Konten Media Partner

Protes Mahasiswa Guncang Posisi Sheikh Hasina di Bangladesh

23 Juli 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina.
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina.
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selama 16 tahun, Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina Wazed, telah berupaya mengeluarkan Bangladesh dari kemiskinan. Ada yang mengatakan, kemajuan besar Bangladesh adalah karena Sheikh Hasina. Ada juga yang berpikir kemajuan itu terjadi walau pemerintah Bangladesh semakin terpusat pada perempuan itu.
Akan tetapi, posisi Sheikh Hasina tidak pernah goyah seperti sekarang.
Sejak awal Juli, rangkaian aksi protes mahasiswa telah menyebabkan kerusuhan besar-besaran, pertumpahan darah, dan kekacauan di seantero Bangladesh.

Akankah protes mahasiswa menjatuhkan pemerintah Bangladesh?

Dikenal sebagai orang yang tenang namun tegas, Sheikh Hasina adalah putri presiden pendiri Bangladesh. Dia telah melewati banyak krisis dan upaya pembunuhan terhadap dirinya.
Selama masa jabatannya, pemerintah Bangladesh diguncang pemberontakan pasukan paramiliter yang menewaskan 57 perwira militer, tiga pemilihan umum kontroversial yang dikritik keras oleh komunitas internasional, tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, serta aksi protes faksi oposisi.
Namun, saat ini dia menghadapi tantangan paling serius dalam karier politiknya karena rangkaian protes mahasiswa tidak mereda dan partai-partai oposisi berkumpul di belakang aksi mahasiswa.
Para demonstran Bangladesh awalnya memprotes reformasi kuota yang mencadangkan sepertiga dari seluruh jabatan pegawai negeri sipil untuk anak-anak pejuang yang berpartisipasi dalam gerakan kemerdekaan pada 1971.
Demonstrasi reformasi kuota dimulai secara damai pada 1 Juli setelah Pengadilan Tinggi memberlakukan kembali kuota pekerjaan yang mencadangkan sepertiga dari seluruh jabatan pegawai negeri untuk anak-anak pejuang yang berpartisipasi dalam gerakan kemerdekaan pada 1971.
Namun demonstrasi tersebut tiba-tiba berubah menjadi aksi kekerasan, setelah PM Sheikh Hasina melontarkan komentar yang menghina para pengunjuk rasa.
Lebih dari 100 orang–sebagian besar pelajar muda–tewas, sebagian besar akibat tindakan keras aparat keamanan pemerintah.
Pada Minggu (21/07), Mahkamah Agung Bangladesh membatalkan keputusan Pengadilan Tinggi yang menerapkan kembali sistem kuota PNS. Hal yang sama juga dimohonkan oleh Jaksa Agung, mewakili pemerintah di Pengadilan Tinggi. Ini mengindikasikan bahwa pemerintah Bangladesh ingin menutup permasalahan ini.
Meski demikian, belum ada tanda-tanda demonstrasi mereda.

'Krisis yang selama ini terpendam'

Dr Mubashar Hasan dari Universitas Oslo, yang telah banyak meneliti otoritarianisme di Asia, percaya bahwa hal ini bukanlah perkembangan yang terjadi dalam semalam, melainkan sebuah "situasi yang selama ini terpendam dan siap meledak".
Dr Hasan mengatakan kepada BBC Bangla: “Ingat, di sini kita berbicara tentang sebuah negara yang Indeks Kebebasan Pers-nya bahkan berada di bawah Rusia."
Seorang pria berjalan melewati kendaraan rusak yang dibakar saat bentrokan menyusul protes mahasiswa terhadap kuota PNS, di Dhaka, Bangladesh, 21 Juli 2024.
Dr Hasan sama sekali tidak terkejut dengan kejadian yang terjadi selama seminggu terakhir.
Politisasi berlebihan terhadap semangat perang pembebasan yang dilakukan oleh Syekh Hasina dan partainya, penolakan hak pilih warga negara dari tahun ke tahun, dan sifat diktator rezimnya telah membuat marah sebagian besar masyarakat.
“Sayangnya, dia tidak pernah menjadi Perdana Menteri untuk semua orang di negara ini; sebaliknya, dia hanya menjadi pemimpin satu kelompok saja.”

Bisakah pemerintahan Sheikh Hasina bertahan?

