Konten Media Partner

'Saya bahkan Belum Punya waktu Merayakan Kelahiran Mereka' - Kisah Ayah di Gaza Kehilangan Bayi Kembar Saat Memproses Akta Kelahiran Buah Hatinya

16 Agustus 2024 7:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

'Saya bahkan Belum Punya waktu Merayakan Kelahiran Mereka' - Kisah Ayah di Gaza Kehilangan Bayi Kembar Saat Memproses Akta Kelahiran Buah Hatinya

Mohammed Abu Al-Qumsan, 31 tahun, baru saja memperoleh akta kelahiran bayi kembarnya. Pada saat bersamaan kedua buah hatinya dan istrinya tewas dalam serangan Israel.
zoom-in-whitePerbesar
Mohammed Abu Al-Qumsan, 31 tahun, baru saja memperoleh akta kelahiran bayi kembarnya. Pada saat bersamaan kedua buah hatinya dan istrinya tewas dalam serangan Israel.
Bayi kembar berusia empat hari dilaporkan tewas dalam sebuah serangan Israel di Gaza. Pada saat serangan itu terjadi, sang ayah berada di kantor pemerintah daerah untuk mencatatkan kelahiran kedua buah hatinya.
Mohammed Abu Al-Qumsan, 31 tahun, baru saja mengambil akta kelahiran anak kembarnya. Semestinya, ini menjadi sebuah perayaan dan kebahagiaan yang langka ketika dia berkumpul dengan keluarganya, tapi air matanya yang terus mengalir menandakan sebaliknya.
"Istri saya telah tiada, dua bayi saya dan ibu mertua saya," kata Al-Qumsan sambil melambai-lambaikan dua lembar akta kelahiran bayinya yang sudah dilaminating.
Bayi bernama Asser (laki-laki) dan Ayssel (perempuan) baru berusia empat hari saat ayah mereka Mohammed Abu al-Qumsan pergi untuk memproses akta kelahiran.
Saat dia pergi, tetangganya menelepon dan mengatakan bahwa rumah mereka di Deir al Balah telah dibom.
Serangan ini juga menewaskan istrinya – ibu dari si kembar, termasuk mertuanya.
Semestinya, ini menjadi sebuah perayaan dan kebahagiaan yang langka bagi Mohammed Abu Al-Qumsan ketika akhirnya mendapatkan akta kelahiran dua bayi kembarnya, tapi air matanya yang terus mengalir menandakan sebaliknya.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi," katanya. "Saya diberi tahu, bahwa ada peluru tank menghujam rumah."
"Saya bahkan belum punya waktu untuk merayakan kelahiran mereka," tambahnya.
Dilansir dari kantor berita Reuters, dia dan warga lainnya kemudian menggendong bayi kembar yang telah terbungkus kain kafan putih.
Ini adalah sebuah pemandangan yang umum di Gaza, yang menjadi sasaran serangan darat dan udara Israel. Serangan Israel telah mengakibatkan ratusan ribu orang secara teratur berpindah-pindah untuk mencari tempat berlindung.
Seorang pria berdoa saat jenazah-jenazah itu diletakkan di belakang sebuah mobil, dan kerumunan orang berkumpul dan melihat dari balkon salah satu ruang gawat darurat Gaza yang penuh sesak, di Rumah Sakit Al-Aqsa Maryrs di Deir al-Balah.
Mohammed Abu Al-Qumsan ketika menjemput jenazah bayi kembarnya di Rumah Sakit Al-Aqsa Maryrs di Deir al-Balah
“Hari ini, tercatat dalam sejarah bahwa tentara penjajah menargetkan anak-anak yang baru lahir yang baru berusia empat hari, bayi kembar beserta ibu dan neneknya,” kata dokter rumah sakit Khalil al-Daqran, seperti dikutip Reuters.
Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan sebanyak 115 bayi yang lahir di Gaza, langsung terbunuh selama serangan Israel.
Menurut kantor berita AP, keluarga tersebut telah mengikuti perintah untuk mengevakuasi diri dari Kota Gaza pada minggu-minggu awal serangan Israel di Gaza.
Mereka mencari tempat berlindung di bagian tengah jalur tersebut, seperti yang diinstruksikan oleh tentara Israel.
Baca Juga:
BBC telah meminta pihak militer Israel menanggapi serangan terbaru ini, dan masih menunggu respons.
Israel mengeklaim bahwa mereka berusaha menghindari melukai warga sipil. Atas korban warga sipil yang berjatuhan, Israel menyalahkan Hamas yang beroperasi di daerah padat penduduk, serta menggunakan bangunan sipil sebagai tempat berlindung.
Namun Israel jarang mengomentari serangan-serangan individu.
Beberapa tempat penampungan di Gaza telah diserang dalam beberapa pekan terakhir.
Pada Sabtu (10/08), sebuah serangan udara Israel ke sebuah gedung sekolah yang menampung warga Palestina yang terlantar di Kota Gaza menewaskan lebih dari 70 orang, menurut laporan direktur sebuah rumah sakit kepada BBC.
Asap mengepul setelah serangan Israel di Rafah, selatan Jalur Gaza pada 6 Mei 2024.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan bahwa sekolah tersebut “berfungsi sebagai fasilitas militer Hamas dan Jihad Islam yang aktif”, yang dibantah oleh Hamas.
Israel membantah jumlah korban tewas, namun BBC tidak dapat memverifikasi secara independen angka-angka dari kedua belah pihak.
Hamas, kelompok milisi Palestina yang didukung Iran memulai konflik dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023 ke Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut klaim Israel.
Israel membalas dengan serangan yang telah menewaskan hampir 40.000 orang dan melukai lebih dari 92.000 orang, menurut otoritas kesehatan Gaza, dan membuat sebagian besar wilayah Gaza menjadi puing-puing.