Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten Media Partner
Ribuan Warga di Klaten Rutin Terima Uang THR dari Kepala Desa, dari Mana Dana Itu Berasal?
28 Maret 2025 10:25 WIB
Ribuan Warga di Klaten Rutin Terima Uang THR dari Kepala Desa, dari Mana Dana Itu Berasal?
Ribuan orang di sebuah desa di Klaten, Jawa Tengah, secara rutin mendapat uang Tunjangan Hari Raya (THR) sejak 2023 silam. Tahun ini, sebanyak Rp457 juta dibagikan kepada 2.289 warga. Dari mana pemerintah desa dapat ratusan juta untuk dibagikan ke warganya tiap menjelang Hari Raya Idulfitri?
Balai Desa Wunut, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, tampak ramai pada Selasa (19/03) silam.
Sejak pagi hari, warga desa berbondong-bondong ke balai desa untuk mengambil uang Tunjangan Hari Raya (THR) mereka.
Pemerintah desa telah menyiapkan uang hampir Rp1 miliar untuk dibagikan sebagai THR untuk 2.289 warga.
"Saya dapat Rp200 ribu, rencananya untuk membelikan baju lebaran anak-anak," ungkap Mei Rahwati, salah satu warga Wunut, kepada wartawan Furqon Ulya Himawan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Dua anak dan suami Mei juga mendapat THR, masing-masing dengan besaran yang sama. Jadi, secara keseluruhan keluarga Mei mendapat THR sebesar Rp800 ribu.
"Bisa membantu untuk lebaran, sudah tiga tahun ini saya dan keluarga dapat terus," tutur Mei.
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Warga lainnya, Bayu Susanto, juga mendapat THR senilai Rp200 ribu. Demikian halnya istri dan dua anaknya.
Uang THR dengan total Rp800 ribu ini, kata Bayu, akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan jelang hari raya.
"Bisa untuk beli baju anak-anak, buat lebaran, dan kebutuhan sehari-hari," imbuhnya.
Mei Rahwati dan Bayu Susanto adalah bagian dari ribuan warga Wunut yang mendapat uang THR dari desa.
Kegiatan ini telah dilakukan pemerintah Desa Wunut sejak 2023 dan nominalnya terus mengalami kenaikan tiap tahunnya.
Kepala Desa Wunut Iwan Sulistiya Setiyawan, semula warga mendapat THR sebesar Rp300 ribu per keluarga pada 2023.
Jumlah ini naik menjadi Rp400 ribu per keluarga. Tahun ini, THR tak lagi dibagikan per keluarga namun per orang dengan nominal Rp200 ribu.
"Semua dapat, baik yang kaya atau miskin, besar dan kecil, ada 2.289 jiwa, jumlah THR sekitar Rp457,8 juta," kata Iwan.
Dari mana pemerintah Desa Wunut mendapatkan uang senillai ratusan juta rupiah untuk dibagikan sebagai THR bagi ribuan warganya?
'Dulu kami desa miskin'
Desa Wunut berjarak 19 kilometer di utara pusat kota Klaten dan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
"Dulu kami itu desa miskin," kata Kepala Desa Wunut, Iwan Sulistiya Setiyawan.
Pria yang menjabat sebagai kepala desa sejak 2007 ini mengatakan saat ia pertama kali menjabat desa ini hanya memiliki pendapatan asli desa (PADes) sekitar Rp30-50 juta.
Dengan pendapatan sebesar itu, Iwan mengaku tak bisa berbuat banyak untuk desanya. Bahkan kala itu desanya tak memiliki mesin printer untuk urusan administrasi.
"Kita mau rapat sebulan sekali saja sulit. Masak rapat tidak ada minum dan sebagainya dan ini berimbas pada lambannya pelayanan kepada masyarakat," aku Iwan.
Baru pada 2015, pada periode kedua dia menjabat sebagai kepala desa, Iwan mulai bisa melakukan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setelah mendapat bantuan dana desa.
Dana desa senilai sekitar Rp200 juta itu kemudian dia gunakan untuk mengembangkan waterpark, wahana bermain dan wisata keluarga berupa kolam renang dari sumber mata air.
Waterpark ini dinamai Umbul Pelem karena airnya bersumber dari tempat yang tidak jauh dari pohon mangga. Airnya jernih namun alirannya tidak besar.
Di Umbul Pelem ada berbagai wahana air, seperti kolam renang; tempat bermain anak; dan flying fox.
Baca juga:
"Jadi airnya bersumber dari umbul, tanpa kaporit. Kolam renang setiap hari kita buang airnya, kita bersihkan. Kemudian setiap hari kemudian diisi lagi. Pagi sudah penuh lagi," kata Iwan.
Pada 2018, Umbul Pelem mulai dibuka untuk umum.
Sejak Mei hingga Desember 2018, omzet tempat wisata ini mencapai Rp700 juta, klaim Iwan. Dari jumlah itu, sebesar Rp200 juta masuk sebagai pendatan asli desa (PADes).