Belum jelas apakah keputusan pengadilan akan cukup untuk meredakan kerusuhan yang sedang berlangsung.
Mahasiswa kini menginginkan keadilan bagi puluhan rekan mereka yang gugur. Itu artinya, sejumlah anggota polisi dan pekerja partai yang berkuasa harus diadili.
Nahid Islam adalah salah satu tokoh kunci dalam gerakan protes ini dan berbicara secara eksklusif kepada BBC setelah pembebasannya. Meskipun ia bukan satu-satunya pemimpin gerakan ini, ia merupakan salah satu pemimpin yang paling menonjol.
Dia menyatakan: “Belum diputuskan apakah kami akan melanjutkan gerakan kami di tengah situasi jam malam ini.”
Riva Ganguly Das, mantan utusan India di Dhaka dan pensiunan diplomat senior, mengakui situasi di Bangladesh "dapat dikatakan membingungkan".
Dia mengatakan kepada BBC Bangla: "Saya tidak percaya pemerintahan Sheikh Hasina terguncang. Beberapa hari yang lalu, dia sendiri menyatakan bahwa kita harus menunggu keputusan pengadilan.
“Sekarang Mahkamah Agung telah mengeluarkan putusannya, yang intinya mereformasi sistem kuota sekali lagi sehingga tidak ada lagi alasan bagi mahasiswa untuk melanjutkan protesnya.
"Saya memperkirakan mereka akan kembali ke ruang kelas mereka, dan keadaan kemungkinan akan kembali normal dalam beberapa hari."
Analis lain, dan ketua Departemen Gangguan Komunikasi Universitas Dhaka, Sharmin Ahmed, memperingatkan bahwa jika solusi tidak segera tercapai, gerakan saat ini–yang ia sebut “rasional”–dapat dibajak oleh kelompok anarkis, sehingga menyebabkan ketidakstabilan yang lebih besar.
Anggota Angkatan Darat Bangladesh terlihat bertugas pada hari kedua jam malam, ketika kekerasan pecah di beberapa bagian negara itu menyusul protes mahasiswa terhadap kuota pekerjaan pemerintah, di Dhaka, Bangladesh, 21 Juli 2024.
Negara tetangga, India, yang dipandang secara internasional sebagai pendukung terkuat rezim Sheikh Hasina selama lebih dari satu setengah dekade, memantau situasi di seberang perbatasan.
Pada Jumat (19/07), ketika ditanya tentang perkembangan di Bangladesh, juru bicara Kementerian Luar Negeri India mengatakan: “Kami menganggap ini adalah masalah internal negara tersebut.”
Namun, ia kemudian mengakui bahwa Menteri Luar Negeri India, Dr S Jaishankar, secara pribadi memantau situasi tersebut, yang menunjukkan bahwa India tidak bisa berdiri jauh dari perkembangan yang mengkhawatirkan di kawasan sekitar.
Delhi belum menjelaskan sejauh mana pihaknya akan memberikan bantuan kepada Sheikh Hasina jika krisis yang menimpa pemerintahannya itu semakin parah.
Perdana Menteri Hasina dengan Perdana Menteri India Modi pada bulan Juni 2024. India adalah pendukung utama pemerintahan Hasina dan mengawasi dengan cermat.
Anggota Angkatan Darat Bangladesh memberi isyarat saat mereka berpatroli dengan kendaraan lapis baja pada hari kedua jam malam.

Bagaimana awal mula protes terjadi?

Analis politik yakin kesalahan langkah politik yang dilakukan Sheikh Hasina memperburuk situasi.
Dalam konferensi pers pekan lalu, ia membingkai gerakan reformasi kuota dalam dikotomi kekuatan pro-pembebasan dan anti-pembebasan. Ini adalah narasi yang dimanfaatkan partainya untuk mendapatkan pengaruh politik selama dekade terakhir.
Ia menyatakan: "Jika cucu para pejuang kemerdekaan tidak mendapat kuota, apakah cucu Razakars (kolaborator Pakistan) harus mendapat kuota? Itu pertanyaan saya."
Dalam beberapa jam, mahasiswa di berbagai kampus mulai memprotes komentar sang perdana menteri.
Polisi dan pasukan keamanan elite merespons dengan kekerasan dan faksi mahasiswa dari partai yang berkuasa juga ikut serta dalam serangan tersebut, sehingga memperburuk situasi.
Dalam 72 jam berikutnya, terjadi bentrokan yang disertai kekerasan, pembakaran gedung televisi nasional, pembobolan penjara yang menyebabkan ratusan tahanan melarikan diri, dan lebih dari seratus kematian.
Ini merupakan ujian besar bagi Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Para mahasiswa Bangladesh dari lembaga pendidikan negeri dan swasta telah berhasil mengguncang perempuan paling berkuasa di negara ini dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.