Konten Media Partner

Rahasia Pemilihan Pengganti Paus Fransiskus yang Terungkap dalam Film 'Conclave'

3 Mei 2025 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Rahasia Pemilihan Pengganti Paus Fransiskus yang Terungkap dalam Film 'Conclave'

Patung Santo Petrus dan para kardinal dalam upacara pemakaman Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus di Vatikan pada 26 April 2025.
zoom-in-whitePerbesar
Patung Santo Petrus dan para kardinal dalam upacara pemakaman Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus di Vatikan pada 26 April 2025.
Conclave, film laris rilisan 2024 yang meraih anugrah Piala Oscar, berkisah tentang pemilihan orang nomor satu di Gereja Katolik Roma yang berlangsung tanpa calon favorit.
Bagi banyak orang, film ini memberikan gambaran sekilas tentang dinamika internal Vatikan yang jarang terungkap di publik. Film ini juga menceritakan proses yang sangat rahasia dalam memilih seorang paus.
Pada 7 Mei mendatang, kehidupan nyata seolah mengikuti cerita fiksi dalam film ini.
Pada hari itu, 134 kardinal akan memulai proses pemilihan untuk menentukan pengganti Paus Fransiskus.
Seperti yang diketahui para penonton film ini, proses yang biasa disebut dengan istilah konklaf itu akan berlangsung di balik pintu tertutup Kapel Sistina.
Para kardinal bakal duduk di bawah lukisan dinding Michelangelo yang terkenal di dunia.
Setelah proses pemilihan itu selesai, tidak akan ada seorang di luar batas Vatikan yang akan mengetahui paus yang terpilih, sampai kepulan asap putih mengepul dari cerobong kapel.
Asap putih itulah penanda bahwa Gereja Katolik Roma telah memiliki pemimpin baru.
Namun, apa yang diceritakan film ini tentang proses konklaf? Mengapa banyak orang menganggap proses pemilihan paus begitu menarik?

'Tanggung jawab yang besar'

Diadaptasi dari novel laris karya Robert Harris, film Conclave menunjukkan para kardinal pemegang hak suara tengah mengisolasi diri di dalam batas-batas Vatikan selama proses pemilihan.
Mereka tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan siapa pun di luar konklaf, tidak sepenuhnya terputus dari dunia luar.
"Mereka semua perlu diberi makan, mereka tidak sepenuhnya tertutup rapat dari dunia," kata Stephen Bullivant, profesor teologi dan sosiologi agama di St. Mary's University, Inggris.
Metode mengisolasi diri ini adalah tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun.
Kapel Sistina di Vatikan pada tahun 1978.
Pada satu sisi, tradisi ini ditujukan untuk mencegah para kardinal pemegang hak suara dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal.
Tradisi ini, menurut Anna Rowlands, profesor bidang ajaran dan praktik sosial Katolik di University of Durham, tampak bertentangan dengan aspek transparansi, visibilitas, dan pengawasan yang berkembang belakangan.
Menurutnya, secara umum film ini membangkitkan suasana dan introspektif yang luar biasa, sekaligus rasa ingin tahu yang besar dari komunitas di luar Vatikan.
"Ketika menonton ini, saya tertegun memikirkan tanggung jawab dan keterikatan yang besar para kardinal, dan malah tidak berfokus pada fakta mereka terkurung di dalam ruang pemilihan," kata Rowlands.
Asap putih mengepul dari cerobong di atap Kapel Sistina, 13 Maret 2013. Saat asap putih ini keluar dari cerobong, publik mengetahui bahwa Vatikan telah memilih paus yang baru.

