Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Rahasia Maroko Masuk Semifinal dan Mengapa Disebut Kebangkitan Sepak Bola Afrika
12 Desember 2022 8:25 WIB
ยท
waktu baca 4 menitKeberhasilan Maroko menjadi tim Afrika pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia bisa "membangkitkan" gairah sepak bola di benua tersebut, kata salah satu pejabat di induk sepak bola Afrika.
Singa Atlas - julukan Timnas Maroko - telah mengukir sejarah dengan mengalahkan Portugal 1-0 pada Sabtu kemarin, dan bakal menghadapi juara Piala Dunia 2018, Prancis, dalam laga empat besar di Stadion Al Bayt, pada Rabu (19:00 GMT).
Namun, Veron Mosengo-Omba, sekretaris jenderal Konfederasi Sepak bola Afrika (Caf) mengatakan perlu lebih banyak investasi dan sumber daya bagi negara-negara di Afrika untuk bisa menyamai Maroko.
"Maroko membuktikan bahwa memungkinkan bagi Afrika untuk mengirim lebih banyak negara di semifinal bahkan final Piala Dunia," kata Mosengo-Omba kepada BBC Sport Afrika.
"Pencapaian Maroko, tentu saja, akan membangkitkan semangat seluruh benua Afrika. Tapi membangkitkan semangat dan memimpikan saja tidak cukup untuk menumbuhkan [permainan] dan membuat sepak bola Afrika lebih kompetitif untuk memenangkan Piala Dunia.
"Perlu aksi nyata dan upaya jangka panjang."
Meskipun skuad Maroko berisi sejumlah pemain yang lahir di luar negeri, tapi sebagian besar keberhasilan mereka berasal dari dukungan besar - baik sisi emosional maupun keuangan - dari federasi sepak bola Maroko (FMRF).
FMRF berinvestasi dalam jumlah besar kepada timnas Maroko. Bahkan, federasi itu secara khusus mengalokasikan Rp312 miliar ($20 juta) kepada timnas sepak bola perempuan selama periode empat tahun belakangan. Ini merupakan contoh dukungan konkret FMRF untuk kemajuan sepak bola negaranya.
Dukungan itu membantu timnas sepak bola perempuan Maroko mencapai laga final Piala Afrika serta lolos kualifikasi Piala Dunia Sepak bola Perempuan awal tahun ini. Timnas putra juga disokong dengan fasilitas lengkap di kompleks pelatihan Mohamed VI yang tak tertandingi di benua tersebut.
"Maroko adalah contoh untuk ditiru," tambah Mosengo-Omba.
"Pemerintah dan federasi bekerja bahu membahu dalam pengembangan infrastruktur sepak bola dan program pelatihan.
"Selain itu, Caf dan anggotanya juga harus terus meningkatkan praktik tata kelola pemerintahan yang baik untuk menerapkan niat yang baik."
'Untuk pertama kali, saya menangis di pertandingan'
Sebelum Piala Dunia di Qatar, hanya Kamerun (1990), Senegal (2002) dan Ghana (2010) yang mampu melangkah setidaknya sampai babak perempat final. Tapi kemenangan Maroko di Stadion Al Thumama telah mengubah sejarah itu.
Pelatih timnas Maroko, Walid Regragui, yang baru menduduki posisi pelatih pada Agustus, mengatakan kepercayaan diri merupakan faktor penting dalam perjalanan anak asuhnya mencapai posisi empat besar.
Timnas Maroko lolos dari grup yang berisikan tim besar yaitu peringkat kedua dunia Belgia dan Kroasia yang menjadi runner-up Piala Dunia 2018. Di babak 16 besar, Maroko menekuk juara Piala Dunia 2010, Spanyol.
"Semua orang mengira kami akan tersingkir di babak pertama," kata pria 47 tahun itu.
"Apa yang saya katakan kepada para pemain bahwa kita punya pemain elite - [Hakim] Ziyech di Chelsea, [Noussair] Mazraoui di Bayern, [Achraf] Hakimi di Paris St-Germain.
"Kami memiliki pemain-pemain di klub top, dan kami memiliki tim yang dapat menang di pertandingan Piala Dunia, dan itulah yang saya coba untuk sampaikan kepada tim. Kami harus percaya diri, tampil, dan memberikan segalanya tanpa penyesalan - dan mereka percaya pada saya.
"'Kamu ke Piala Dunia bukan hanya untuk bermain sampai tiga pertandingan'. Pesan saya ini diteruskan ke tim, negara saya dan sekarang ke benua Afrika."
Sementara itu, Regragui mengaku ia diliputi emosi usai kemenangan melawan Portugal.
"Menurut saya ini pertama kalinya saya menangis dalam sebuah pertandingan," kata mantan bek yang 45 kali membela timnas Maroko.
"Saya berusaha untuk mengendalikan emosi, karena saya harus menunjukkan contoh pada tim sana, dan menunjukkan bahwa secara mental saya kuat.
"Bagaimana pun, saya adalah pelatih. Tapi terkadang, terlalu banyak [emosi] ketika kami mencapai semi-final Piala Dunia. Terkadang emosi meluap begitu saja.
"Saya akan berbohong jika saya mengatakan bahwa sejak semula saya benar-benar berpikir kami akan mencapai ke semi-final. Saya tak bisa menahan air mata ini tumpah."
Tambahan reportase oleh Rob Stevens.