Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Polisi Belanda Gunakan Hologram untuk Ungkap Kasus Pembunuhan Pekerja Seks di Amsterdam
16 November 2024 11:00 WIB
Polisi Belanda Gunakan Hologram untuk Ungkap Kasus Pembunuhan Pekerja Seks di Amsterdam
Hologram seorang pekerja seks muda muncul di kawasan prostitusi Amsterdam, Belanda, dikenal dengan Distrik Red Light.
Ia mengenakan celana pendek denim yang sudah pudar, bra bermotif macan tutul, serta tato mirip ular yang meliuk-meliuk di perut dan dadanya.
Sosok gambar yang dihasilkan komputer 3D itu berhasil menarik perhatian orang-orang karena terasa nyata saat dia mengetuk-ngetuk jendela, mencondongkan tubuhnya ke depan, dan bernapas di kaca sembari menulis kata "tolong".
Hologram ini dirancang untuk menggambarkan sosok Bernadette "Betty" Szabo, seorang perempuan berusia 19 tahun dari Hungaria yang dibunuh beberapa bulan setelah melahirkan pada 2009.
Penusukan yang berakibat fatal tersebut membuat bingung polisi selama 15 tahun. Detektif yang menangani kasus-kasus lama di Belanda menggunakan teknologi inovatif ini untuk pertama kalinya dalam upaya memecahkan kasus tersebut.
Gambar remaja yang dibunuh itu diproyeksikan dari balik jendela, bersama ratusan perempuan muda yang terus mencari nafkah di industri yang terkenal berisiko ini.
Para penyelidik berharap hologram yang tampak nyata tersebut akan membantu membangkitkan ingatan serta menarik perhatian orang-orang atas insiden pembunuhan yang belum terpecahkan ini.
Detektif yang menangani kasus-kasus lawas, Anne Dreijer-Heemskerk, bertekad menangkap pelaku pembunuhan tersebut: "Seorang perempuan muda, baru berusia 19 tahun, kehidupannya dirampas dengan cara mengerikan."
Betty menjalani kehidupan yang sulit dan kisahnya tak lepas dari kesengsaraan dan keteguhan, kata detektif itu.
Dia pindah ke Amsterdam pada usia 18 tahun dan setahun kemudian hamil. Ia selalu bekerja di masa kehamilannya dan kembali bekerja tak lama setelah putranya lahir.
Pada 19 Februari 2009 dini hari, dua pekerja seks pergi untuk mengecek keberadaan ibu muda itu saat sedang istirahat, setelah menyadari musik yang biasa diputar Betty tak terdengar.
Ketika keduanya masuk rumah bordil yang tak seberapa besar dengan tempat tidur dilapisi plastik, meja rias, dan wastafel, mereka menemukan jasadnya tergeletak.
Dia dibunuh tiga bulan setelah melahirkan, menjadi korban serangan pisau yang brutal.
Bayinya ditempatkan di panti asuhan dan tidak pernah mengenal ibunya—fakta yang memotivasi para detektif.
Meskipun polisi segera melakukan penyelidikan atas pembunuhan tersebut, pelakunya tak pernah ditemukan. Mereka menyisir rekaman CCTV dan menanyai saksi-saksi kunci, namun nihil.
Mayoritas orang yang memperhatikan perempuan berpakaian minim di balik jendela neon merah adalah wisatawan. Polisi menduga pelakunya berasal dari luar negeri.
Kini mereka berharap orang-orang yang mungkin pernah mengunjungi Amsterdam untuk mengingat kembali dan bersedia menjadi saksi, dengan iming-iming imbalan hadiah Rp500 juta lebih.
Saat pemerintah kota Amsterdam masih memperdebatkan rencana kontroversial untuk merelokasi rumah bordil Betty ke luar kota, hologram Betty Szabo menawarkan pengingat yang menyentuh tentang kerentanan pekerja seks di area yang berbahaya meskipun telah dilakukan berbagai tindakan pengamanan.
Pekerja seks telah menyuarakan kekhawatiran mereka bahwa menyingkirkan para perempuan yang menjajakan seks dari pandangan publik bisa membuat mereka menghadapi bahaya yang jauh lebih besar.
Fakta bahwa kejahatan dan kekerasan seperti itu dapat terjadi di salah satu tempat hiburan malam tersibuk di Belanda tanpa adanya saksi terus membingungkan para penyelidik.
Di distrik lampu merah, tempat bersejarah Betty pernah tinggal dan bekerja, kehadiran hologram pekerja seks muda itu mengingatkan orang yang lewat bahwa kasusnya belum terpecahkan.