Sejak itu, Desa Wunut memiliki usaha desa berupa Umbul Pelem Waterpark yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sumber Kamulyan.
Menjadi desa mandiri
Usaha wisata Umbul Pelem yang dikelola Bumdes Sumber Kamulyan Desa Wunut, memberikan perubahan drastis.
Pada 2024, tempat wisata ini mampu memberikan PADes sebesar Rp3,1 milyar, berkali-kali lipat dari semula yang sebesar Rp30 juta.
"Sekarang kita kategori desa mandiri dan Bumdes kategori maju," kata Iwan.
Disebut desa mandiri karena Desa Wunut memiliki pendapatan lebih besar dibanding dengan bantuan dari pemerintah.
"Jadi PADes kita lebih besar," kata Iwan.
Menurut Iwan, pada 2018 PADes Wunut sebesar Rp30 juta; 2019 sebesar Rp210 juta; 2020 sebesar 576 juta; 2021 253 juta; 2022 sebesar Rp915 juta; 2023 sebesar Rp2,5 miliar; dan 2024 sebesar Rp3,1 miliar.
Sementara dana desa yang telah digunakan untuk Umbul Pelem sejak 2016 hingga 2022 sebesar Rp2,4 miliar.
"Tanpa dana desa tidak mungkin kita bisa membangun Umbul Pelem seperti kondisi sekarang itu," akunya.
Baca juga:
Sebagai kepala desa yang sudah menjabat selama tiga periode berturut-turut, Iwan menyebut kunci sukses menjadikan desanya yang dulu miskin dan sekarang mandiri adalah fokus, mengikuti aturan, dan tidak korupsi.
"Juga harus ada keberanian," katanya.
"Tidak ada korupsi," katanya dengan mimik muka serius.
"Kalau kita fokus, mengikuti aturan, dan tidak korupsi, maka negara Indonesia bisa makmur," katanya.
Sejahterakan warga desa
Sejak 2018 hingga Desember 2024, omzet Umbul Pelem mencapai Rp26 miliar, dengan total pendapatan bersih sekitar Rp20 miliar.
Dari pendapatan tersebut, kata Iwan, pemerintah desa mampu memberikan perlindungan sosial kepada perangkat desa.
Dan sejak 2019, Iwan mengaku membayarkan warganya yang berusia 18-60 tahun untuk mengikuti BPJS-Ketenagakerjaan.
Hingga kini, ada sekitar 1500 orang yang terdaftar BPJS-Ketenagakerjaan.
"Yang kita daftarkan BPJS Ketenagakerjaan itu 1500-an lebih," katanya.
Bagi warganya yang tidak memenuhi syarat ikut program BPJS-Ketenagakerjaan—berusia di bawah 18 atau di atas 70 tahun, mereka mendapatkan dana perlindungan, kata Iwan.
Sementara bagi warga yang anggota keluarganya meninggal dunia, mereka mendapat santunan sebesar Rp10 juta.
"Jadi ketika ada warga kami tidak mempunyai BPJS Ketenagakerjaan, ketika meninggal keluarga kita santuni Rp10 juta," katanya.
Baca juga:
Selain BPJS-Ketenagakerjaan, mulai 2022, bagi warganya yang belum terdaftar BPJS Kesehatan oleh pemerintah, Iwan mendaftarkannya masuk program BPJS Kesehatan.
"Kita bayarkan semuanya. Alhamdulillah, terasa sekali manfaatnya bagi masyarakat," kata Iwan.
Sri Sundari, salah satu warga desa Wunut, mengaku senang karena didaftarkan kepala desanya mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan.
Menurutnya, sejak ada Bumdes dan usaha Umbul Pelem, warga Wunut menjadi sejahtera.
Dan setiap Ramadan, dia mendapatkan jatah THR dari desa.
"Tahun ini mendapat Rp200 ribu, bisa untuk tambah modal usaha," kata Sundari yang ikut berjualan di lokasi Umbul Pelem.
Warga lainnya, Ari Setiyaningsih mengaku sebelumnya tidak pernah terpikir bisa ikut program BPJS-Ketenagakerjaan, tapi dia bisa mengikutinya karena didaftarkan pihak desanya.
Dan, setiap jelang lebaran Idul Fitri, lanjut Ari, dia juga mendapatkan jatah THR dari desa.
Ari paham betul uang THR dan keikutsertaannya dalam BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan adalah hasil dari usaha desa Umbul Pelem.
"THR dan lainnya itu dari hasil usaha Umbul Pelem, dan dikembalikan kepada warga," katanya.
Sri Sundari, Mei Rahwati, Ari Setiyaningsih, dan Bayu Susanto, berharap Bumdes Sumber Kamulyan dan usaha desanya Umbul Pelem bisa tetap lestari dan tambah berkembang.
"Hasil usaha desa itu kembali lagi ke warga dan benar-benar dirasakan warga kecil seperti saya yang hanya jualan angkringan," kata Bayu Susanto.
Reportase oleh wartawan di Yogyakarta, Furqon Ulya Himawan.