'Banyak aspek politis'

Film Conclave dipenuhi diskusi menegangkan yang terjadi di ruang sempit, sejumlah pertemuan strategis, dan berbagai langkah taktis.
Seorang kardinal melemahkan calon terdepan demi meningkatkan peluang mereka sendiri.
Sementara para kardinal lainnya yang tidak berpeluang terpilih mendesak sejumlah kardinal agar mengubah pilihan mereka.
Konflik kepentingan sekaligus ideologi yang terjadi memberikan banyak drama dalam film ini.
"Film ini pada dasarnya tentang intrik politik yang terjadi dalam proses pemilihan paus," kata Nick Emerson, editor film tersebut, kepada BBC awal tahun ini.
Kardinal Luis Antonio Gokim Tagle menghadiri misa pada hari kelima "Novendiali," sembilan hari berkabung untuk mendiang Paus Fransiskus, di Basilika Santo Petrus di Vatikan.
Meski beberapa kardinal menilai bagian terpenting dalam konflaf adalah mengikuti petunjuk ilahi, sejumlah kardinal yang lain merasa cemas karena harus membuat keputusan secara cepat, kata Tina Beattie, profesor bidang studi Katolik di University of Roehampton.
Mengingat kesehatan Paus Fransiskus sudah memburuk selama bulan sebelum kepergiannya, Beattie meyakini telah muncul banyak siasat politis dan perebutan posisi di balik layar, bahkan sebelum konklaf berlangsung.
"Akan ada banyak pertikaian dan para kardinal tidak akan semuanya memiliki pendapat yang sama," tuturnya.
Sebelum Konklaf, sebuah lukisan tahun 1833 yang dibuat oleh Francois-Marius Granet.
Meskipun dalam film tersebut beberapa adegan yang paling menegangkan difokuskan pada proses pemungutan suara, pada kenyataannya sebagian besar drama mungkin terjadi dalam pertemuan-pertemuan beberapa hari sebelum konklaf resmi dimulai.
Selama waktu ini, para kardinal akan saling mengenal, menentukan prioritas, dan menjajaki kerja sama sebagai satu badan sehingga mereka dapat menghasilkan keputusan yang satu, menurut Rowlands, yang hampir menyelesaikan penugasan dua tahun di Vatikan.

Tidak dikenal sama sekali?

Dalam film Conclave, seorang kardinal yang selama ini tidak banyak dikenal muncul ke dalam perdebatan konklaf. Dia, secara diam-diam, dipilih oleh paus.
Dalam kehidupan nyata, hal itu tidak mungkin terjadi.
Dalam realita hari ini, pemilihan paus yang akan segera terjadi pekan depan mungkin bakal menjadi salah satu yang paling tidak dapat diprediksi sepanjang sejarah.
Sebuah lukisan yang menggambarkan konklaf Vatikan pada Agustus 1903, ketika para kardinal berkumpul di Kapel Sistina untuk memilih paus.
Sekitar 80% dari kardinal yang memenuhi syarat untuk memberikan suara telah ditunjuk dalam 12 tahun terakhir oleh Paus Fransiskus.
Dia secara sadar memilih orang-orang dari seluruh dunia dan dengan latar belakang politik yang beragam.
Rowlands berkata, banyak dari kardinal yang ditunjuk Fransiskus berasal dari negara berkembang. Wilayah ini biasanya tidak memiliki kardinal.
Realita ini menambah ketidakpastian mengenai prioritas dan keputusan akhir mereka dalam konklaf yang bakal berlangsung.

'Hal yang sangat manusiawi'

Film Conclave menampilkan para kardinal sebagai manusia yang tidak sempurna yang berebut kekuasaan.
Sutradara Edward Berger mengatakan kepada BBC bahwa meskipun proses pemilihan paus itu dianggap sebagai "ritual spiritual kuno", dia ingin membawa para kardinal "ke modernitas".
"Kami menempatkan para kardinal dalam platform ini dan ketika Anda melihat lebih dekat, mereka memiliki ponsel, merokok, mereka memiliki masalah, sifat buruk, dan rahasia, sama seperti kita," ujarnya.
Rowlands mengatakan, film Conclave memberikan gambaran sekilas tentang sebuah proses, dengan semua elemen sifat manusia dan kehidupan manusia di dalamnya: rasa kehilangan, kesedihan, ambisi, ketakutan, godaan, dan keberanian.
"Itu adalah hal yang sangat, sangat manusiawi, sebuah proses pemilihan. Forum itu memiliki tujuan ilahi, tapi apa yang terjadi adalah berbagai hal yang sangat manusiawi," ujarnya.