saya akan berangkat mengikuti konklaf di Vatikan," kata Suharyo di Gereja Katedral, Kamis (24/04).
"Konklaf sendiri baru bisa 15 hari sesudah berpulangnya Paus. Jadi paling cepat nanti konklaf mulai pada 6 Mei," tambahnya.
Suharyo menjelaskan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Uskup Antonius Subianto Bunjamin akan menghadiri pemakaman Paus.
'Pantas' dan 'wajar'
Keputusan Presiden Prabowo yang menunjuk Jokowi menghadiri pemakaman Paus Fransiskus menurut pengamat hubungan internasional Hikmahanto Juwana sudah cukup pantas.
"Selain masalah emosional [karena Joko Widodo menerima Paus Fransiskus saat berkunjung ke Jakarta] juga yang dipilih adalah orang yang mempunyai kedudukan yang cukup tinggi dan terhormatlah, yaitu seorang presiden, walaupun mantan, gitu kan," jelas Hikmahanto.
Sementara itu pengamat lainnya, Makarim Wibisono juga menganggap figur Joko Widodo punya level representasi yang cukup pas.
Dia juga menganggap penunjukan Joko Widodo oleh Presiden Prabowo sebagai hal yang wajar karena dianggap cukup dekat dan berjasa secara pribadi.
"Dia [Presiden Prabowo] menunjuk utusan yang dianggap dekat dengan beliau. Kalau kita lihat mungkin [dianggap berjasa] di dalam proses kampanye dan sebagainya," ujar Makarim.
"Mungkin beliau merasa Pak Joko Widodo membantu beliau dalam prosesnya, dan beliau merasa dekat," tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Paulus Christian Siswantoko, penunjukan Joko Widodo untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus ada hubungannya dengan kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia yang terjadi pada masa pemerintahan Joko Widodo.
"[Penunjukan perwakilan] tentu ini kan hak prerogatifnya presiden, itu haknya beliau," tegas Paulus.
"Hanya saja, kalau yang menunjukkan Pak Joko Widodo itu pasti karena ada hubungannya juga dengan tahun lalu kan Bapa Suci datang ke Indonesia. Yang menerima itu kan masih Pak Joko Widodo sebagai presiden," jelas Paulus.
Penunjukan ini, kata Paulus, juga harus dianggap sebagai perkara kemanusiaan dan bisa dipisahkan dari urusan politik.
Oleh karena itu, menurutnya, kontroversi penunjukan Jokowi sebagai perwakilan presiden adalah sesuatu yang tidak tepat.
"Ini harus dipisahkan dari muatan politik. Ini kan masalah kemanusiaan, masalah kedukaan, dan juga masalah persaudaraan antara negara Indonesia dengan negara Vatikan."
Baca juga:
Justru, menurut Paulus, penunjukan Jokowi, yang merupakan umat Muslim, menegaskan ajaran toleransi yang selama ini diajarkan Paus Fransiskus.
"Menurut saya justru menjadi kebanggaan bagi kami bahwa, 'Oh ternyata Bapak Paus Fransuskus itu diterima oleh semua kalangan'."
"Di antaranya adalah contohnya adalah, "Ini loh, Indonesia yang mayoritas beragama Islam mengutus mantan presiden yang juga beragama Islam untuk mewakili presiden menghadiri pemakaman di Vatikan'. Menurut saya ini malah pesan toleransinya sangat tinggi."
Para perwakilan negara dan tokoh-tokoh penting lainnya akan menghadiri Misa Pemakaman atau Misa Requiem yang akan dilangsungkan pada Sabtu 26 April pukul 10 waktu setempat.
"Setelah Misa Requiem selesai pasti ada upacara pemberangkatan jenazah dari Basilika Santo Petrus menuju ke Basilika Maria Maggiore. Nah apakah para tamu akan mengikuti sampai ke pemakaman di Basilika Maria Maggiore, itu saya tidak tahu."
Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta, V. Adi Prasojo, juga mengapresiasi keputusan in.
"Di level diplomatik, saya kira Indonesia sangat menghargai Vatikan. Sekurang-kurangnya [dengan] mengirim Presiden ketujuh [Joko Widodo]. Meskipun bukan Presiden de facto, tapi levelnya kurang lebih sama."
Apakah Presiden Indonesia sebelumnya pernah hadir dalam prosesi pemakaman Paus?
Belum pernah sebelumnya, presiden Indonesia hadir dalam upacara pemakaman Paus.
Pada pemakaman Paus Yohanes Paulus II yang berlangsung pada 2005, pemerintah Indonesia mengirimkan delegasi resmi setingkat menteri yang terdiri dari Alwi Shihab (Menko Kesejahteraan Rakyat), Maftuh Basyuni (Menteri Agama), dan Freddy Numberi (Menteri Perikanan dan Kelautan).
Pada saat Paus Benediktus XVI dimakamkan, pada Januari 2023, pemerintah Indonesia tidak mengirimkan perwakilan resmi.
Presiden ke-7 Joko Widodo akan jadi presiden pertama yang datang dalam prosesi pemakaman paus—meski tidak lagi menjabat.
Siapa saja yang akan hadir dalam pemakaman?
Ratusan ribu orang diperkirakan akan hadir dalam prosesi pemakaman Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, pada Sabtu
Termasuk di antara mereka adalah warga biasa, umat dan tokoh-tokoh katolik, serta para pemimpin dunia.
Beberapa pemimpin negara dan tokoh kerajaan yang memastikan kehadirannya antara lain dipastikan Perdana Menteri UK Sir Keir Starmer, Pangeran William, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Raja Spanyol Raja Felipe VI dan Ratu Letizia, serta Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva.
Presiden AS Donald Trump—yang sempat berseteru dengan Paus Fransiskus pada 2016 saat meluncurkan kebijakan pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko—juga akan hadir seperti dikatakannya lewatu unggahan di media sosialnya, Truth Sosial.
Dari negara tetangga, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr juga akan hadir. Sekitar 80% rakyat Filipina menganut agama Katolik Roma.
Nama-nama lain yang hadir antara lain:
Di mana Paus Fransiskus akan dimakamkan?
Sejak 2015, Paus Fransiskus telah mengungkapkan keinginannya untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, gereja dari abad kelima yang didedikasikan untuk Perawan Maria.
Perawan Maria adalah sosok penting dalam agama Katolik.
Ini menjadi keputusan historik karena tak ada satu paus pun yang dimakamkan di sini sejak abad ke-17.
Kebanyakan, para paus dimakamkan di Basilika Santo Petrus atau katakombe bawah tanah Vatikan.
Dalam wasiat terakhirnya, Paus Fransiskus meminta untuk dimakamkan secara sederhana, "di bumi, sederhana, tanpa dekorasi khusus" dengan inskripsi nama paus yang dipilihnya: Fransiskus.
Basilika Santa Maria Maggiore terletak sekitar 4 kilometer dari Vatikan dan memiliki kedudukan istimewa bagi Paus Fransiskus karena kesetiaannya pada Perawan Maria.
Setiap kali pulang setelah kunjungan dari luar negeri dia pasti akan mampir untuk berdoa di gereja ini.